Saat Tommy mengerang kesakitan dan memegangi kakinya, dia berusaha menjangkau pistol miliknya yang ikut terjatuh, namun Benny menendang pistol itu hingga jauh. "Bodoh sekali jika orang sepertimu membodohi kami, lu kira lu bakal punya tempat istimewa di tim ini? Lu salah besar. Apa maksud lu membodohi kita?"
"Gue," kata Tommy sambil menahan kesakitan. "Gue akan balas kalian."Benny mengayunkan kakinya tepat ke arah dada Tommy dengan sekeras-kerasnya. "Kemana mereka?"Tommy tersengal-sengal dan batuk-batuk. "Untuk apa gue memberi tahu kalian?"Benny sudah sangat kesal, dia menarik senjatanya dan menaruh moncong pistolnya ke dahi Tommy. "Sampai jumpa!""Tunggu!" Teriak seseorang yang ada di belakang Benny. Salah seorang anak buahnya. "Pak, sebaiknya kita jangan bunuh dia, karena dia anak kesayangannya bos. Kita belum punya perintah untuk membunuhnya. Kalau dia mati bisa saja bos marah besar."Benny berpikir sejenak, dia melepaskan moncong senjata dari dahi Tommy. "Kita kejar mereka sekarang dan biarkan anak haram ini di sini. Jika dibawa hanya akan merepotkan."Semuanya beranjak dari tempat itu dan Tommy dibiarkan begitu saja. Saat semua rombongan itu lenyap dari pandangan, Tommy merangkak untuk masuk ke dalam rumah dan menahan rasa sakit. Dirinya hampir saja mati dan dia sangat menyesal telah melakukan kesalahan kecil. Sampai di dalam rumah dia merogoh ponsel dari sakunya dan menghubungi seseorang. "Bawa alat medis kemari, gue, gue terluka parah. Cepat!"***Sebuah ruangan kamar yang diisi oleh sebuah tempat tidur dan meja kecil. Di sini terdapat Shani yang terduduk diam di ujung tempat tidur. Shani terdiam, matanya sembab dan tak bisa tidur semalaman. Dirinya dikagetkan dengan suara pintu yang terbuka, seorang pria berpakaian rapih datang membawa nampan berisi makanan berupa nasi, ayam goreng, telur dadar, kentang goreng, dan susu cokelat. Orang inilah yang menculik Shani, orang ini adalah pria berusia 40 tahunan namun penampilannya terlihat lebih muda dan sangat rapih. Dia tersenyum pada Shani, Shani terlihat ketakutan dan mundur ke belakang."Tenang, sayang." kata si Penculik. "Saya tidak akan menyakiti kamu, saya bukan orang jahat." si Penculik meletakan nampan berisi makanan itu di meja."Makanlah, kamu pasti lapar. Tenang, ini tidak diracun."Shani menatap makanan itu sejenak, "Kenapa kamu lakukan ini? Apa salah saya! Apa yang kamu inginkan dari Jason?""Hanya koper itu, tidak lebih. Dia pasti bisa membawanya.""Kenapa tidak kalian ambil sendiri saja?""Oh, untuk alasan itu sebaiknya kamu tak perlu tahu karena rahasia perusahaan. Sekarang nikmati saja makanannya. Saya mau menelepon suami kamu untuk menanyakan sedang di mana dia sekarang.""Kalau terjadi apa-apa dengan Jason aku tidak akan memaafkan.""Oh, manis sekali. Sepasang sejoli yang romantis. Yang harus kamu benci sekarang ini justru komplotan Satia Utama yang sedang memburunya. Orang-orang serakah itulah yang akan melakukan hal yang kejam." jelas di Penculik. "Ngomong-ngomong saya tidak percaya kamu berprofesi sebagai perawat. Kamu lebih cocok jadi model.""Diam!""Oh, santai, tenang, saya bukan orang cabul bejad yang akan memperkosa kamu. Saya hanya mengagumi paras kamu yang sangat cantik. Sekarang, Nikmati saja makannya." si Penculik pergi dari tempat itu. Shani hanya menatap makanan itu dan tidak memakannya.***Jason dan Diandra keluar pintu tol dan telah keluar dari Jakarta, dia memberhentikan mobilnya di pinggir jalan. "Ndra, sekarang gue pinjam mobilnya. Lu cukup sampai di sini. Sekarang gue harus ke sana sendirian.""Apa benar-benar harus sendirian?""Penculik itu menyuruh gue untuk tetap sendirian dan tidak boleh cerita pada siapapun. Sebenarnya gue sudah melanggar perintahnya saat meminta bantuan lu.""Tapi." kata Diandra. "Bagaimana dengan Tommy? dia pasti akan marah besar ke gue?""Sebaiknya lu minta perlindungan sama Om Bima. Dia pasti mau. " Usul Jason, Om Bima adalah pamannya Diandra yang dulu merawatnya sejak kecil. "Gue minta maaf karena sudah merepotkan, ini masalah nyawa Shani.""Gue mengerti. Gue paham bagaimana lu sangat mencintai Shani, harga mobil ini tidak seberapa kalau dibandingkan nyawa." Diandra turun dari mobil."Terima kasih. " ucap Jason yang mulai kembali menyalakan mesin mobil..Diandra mengangguk dan tersenyum. "Lu harus selamat, kita pasti berjumpa lagi. Mobil yang dikendarai Jason melaju menjauhi Diandra, semakin jauh dan hilang dari pandangan. Tak dapat dipungkiri kalau hati Diandra merasa masih tak bisa lepas dari Jason walaupun Jason telah menikah dengan orang lain. Sulit sekali bagi Diandra untuk melupakan pria yang dulu sering melindunginya dan menyelamatkan nyawanya. Diandra memutuskan untuk kembali ke rumahnya karena dia yakin kalau Tommy sudah pergi dari sana.Dua orang pria turun dari mobil di depan halaman rumah Diandra. Salah satunya masih berusia sekitar dua puluh tahunan dan salah satunya lagi pria berusia empat puluh tahunan. Pria yang lebih muda itu bernama Erick, dia bersama dengan seorang dokter yang membawa tas yang berisi peralatan medis. Wajah Erick tampak panik dan terburu-buru, diikuti oleh si dokter, Erick membuka pintu rumah Diandra. Mereka melihat Tommy yang terbaring di sebuah sofa,bagian atas kakinya diikat dengan kain tebal dan penuh dengan darah. Wajah Tommy penuh keringat dan menahan rasa sakit. "Cepatlah!"Sejenak Erick tampak bengong sampai ia berkata pada dokter, "Cepetan dok!"Dokter itu dengan sigap menaruh tasnya tepat di meja ruang tamu itu dan membuka sejumlah peralatan bedah yang dibawanya. Meraih jarum suntik dan memasukan sebuah cairan ke dalamnya dan menyuntikan itu ke kaki Tommy. "Kenapa bisa terjadi bang?" tanya Erick ketika dokter memulai pekerjaannya mengangk
Flashback12 Tahun SebelumnyaSaat itu Jason masih berusia 24 tahun namun memiliki peranan dan posisi penting di dalam kelompoknya Coki yaitu selaku pemimpin eksekutor lapangan. Tugasnya seperti memeras dan menyuap pejabat, memantau aktivitas di daerah kekuasaan Coki, sampai dengan eksekutor permintaan dari klien. Jason melakukan itu bersama-sama dengan Tommy dan mereka selalu berhasil dalam tugasnya sehingga mendapatkan respek dari Coki. Coki memandang mereka sebagai dua orang yang pemberani dan tak takut mati. Saat itu Jason ditugaskan untuk mengancam seorang pengusaha muda bernama Wisnu agar perusahaan real estatenya tidak beroperasi di daerah kekuasaan milik Coki. Karena sudah ada pengusaha lain yang sudah menguasai daerah itu dan pengusaha itu adalah kliennya Coki yang sudah membayar Coki dengan harga yang sangat mahal. Kilas balik ini merupakan salah satu titik terpenting dalam jarir Jason yang berkecimpung sebagai orangnya Coki. Wisnu ada
Wisnu Aditya, kaya raya dari warisan dan punya bisnis di sana-sini termasuk stasiun televisi. Wisnu sudah menikah dengan artis ternama yang namanya Vera Andriana. Pernikahan keduanya disorot oleh media sekitar enam tahun yang lalu karena Vera hamil duluan, sorotan media saat itu begitu tajam walaupun belum ada media sosial. Kali ini Wisnu dihadapkan oleh masalah bisnisnya sendiri, dijegal oleh mafia. Bisnis propertinya yang kian pesat sekarang menghadapi masalah serius. Saat itu sore hari dan hujan yang rintik-rintik membasahi tanah Kota Jakarta dan jalanan dipenuhi oleh kendaraan orang-orang yang pulang dari aktivitas. Wisnu yang menaiki mobil Mercedes-Benz C200 dan dikemudikan oleh sopirnya melihat ke keluar dengan tatapan yang kosong. Jelas kalau dirinya masih kesal dengan kedatangan Jason dan Tommy yang mengancamnya, Wisnu tahu siapa Coki tapi dirinya percaya diri bisa menanganinya. Ponsel Wisnu berdering, ada seseorang yang menelepon. Wisnu mengangkat telep
Di sebuah ruangan yang cahayanya temaram, seorang wanita sedang duduk di kursi kayu dan badannya diikat, wanita itu bernama Widya. Dia baru saja dipaksa untuk menelepon seseorang, lebih tepatnya menelepon Vera. Dua orang yang ada di hadapannya kini adalah Jason dan Tommy. Widya tampak ketakutan dan menangis ketika ponselnya direbut oleh Tommy. "Bagus, menurutlah kalau ingin selamat.""Kalian siapa?" Suara wanita berusia empat puluh tahunan awal itu begitu bergetar, sangat ketakutan. "Kami hanyalah petugas." Jason melangkah lebih dekat pada Widya. "Anda tenang saja. Ini tidak akan lama dan tidak akan ada nyawa yang melayang selagi semua pihak bisa diajak kerjasama.""Langsung saja?" tanya Tommy pada Jason yang membuat Widya kebingungan apa maksudnya. Jason mengangguk. Tommy mengeluarkan alat dari sakunya, berupa jarum suntik dan sebuah botol berisi cairan. Benda itu membuat Widya terbelalak dan dan hendak menjerit, namun dengan sigap Jason membun
"Pak, ada seseorang yang ingin menemui anda, namanya Wisnu. Katanya ada perjanjian penting dengan anda." Ucap salah satu ajudan Satia Utama di ruangannya. "Bagus, suruh saja dia masuk. Sambut dia dengan sopan." Satia yang duduk di sofa empuk dengan santainya tersenyum dan mengusap-usap dagunya. "Baik, pak."Langkah kaki yang cepat itu semakin dekat di ruangannya Satia dan ia melihat raut panik yang tak karuan di wajah Wisnu. "Selamat datang, ada yang bisa saya bantu, Pak Wisnu yang terhormat?" senyum licik Satia begitu terpancar dan menyebalkan. "Cepat lepaskan istri saya, dia tidak bersalah apa-apa. Ambil apapun dari saya termasuk proyek yang anda inginkan!" pinta Wisnu, wajahnya memelas. Seringai wajah Wisnu semakin menyebalkan. "Kenapa anda tidak lakukan ini sedari awal, kan kita tak usah capek berkeringat dan buang-buang tenaga kalau anda menurut. Apa jaminannya kalau anda akan patuhi keinginan kami?""Saya akan batalkan semua proyeknya hari ini
Dua pria itu kabur begitu saja dengan motornya, melaju dengan cepat. Vera memegangi lehernya yang sudah dihinggapi peluru dan darah bersimbah ke mana-mana membasahi kemeja putihnya. "Veraaaa!" Wisnu menjerit sejadi-jadinya. Dia memegangi tangan istrinya yang sekarat, mata Vera perlahan tertutup dan suara rintihannya semakin menghilang, Wisnu memeluk istrinya itu dan menangis keras. Sebuah peristiwa yang sangat mengejutkan. "Veraaa! tidak!"Warga sekitar yang mendengar suara itu lantas berhamburan dan mengerumuni mobilnya Wisnu. Tapi sudah terlambat, Vera sudah meregang nyawa di pelukan Wisnu. Sementara Wisnu berteriak luar biasa dan menangis. Para warga mencoba mendekatinya dan salah satu dari mereka menelepon rumah sakit untuk mendatangkan ambulan. ***Jason dan Tommy mendapatkan ucapan selamat dari Coki saat mereka duduk di ruang rapat dan hanya ada mereka bertiga Coki, Tommy, dan Jason. "Kalian memang luar biasa dan tak pernah gagal dalam menjalankan misi,
Flashback SelesaiWisnu duduk di depan meja di ruangan tempat Shani disekap. Dia sedang memakan nasi goreng buatannya sendiri dengan lahap, di meja tersebut makanan Shani belum juga dimakan. "Ayolah, kita makan bersama. Ini tidak diracun, kalau lu sakit gue yang akan disalahkan. Yakinlah suami lu tercinta bisa berhasil. Akan sama mudahnya ketika dia dulu menculik dan melepaskan istri gue sampai nyawanya hilang."Shani yang sudah sangat lapar mendekat dan meraih roti sandwich di sebelah piring berisi nasi, dia memakan roti isi tuna itu dengan lahap. "Nah, begitu. Makanlah selagi ada." kata Wisnu. "Sekarang lu jangan menyalahkan gue untuk keadaan sekarang. Salahkan diri lu sendiri karena mau menikah dengan orang yang dulunya bajingan. Sekarang lu sendiri yang menuai akibatnya kan?" Wisnu lalu meminum habis segelas air putih. "Kenapa lu begitu dendam?" kata Shani yang telah menelan sepotong roti sandwich itu. "Gue yakin istri lu tidak menginginkan semua ini, kala
Tommy dengan kaki kiri yang pincang dan menggunakan penyangga bersusah payah berjalan di pelataran halaman rumah besar dan itu adalah markas Coki. Orang-orang yang berjaga di sana kira-kira ada belasan orang dan semuanya menatap Tommy dengan heran. Salah seorang dari mereka yang paling muda mendekatinya. "Bang, kaki lu kenapa?""Bukan urusan lu, di mana tuan bos?" Tommy terus berjalan menggunakan penyangga sambil tergopoh-gopoh."Ada di dalam.""Sudah sana minggir, gue nggak kenapa-kenapa." Tommy melangkah sampai ke hadapan Coki yang sendirian di balik meja dengan wajah yang serius. Sorot matanya begitu penuh curiga pada Tommy. "Bos, ini semua salah paham." kata Tommy, saya waktu itu teledor sampai informasinya bisa bocor. Bukan maksud saya untuk berkhianat, saya minta kebijaksanaan anda, bos. Pekerjakan saya kembali untuk mencari Jason.""Duduklah dulu." perintah Coki. "Sepertinya terluka parah. Siapa yang anak buah gue yang menembak lu?""Tidak penting." j