Beranda / Romansa / Pewaris Kedua Tunangan CEO / 7} Siapa Sebenarnya yang Bodoh Di sini?

Share

7} Siapa Sebenarnya yang Bodoh Di sini?

Penulis: nasaldinarta
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-07 23:29:35

Tidak ada yang bersuara selama beberapa menit setelah Ganesha hadir sebagai wali Ametys di sana. Kepala sekolah terdiam mengamati situasi, sedangkan Nyonya Mahendra seperti baru saja kehilangan suaranya. Meski tidak tahu asal-usul maupun latar belakang lelaki muda di depannya ini, dia tentu tidak bodoh untuk bersikap kasar seperti sebelumnya. 

Sedangkan sosok lain bernama Aftha yang tak lain dan tak bukan adalah orang kepercayaan Ganesha, kini sudah dapat memahami situasi. Sebenarnya, ini hanyalah permasalahan di antara dua remaja. Namun pihak lain malah ingin memperpanjang sehingga dia tidak punya pilihan lain selain menerima dengan senang hati.

"Jadi, pihak terkait ingin menyelesaikan masalah ini seperti apa?"

Nyonya Mahendra berkedip dua kali, terlihat ragu namun mencoba mengembalikan keberaniannya seperti tadi. "Orang yang paling dirugikan di sini adalah putri saya, dia adalah korbannya. Jadi, gadis itu tentu harus menanggung akibat dari perbuatannya. Tidak ada kata maaf untuk seorang perundung."

Aftha mengerutkan dahi tidak setuju, "hati-hati, Nyonya! belum diketahui dengan jelas tentang siapa yang merundung dan siapa yang dirundung di sini. Apa Anda memiliki bukti atau saksi untuk membenarkan segala tuduhan Anda? Dari yang saya tahu, Anda bahkan menolak untuk mendengarkan penjelasan dari Nona Ametys. Lalu, dari segi apa Anda menilai permasalahan ini?" Aftha terlalu terbiasa menghadapi manusia dengan segala sikap tidak tahu malu mereka selama bekerja dengan Ganesha. Jadi, orang-orang dengan tipe seperti wanita di depannya ini cukup menjengkelkan meski tidak terlalu merepotkan.

Amanda maupun Nyonya Mahendra mulai ragu dengan identitas Ametys saat mendengar panggilan yang begitu sopan dari pihak lain. Namun karena dibutakan oleh rasa benci dan amarah, tak ada satupun dari mereka yang berpikir lebih jauh. Keduanya hanya ingin Ametys segera dihukum dan dibuang dari sekolah ini demi menjernihkan penglihatan mereka.

"Memang apa yang salah dengan ucapan saya? Amanda jelas-jelas adalah korban. Apa Anda ha -"

"Hentikan!"

Ganesha tadinya hanya ingin diam dan tidak terlalu banyak bicara, alasan itu juga yang membuatnya membawa Aftha ke sini. Namun tidak disangka jika pendengarannya akan begitu sakit saat mendengar suara jelek wanita di depan mereka.

"CCTV."

Aftha terdiam sejenak saat mendengar itu, "benar, mari kita lihat rekaman CCTV. Dengan begitu, semuanya akan terlihat jelas." Lelaki itu menyipitkan matanya saat melihat wajah Amanda yang memucat, "orang yang bersalah, tentu harus dihukum."

Sang kepala sekolah juga diam-diam merutuki dirinya sendiri. Kenapa dia tidak memeriksa semuanya lebih awal daripada menghabiskan waktu dengan perdebatan yang tidak perlu. 

Sepasang ibu dan anak perempuan itu ingin menyangkal dan mengatakan bahwa mereka terlalu berlebihan, namun pada akhirnya mereka tidak mengatakan apa-apa. Hanya pasrah saat sebuah rekaman di area kantin diperlihatkan di sebuah layar lebar, sehingga semua orang dapat melihat jika Amanda adalah pihak pertama yang memulai masalah lebih dulu. Selain itu, adegan Ametys yang melakukan tindakan balasan terlihat cukup keren untuk diperhatikan. 

"Ma, ini.."

Sepasang mata besar dengan sebuah lensa itu memelototi putrinya tanpa ampun. Beraninya Amanda memberikan sangkalan saat bukti terpampang nyata di depan mereka, kenapa putrinya itu begitu bodoh dalam menilai situasi?

Nyonya Mahendra jelas mati kutu, dan dia terlalu malu untuk mengangkat wajah saat ini. Sadar kalau dirinya terlalu dini dalam menyimpulkan sesuatu.

Melihat pihak lain kehilangan taringnya, Ganesha hanya mendengus sambil menatap ke arah Ametys yang kini baru saja dihampiri oleh Hadyan. Gadis itu menenggak minumannya dengan tenang, tidak terganggu dengan Hadyan yang kini tengah mencoba merapikan rambut panjangnya. 

Untuk sesaat, Ganesha merasa sedikit asing dengan pemandangan itu. Ingin mengatakan sesuatu pada keduanya, namun saat ingat ada hal lain yang lebih penting untuk dilakukan saat ini, dia dengan cepat mengalihkan pandangan. 

"Saya tidak keberetan untuk menempuh jalur hukum jika Anda masih bersikeras melanjutkannya. Atau Anda ingin cara yang lain?" tanya Ganesha dengan sudut bibir yang sedikit terangkat, cukup yakin kalau pihak lain akan lebih tertarik dengan cara kedua.

Benar saja, bak kucing yang diberi ikan, Nyonya Mahendra langsung berbinar-binar saat mengetahui maksud dari ucapan Ganesha. Memangnya kenapa jika Amanda menyerang lebih dulu? Ametys masih harus bertanggungjawab karena sudah membuat putrinya malu dan terluka.

Dengan segera, wanita itu memperlihatkan wajah serakah yang tak mungkin bisa ditutupi. "Saya tidak keberatan jika Anda ingin memberikan kompensasi, cukup lima ratus juta saja. Dengan begitu, saya akan menganggap masalah ini selesai sampai di sini." 

Bodoh, hina dan tidak tahu malu.

Semua orang di sana jelas memiliki penilaian yang sama dalam otak mereka tentang Nyonya Mahendra. Bahkan Amanda menatap sang ibu dengan heran, seolah tengah melihat orang gila yang tiba-tiba meminta sedekah.

"Kak, tolong tambahkan sedikit lagi. Aku tadi mencekik putrinya." Hadyan berujar santai, terlihat tidak peduli.

Ametys mengangguk di samping Hadyan, tidak mungkin untuk tidak setuju. Beberapa saat yang lalu, kakak tirinya itu hampir menghilangkan nyawa seseorang jika tidak segera dihentikan.

Ganesha tidak tahu harus menangis atau tertawa saat ini. Dua remaja itu benar-benar bodoh atau sedang pura-pura tidak tahu? Ucapannya barusan jelas hanyalah sarkas semata karena ingin melihat respon dari pihak lain, namun semua orang sepertinya menganggap serius. Lelaki muda itu menatap Aftha yang kini tengah menunggu mandat dengan sabar.

"Baik, mereka menginginkan kompensasi. Maka kita juga harus melakukan hal yang sama." Ganesha berdiri dan melewati tubuh jangkung Aftha sambil menepuk bahunya, "urus ini!" Lalu berdiri tepat di depan Ametys dan Hadyan yang terlihat patuh. Alisnya mengerut saat melihat kondisi wajah gadis itu tidak lebih baik dari kondisi lawannya. 

"Kalian, ikut aku!" 

Ganesha memilih sebuah taman yang terlihat sepi untuk mengajak keduanya berbicara, letaknya tidak jauh dari ruangan konsultasi siswa yang baru saja mereka kunjungi sebelumnya.

"Hadyan." 

Remaja bertubuh tinggi itu menegakkan punggung tanpa terasa saat mendengar nada panggilan yang seperti suara malaikat maut itu. "Ya, Kak." 

"Kamu tahu apa salahmu?" 

Hadyan mengangguk, "aku terlalu terburu-buru hingga menyebabkan kerugian untuk banyak orang. Tapi aku tidak menyesal karena sudah mencekiknya. Kak, yang benar saja, dia merundung Ametys tepat di depan mataku. Apa haknya melakukan itu?" Sifatnya yang kekanakan muncul kembali, ini adalah sesuatu yang akan terlihat jika Hadyan sedang dalam keadaan genting saja.

Helaan nafas terdengar, "memangnya kenapa kalau dia melakukannya? Apa kamu merasa sakit atau dirugikan?" Itu adalah pertanyaan yang ditujukan untuk Hadyan, namun mata Ganesha jelas tengah menatap Ametys saat ini.

"Ini adalah hari pertamanya pindah sekolah. Dia juga membawa nama belakang keluarga Batara di sini. Apa dia pikir bisa bersikap seenaknya seperti sebelumnya? Seharusnya kamu membimbingnya agar bersikap lebih anggun. Untuk apa terbawa emosi? Kekerasan tidak akan menyelesaikan masalah sedikitpun." 

Rentetan kalimat panjang itu adalah fakta yang tidak dapat disangkal oleh siapapun. Hadyan merasa kalau kakaknya keterlaluan, namun siapa yang menduga jika Ametys tidak protes sama sekali. Gadis itu malah tersenyum tipis dan berujar dengan datar.

"Tentu, aku tahu kesalahanku. Maaf, itu tidak akan terulang."

. . .

. . .

Bab terkait

  • Pewaris Kedua Tunangan CEO    8} Aku Merasa Tidak Asing

    "Membuat kekacauan di hari pertama pindah sekolah? cih, memalukan!""Begitukah seorang putri Mahesa Batara bertindak?"Ametys mengabaikan sosok Karina yang baru saja keluar dari mobilnya, beriringan dengan dirinya yang akan masuk ke dalam rumah. Tidak bisakah orang itu diam sekali saja saat melihatnya? mengapa dia terus mengoceh seolah tidak sanggup jika melihat dunia ini damai.Demi kesehatan telinganya, Ametys tetap melanjutkan langkah meski pada akhirnya harus berhenti di ruang keluarga. Di sana, Mahesa tengah duduk di kursi tunggal sambil berbicara bersama Gama dengan mimik serius. Tahu kalau dirinya tidak punya kesempatan untuk kabur, Ametys berjalan mendekat dan menyapa singkat demi kesopanan semata.Lelaki paruh baya itu tersenyum kecil saat memandang putrinya, "tidak keberatan jika duduk sebentar?" menunjuk sebuah kursi di depannya dengan isyarat mata.Melihat Ametys yang begitu patuh tanpa membantah, Mahesa memulai sesi wawancaranya. "Lukamu sudah diobati?" Gadis itu sedikit

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-08
  • Pewaris Kedua Tunangan CEO    9} Tawaran Kesepakatan

    Saat jamuan makan malam akan segera dimulai, datang seorang pemuda berpenampilan klimis yang diketahui bernama Han, sekretaris merangkap asisten pribadi Kalingga yang terlihat sedikit kerepotan dengan barang bawaannya. Cahyo selaku ketua pelayan di kediaman Batara langsung menghampiri untuk membantu. Tahu kalau Han adalah salah-satu orang penting bagi Kalingga, Mahesa dengan sigap mempersilahkan Han untuk duduk. Dan karena lirikan maut sang atasan, lelaki itu memberanikan diri untuk duduk di kursi yang kosong."Anda tidak perlu repot-repot untuk membawa hadiah, Tuan." Dilihat sekilas pun, barang-barang yang dibawa Han bukanlah sesuatu yang murah. Mahesa semakin menebak-nebak tentang apa yang diinginkan oleh Kalingga."Itu bukan apa-apa, Tuan Mahesa. Hanya hadiah kecil bagi seseorang yang sudah menolong saya sebelumnya." Ucap Kalingga dengan senyum datar andalannya.Mahesa jelas merasa bingung, belum mengerti, "apakah saya melewatkan sesuatu?" Dia mungkin sudah tua, tapi dia belum pik

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-09
  • Pewaris Kedua Tunangan CEO    1} Drama Di Awal Pertemuan

    “Pa, ini tidak benar. Kenapa Papa harus memasukkan orang asing ke dalam keluarga kita?” seorang gadis muda berpenampilan modis, nampak bersitegang dengan orangtuanya sendiri di sebuah ruangan luas yang mewah nan megah. Dengan hanya sedikit lirikan saja, semua orang nampaknya tahu kalau apa yang mereka perdebatkan merupakan hal yang serius. Wanita yang seharusnya berusia empat puluhan –yang berdiri di samping si gadis, nampak menegur putrinya pelan. “Jaga bicaramu, Karina! Dia adalah saudaramu sendiri, bukan orang asing.” Meski nampak membela, namun kilatan matanya menunjukkan rasa jijik yang kentara. “Aku tidak peduli, Ma. Dia sudah belasan tahun hidup di luar rumah ini, lalu kenapa sekarang Papa tiba-tiba membawanya?” Karina terlihat tidak akan menyerah sebelum ayahnya menuruti keinginannya tersebut. Begitu angkuh sampai lupa siapa posisinya di sana. Terbiasa dimanja, dilimpahi kasih sayang dan dituruti semua keinginannya sejak kecil, menjadikan Karina sebagai sosok yang sombong

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-18
  • Pewaris Kedua Tunangan CEO    2} Kita Memang Sedarah, Lalu Apa?

    Tak ada yang bertanya bagaimana perasaannya saat sang ibu meninggalkannya seorang diri. Tak ada yang bertanya bagaimana perasaannya saat harus menjalani hidup serba kekurangan tanpa adanya sosok pegangan. Tak ada yang sekedar menanyakan kabarnya saat satu atau dua hari dirinya tidak masuk sekolah. Terbiasa melakukan segalanya seorang diri membuat pikiran Ametys menjadi lebih dewasa dari yang seharusnya. Jadi, saat dirinya dibawa oleh sosok yang mengaku sebagai ayahnya, tak ada rasa antusias berlebihan di hatinya. Dia hanya mengikuti ke mana jalan takdir akan membawanya. Beberapa saat yang lalu, Mahesa telah memperkenalkan dirinya pada semua tamu undangan. Orang itu terlihat bangga dan bahagia saat mengaku bahwa dirinya memiliki seorang putri kandung. Mereka yang hadir tentu saja kaget dan tidak menyangka, namun tak ada yang berani bertanya terlalu jauh demi menjaga kesopanan dan hubungan kekerabatan. Setelah mengucapkan selamat dan menyapa Ametys ala kadarnya, orang-orang berlalu beg

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-18
  • Pewaris Kedua Tunangan CEO    3} Sudah Mendapatkan Banyak Hal Meski Belum Memulai

    Acara perayaan untuk memperkenalkan Ametys sebagai bagian dari keluarga Barata sudah selesai. Meski itu terasa cukup membosankan, namun Ametys menyukai makanan yang dihidangkan di sana. Dia baru akan masuk ke dalam kamarnya, sebelum suara seseorang menghentikan langkahnya. “Tunggu!” Ametys mengerutkan kening saat melihat Karina yang berdiri tak jauh darinya. Penampilan gadis itu sedikit berlebihan untuk ukuran seseorang yang baru saja menginjak usia sembilan belas tahun. Namun dia terlalu malas untuk mengomentari hidup orang lain, jadi dia hanya diam menanti pihak lain bicara. Melihat ketenangan alami yang dimiliki Ametys, Karina entah kenapa merasa marah dan tidak nyaman. Akan lebih menyenangkan kalau gadis kampungan itu terlihat cupu dan ketakutan sehingga dirinya bisa menunjukkan kekuasan yang dimiliki. “Bagaimana rasanya menjadi seorang putri secara tiba-tiba?” tanya Karina dengan raut wajah mengejek yang begitu jelas. “Perumpaan tentang seekor itik buruk rupa yang ingin m

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-20
  • Pewaris Kedua Tunangan CEO    4} Sepertinya Itu Ketidaksengajaan

    Perjalanan menuju sekolah terasa cukup canggung meski suara musik dari radio yang dinyalakan menggema di dalam mobil mahal milik Hadyan. Remaja tampan itu begitu fokus dengan jalanan yang dilaluinya, sedangkan Ametys hanya diam dengan patuh karena tidak pintar dalam membuka percakapan. Rasanya, lebih baik naik bis seperti biasa daripada duduk satu mobil bersama orang yang baru dikenalnya seperti ini. Meski tidak hidup dalam keluarga yang mampu sejak kecil, namun Ametys pernah beberapa kali naik mobil cukup mewah milik teman atau gurunya jika sedang dalam perjalanan menuju perlombaan nasional. Otaknya yang jenius ini sebenarnya sudah membawa banyak keberuntungan dalam hidup Ametys. Jadi, dia masih bisa menahan diri agar tidak bersikap kampungan saat menaiki mobil yang memiliki harga miliyaran. “Aku dengar kita satu angkatan, benar?” pada akhirnya Hadyan membuka percakapan. Ametys menoleh, menatap siluet Hadyan dari samping. Memang tidak ada fitur Mahesa di sana, tapi rupa Widya ju

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-20
  • Pewaris Kedua Tunangan CEO    5} Pengganggu Itu, Aku Bisa Mengatasinya Sendiri

    Setelah melewati sesi perkenalan singkat yang menurut Ametys tidak terlalu penting, gadis itu kini sudah duduk manis di kursi bagian belakang karena kebetulan hanya itu yang kosong. Dia tetap terlihat tenang meski merasakan tatapan penasaran dari para penghuni kelas. Dia juga dapat mendengar bisikan-bisikan para gadis tentang dirinya yang berangkat bersama Hadyan. Semoga saja tidak terjadi sesuatu yang merepotkan nanti ke depannya. "Halo, namaku Olivia. Kamu bisa panggil aku Oliv. Jangan merasa sungkan kalau kamu merasa ada sesuatu yang tidak dimengerti. " Gadis itu tersenyum manis sampai giginya yang rapi terlihat jelas. Karena pihak lain bersikap baik dan ramah, maka Ametys tidak berdaya untuk menolak ajakan pertemanan sepihak ini. "Hai, aku Ametys. Terima kasih sebelumnya." Dia memaksakan senyumnya meski yakin kalau itu akan terlihat aneh. "Iya, aku tahu kamu Ametys. Tadi kamu sudah memperkenalkan diri di depan. Hehe." Oliv membenarkan letak kacamatanya agar tetap sejajar sebelum

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-30
  • Pewaris Kedua Tunangan CEO    6} Kedatangan Sosok yang Tak Terduga

    "Tidak biasanya kamu datang tanpa memberitahu. Ada apa?" Mahesa menatap Ganesha yang kini sudah mengambil tempat duduk tepat di depannya. Dua lelaki berbeda usia namun memiliki paras yang mirip itu saling menatap satu sama lain. "Papa sudah menyetujui surat kerjasama dengan pihak Atmadja Grup?" Ganesha menyimpan sebuah berkas di atas meja yang langsung diambil oleh sang ayah tanpa menunda, "itu berbagai keuntungan yang akan kita dapatkan jika menerima tawaran ini." Pemuda itu tetap melanjutkan meski raut wajahnya tidak terlihat baik. "Pihak mereka tidak mengatakan apa-apa sebelumnya." Setelah melihat secara detail apa yang tertera di dalamnya, Mahesa kembali menatap sang putra. Ada raut kebingungan di sana saat melihat Ganesha yang memberikan pandangan rumit. "Ada apa?" Ganesha menegakkan punggungnya lalu berbicara dengan nada lebih pelan, "apa Papa tahu kalau Kalingga mendatangiku saat pesta malam itu?" pertanyaan itu dijawab dengan sebuah anggukan pelan oleh Mahesa, "apa dia

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-06

Bab terbaru

  • Pewaris Kedua Tunangan CEO    9} Tawaran Kesepakatan

    Saat jamuan makan malam akan segera dimulai, datang seorang pemuda berpenampilan klimis yang diketahui bernama Han, sekretaris merangkap asisten pribadi Kalingga yang terlihat sedikit kerepotan dengan barang bawaannya. Cahyo selaku ketua pelayan di kediaman Batara langsung menghampiri untuk membantu. Tahu kalau Han adalah salah-satu orang penting bagi Kalingga, Mahesa dengan sigap mempersilahkan Han untuk duduk. Dan karena lirikan maut sang atasan, lelaki itu memberanikan diri untuk duduk di kursi yang kosong."Anda tidak perlu repot-repot untuk membawa hadiah, Tuan." Dilihat sekilas pun, barang-barang yang dibawa Han bukanlah sesuatu yang murah. Mahesa semakin menebak-nebak tentang apa yang diinginkan oleh Kalingga."Itu bukan apa-apa, Tuan Mahesa. Hanya hadiah kecil bagi seseorang yang sudah menolong saya sebelumnya." Ucap Kalingga dengan senyum datar andalannya.Mahesa jelas merasa bingung, belum mengerti, "apakah saya melewatkan sesuatu?" Dia mungkin sudah tua, tapi dia belum pik

  • Pewaris Kedua Tunangan CEO    8} Aku Merasa Tidak Asing

    "Membuat kekacauan di hari pertama pindah sekolah? cih, memalukan!""Begitukah seorang putri Mahesa Batara bertindak?"Ametys mengabaikan sosok Karina yang baru saja keluar dari mobilnya, beriringan dengan dirinya yang akan masuk ke dalam rumah. Tidak bisakah orang itu diam sekali saja saat melihatnya? mengapa dia terus mengoceh seolah tidak sanggup jika melihat dunia ini damai.Demi kesehatan telinganya, Ametys tetap melanjutkan langkah meski pada akhirnya harus berhenti di ruang keluarga. Di sana, Mahesa tengah duduk di kursi tunggal sambil berbicara bersama Gama dengan mimik serius. Tahu kalau dirinya tidak punya kesempatan untuk kabur, Ametys berjalan mendekat dan menyapa singkat demi kesopanan semata.Lelaki paruh baya itu tersenyum kecil saat memandang putrinya, "tidak keberatan jika duduk sebentar?" menunjuk sebuah kursi di depannya dengan isyarat mata.Melihat Ametys yang begitu patuh tanpa membantah, Mahesa memulai sesi wawancaranya. "Lukamu sudah diobati?" Gadis itu sedikit

  • Pewaris Kedua Tunangan CEO    7} Siapa Sebenarnya yang Bodoh Di sini?

    Tidak ada yang bersuara selama beberapa menit setelah Ganesha hadir sebagai wali Ametys di sana. Kepala sekolah terdiam mengamati situasi, sedangkan Nyonya Mahendra seperti baru saja kehilangan suaranya. Meski tidak tahu asal-usul maupun latar belakang lelaki muda di depannya ini, dia tentu tidak bodoh untuk bersikap kasar seperti sebelumnya. Sedangkan sosok lain bernama Aftha yang tak lain dan tak bukan adalah orang kepercayaan Ganesha, kini sudah dapat memahami situasi. Sebenarnya, ini hanyalah permasalahan di antara dua remaja. Namun pihak lain malah ingin memperpanjang sehingga dia tidak punya pilihan lain selain menerima dengan senang hati. "Jadi, pihak terkait ingin menyelesaikan masalah ini seperti apa?" Nyonya Mahendra berkedip dua kali, terlihat ragu namun mencoba mengembalikan keberaniannya seperti tadi. "Orang yang paling dirugikan di sini adalah putri saya, dia adalah korbannya. Jadi, gadis itu tentu harus menanggung akibat dari perbuatannya. Tidak ada kata maaf untuk s

  • Pewaris Kedua Tunangan CEO    6} Kedatangan Sosok yang Tak Terduga

    "Tidak biasanya kamu datang tanpa memberitahu. Ada apa?" Mahesa menatap Ganesha yang kini sudah mengambil tempat duduk tepat di depannya. Dua lelaki berbeda usia namun memiliki paras yang mirip itu saling menatap satu sama lain. "Papa sudah menyetujui surat kerjasama dengan pihak Atmadja Grup?" Ganesha menyimpan sebuah berkas di atas meja yang langsung diambil oleh sang ayah tanpa menunda, "itu berbagai keuntungan yang akan kita dapatkan jika menerima tawaran ini." Pemuda itu tetap melanjutkan meski raut wajahnya tidak terlihat baik. "Pihak mereka tidak mengatakan apa-apa sebelumnya." Setelah melihat secara detail apa yang tertera di dalamnya, Mahesa kembali menatap sang putra. Ada raut kebingungan di sana saat melihat Ganesha yang memberikan pandangan rumit. "Ada apa?" Ganesha menegakkan punggungnya lalu berbicara dengan nada lebih pelan, "apa Papa tahu kalau Kalingga mendatangiku saat pesta malam itu?" pertanyaan itu dijawab dengan sebuah anggukan pelan oleh Mahesa, "apa dia

  • Pewaris Kedua Tunangan CEO    5} Pengganggu Itu, Aku Bisa Mengatasinya Sendiri

    Setelah melewati sesi perkenalan singkat yang menurut Ametys tidak terlalu penting, gadis itu kini sudah duduk manis di kursi bagian belakang karena kebetulan hanya itu yang kosong. Dia tetap terlihat tenang meski merasakan tatapan penasaran dari para penghuni kelas. Dia juga dapat mendengar bisikan-bisikan para gadis tentang dirinya yang berangkat bersama Hadyan. Semoga saja tidak terjadi sesuatu yang merepotkan nanti ke depannya. "Halo, namaku Olivia. Kamu bisa panggil aku Oliv. Jangan merasa sungkan kalau kamu merasa ada sesuatu yang tidak dimengerti. " Gadis itu tersenyum manis sampai giginya yang rapi terlihat jelas. Karena pihak lain bersikap baik dan ramah, maka Ametys tidak berdaya untuk menolak ajakan pertemanan sepihak ini. "Hai, aku Ametys. Terima kasih sebelumnya." Dia memaksakan senyumnya meski yakin kalau itu akan terlihat aneh. "Iya, aku tahu kamu Ametys. Tadi kamu sudah memperkenalkan diri di depan. Hehe." Oliv membenarkan letak kacamatanya agar tetap sejajar sebelum

  • Pewaris Kedua Tunangan CEO    4} Sepertinya Itu Ketidaksengajaan

    Perjalanan menuju sekolah terasa cukup canggung meski suara musik dari radio yang dinyalakan menggema di dalam mobil mahal milik Hadyan. Remaja tampan itu begitu fokus dengan jalanan yang dilaluinya, sedangkan Ametys hanya diam dengan patuh karena tidak pintar dalam membuka percakapan. Rasanya, lebih baik naik bis seperti biasa daripada duduk satu mobil bersama orang yang baru dikenalnya seperti ini. Meski tidak hidup dalam keluarga yang mampu sejak kecil, namun Ametys pernah beberapa kali naik mobil cukup mewah milik teman atau gurunya jika sedang dalam perjalanan menuju perlombaan nasional. Otaknya yang jenius ini sebenarnya sudah membawa banyak keberuntungan dalam hidup Ametys. Jadi, dia masih bisa menahan diri agar tidak bersikap kampungan saat menaiki mobil yang memiliki harga miliyaran. “Aku dengar kita satu angkatan, benar?” pada akhirnya Hadyan membuka percakapan. Ametys menoleh, menatap siluet Hadyan dari samping. Memang tidak ada fitur Mahesa di sana, tapi rupa Widya ju

  • Pewaris Kedua Tunangan CEO    3} Sudah Mendapatkan Banyak Hal Meski Belum Memulai

    Acara perayaan untuk memperkenalkan Ametys sebagai bagian dari keluarga Barata sudah selesai. Meski itu terasa cukup membosankan, namun Ametys menyukai makanan yang dihidangkan di sana. Dia baru akan masuk ke dalam kamarnya, sebelum suara seseorang menghentikan langkahnya. “Tunggu!” Ametys mengerutkan kening saat melihat Karina yang berdiri tak jauh darinya. Penampilan gadis itu sedikit berlebihan untuk ukuran seseorang yang baru saja menginjak usia sembilan belas tahun. Namun dia terlalu malas untuk mengomentari hidup orang lain, jadi dia hanya diam menanti pihak lain bicara. Melihat ketenangan alami yang dimiliki Ametys, Karina entah kenapa merasa marah dan tidak nyaman. Akan lebih menyenangkan kalau gadis kampungan itu terlihat cupu dan ketakutan sehingga dirinya bisa menunjukkan kekuasan yang dimiliki. “Bagaimana rasanya menjadi seorang putri secara tiba-tiba?” tanya Karina dengan raut wajah mengejek yang begitu jelas. “Perumpaan tentang seekor itik buruk rupa yang ingin m

  • Pewaris Kedua Tunangan CEO    2} Kita Memang Sedarah, Lalu Apa?

    Tak ada yang bertanya bagaimana perasaannya saat sang ibu meninggalkannya seorang diri. Tak ada yang bertanya bagaimana perasaannya saat harus menjalani hidup serba kekurangan tanpa adanya sosok pegangan. Tak ada yang sekedar menanyakan kabarnya saat satu atau dua hari dirinya tidak masuk sekolah. Terbiasa melakukan segalanya seorang diri membuat pikiran Ametys menjadi lebih dewasa dari yang seharusnya. Jadi, saat dirinya dibawa oleh sosok yang mengaku sebagai ayahnya, tak ada rasa antusias berlebihan di hatinya. Dia hanya mengikuti ke mana jalan takdir akan membawanya. Beberapa saat yang lalu, Mahesa telah memperkenalkan dirinya pada semua tamu undangan. Orang itu terlihat bangga dan bahagia saat mengaku bahwa dirinya memiliki seorang putri kandung. Mereka yang hadir tentu saja kaget dan tidak menyangka, namun tak ada yang berani bertanya terlalu jauh demi menjaga kesopanan dan hubungan kekerabatan. Setelah mengucapkan selamat dan menyapa Ametys ala kadarnya, orang-orang berlalu beg

  • Pewaris Kedua Tunangan CEO    1} Drama Di Awal Pertemuan

    “Pa, ini tidak benar. Kenapa Papa harus memasukkan orang asing ke dalam keluarga kita?” seorang gadis muda berpenampilan modis, nampak bersitegang dengan orangtuanya sendiri di sebuah ruangan luas yang mewah nan megah. Dengan hanya sedikit lirikan saja, semua orang nampaknya tahu kalau apa yang mereka perdebatkan merupakan hal yang serius. Wanita yang seharusnya berusia empat puluhan –yang berdiri di samping si gadis, nampak menegur putrinya pelan. “Jaga bicaramu, Karina! Dia adalah saudaramu sendiri, bukan orang asing.” Meski nampak membela, namun kilatan matanya menunjukkan rasa jijik yang kentara. “Aku tidak peduli, Ma. Dia sudah belasan tahun hidup di luar rumah ini, lalu kenapa sekarang Papa tiba-tiba membawanya?” Karina terlihat tidak akan menyerah sebelum ayahnya menuruti keinginannya tersebut. Begitu angkuh sampai lupa siapa posisinya di sana. Terbiasa dimanja, dilimpahi kasih sayang dan dituruti semua keinginannya sejak kecil, menjadikan Karina sebagai sosok yang sombong

DMCA.com Protection Status