Share

Bab 105. Serangan Tulup Sari

"Hati dan mulutmu berlawanan," tuduh Paksi Jingga setelah melihat raut wajah adiknya.

"Haruskah Kakang memfitnahnya?" Mahisa Dahana memberanikan diri mengutarakan isi hatinya.

Saudara tuanya mendekatkan wajah ke telinga Mahisa Dahana seraya berbisik. "Kurasa hanya itu jalan terbaik untuk kita."

"Bukan untuk kita, tapi untukmu." Sorot mata yang biasanya tidak bergairah menjalani hidup itu kini tajam menusuk. Dia marah karena ayah temannya difitnah.

"Aih, Mahisa ... Mahisa. Kau jangan terlalu bodoh jadi orang. Dia telah meninggal, siapa yang akan merasa dirugikan dengan pencemaran namanya?" kilah Paksi Jingga enteng.

"Sekar Pandan! Kau melupakannya."

"Hah! Dia tidak akan bisa melakukan apa-apa. Gadis bisu itu tidak akan mampu membendung kebencian semua orang kepada ayahnya. Aku yakin, Sekar Pandan akan menerima kenyataan bahwa ayahnya pendendam."

"Kakang!"

Paksi Jingga berjalan meninggalkan adiknya yang masih mar
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status