Share

Bab 45. Pergi ke Bukit Tengkorak.

Kembali semua orang diam. Nyai Limbuk menambahkan kayu kering ke dalam api unggun. Api yang semula mulai mengecil, kini membesar kembali. Menyinari wajah dan tubuh depan mereka yang berkilat-kilat karena keringat yang menempel kering di tubuh mereka.

"Begitu juga dengan angger Mahisa Dahana. Mereka harus bersembunyi, agar keberadaannya tak tercium anak buah Dewa Jari Maut."

"Kurasa cara itu lah yang harus kita jalankan, Nyai." Ki Gondo menambahkan.

Nyai Anjarsewu merangkul putra sulungnya dengan sedih. Kemudian mencium kening Paksi Jingga dan Mahisa Dahana. "Jika menuruti hati, ibu tidak ingin semua ini terjadi. Kita berempat bekumpul bersama dan bahagia, untuk saat ini harus kita simpan rapat dalam hati. Ibu hanya berpesan padamu, Paksi Jingga. Jadilah manusia yang tangguh dalam mewujudkan cita-cita Padepokan. "

Paksi Jingga mengangguk sedih. Dia sekuat hati menahan rasa sedih dan gundah gulana. Sebagai anak sulung, tugas bera
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status