Home / Thriller / Petaka Reuni / 3. Cibiran dan Tagihan

Share

3. Cibiran dan Tagihan

Author: JParty
last update Last Updated: 2022-01-17 09:29:07

Bab 3

Pagi itu Kirana sudah bangun lebih pagi dari biasanya hanya untuk menghentikan tukang sayur gerobak yang kerap melintas depan rumahnya. Dia hanya ingin membeli satu ikat sayur bayam yang masih bisa masuk di kantongnya. 

Kirana lalu memasak telur dadar dan sayur bayam untuk dirinya dan Bagas. Gadis itu hanya bisa memasak makanan yang sederhana. Dia lalu menyiapkan ke atas meja. 

"Tumben masak," kata Bagas seraya duduk di kursi makan.

Kirana hanya terdiam seraya menatap ke arah telur dadak yang dia acak-acak sedari tadi.

"Mana surat lamaran yang udah kamu buat? Daripada kamu jadi pengangguran di rumah. Enggak dapat duit juga, kan? Yang ada malah buang-buang duit!" ketus Bagas.

"Kak Bagas!" bentak Kirana tidak terima.

Tangannya mencengkeram sendok dengan geram. Kakaknya malah tertawa melihat kegeraman di wajah Kirana.

"Berapa kali aku harus bilang kalau adik kamu ini bukan pengangguran! Tapi artis! Bintang FTV! Sadar nggak, sih? Seharusnya mikirin juga harga diri aku yang sebagai artis!"

"Artis?" Bagas bangkit dari kursi dan mulai memberikan cibirannya yang khas.

"Kak Bagas malah lupa terakhir kali kamu syuting itu kapan. Coba kamu ingat ingat deh terakhir kali tandatanganin kontrak sinetron itu kapan. Terakhir kali nongol di televisi itu juga kapan?"

Kirana makin sakit hati mendengar sindiran adiknya. Tapi, rasa malu jauh lebih membuncah. Membuatnya dadanya terasa sesak. 

"Bisa nggak sih Kak Bagas ngehargain keputusan aku? Kenapa sih Kakak terus ngatain gini?"

"Kak Bagas cuma bicara fakta!"

Kirana merasa getir. Tapi ucapan kakaknya benar. Semua yang dikatakan kakaknya tadi memang kenyataan. Terakhir kali dirinya mendapat peran di salah satu sinetron memang sudah lama. Tepatnya sekitar delapan bulan yang lalu. Setelah itu dirinya sepi tawaran. Bahkan saat Kirana mencoba peruntungan untuk mengikuti kasting iklan, ia juga gagal. Karena itulah gadis itu jatuh bangkrut. Uang tabungannya tidak sebanding dengan biaya hidupnya.

"Kamu sadar nggak sih siapa kamu? Kamu tuh bukan artis sekelas Nikita Wilky, apalagi Dian Sastro. Kamu itu main di sinetron cuma jadi figuran! Kerjaan nggak punya, bisnis juga nggak ada. Mau sampai kapan kamu hidup kayak gini?" tanya Bagas. 

Kirana merasa mendapat serangan telak dari sang kakak yang membuat tubuhnya menegang. Gadis itu kehabisan kata kata untuk menjawab. Pipinya seperti ditampar bolak balik.  Kirana akhirnya mengalihkan pandangannya ke arah jendela. Rintik hujan  mulai membasahi bumi. 

"Lagian waktu itu kamu kan bisa kerja kantoran. Ya meskipun waktu itu ada orang dalam berkat koneksi! Coba kamu lihat persyaratan ngelamar kerja jadi staf atau bendahara di perusahaan besar. Minimal sarjana, kan? Tapi malah kamu buang gitu aja ijazah kamu demi jadi artis! Padahal nggak banyak orang yang bisa dapat keberuntungan kayak kamu waktu itu."

"Kak Bagas nggak bakalan ngerti," kata Kirana sambil menoleh pada kakaknya dengan tatapan tajam. 

Perkataan adiknya itu sangat menusuk jantung. Ia menarik napas dengan berat. "Kamu nggak bakalan paham, Kak."

"Justru Kak Bagas sangat paham sama gaya hidup kamu! Kamu cuma perempuan kelas bawah yang gengsinya setinggi langit! Padahal kalau dihitung-hitung semenjak kamu maksain diri jadi artis, keuangan kamu justru lebih besar pasak daripada tiang! Tapi kamu tetap maksain diri. Sampai-sampai rela utang sana sini cuma demi gengsi biar dilihat glamor sama teman-teman, ya kan?!"

"Kak Bagas!"

Kirana mulai emosi sekarang. Dia sampai mengipasi wajahnya dengan telapak tangan. Meskipun hujan di luar membuat  kesejukan, tapi akibat penghakiman yang dilakukan kakaknya, hati dan wajahnya terasa panas. Namun, sang kakak kelihatannya belum lelah mengomel. Bagas menatap wajah adiknya dengan sorot tajam setajam silet.

Kirana menahan diri untuk tidak melempar kakaknya dengan sepasang sepatu hak tinggi yang ada di rak sepatu tepat di sebelahnya. Ia masih mencoba sabar.

"Kamu tahu, Na?" tanya Bagas sambil mengangkat kedua alisnya.

"Masih belum kelar juga ngomelnya? Udah sana pergi kerja!" sahut Kirana dengan wajah sebal.

Bagas tidak memedulikan sindiran adiknya.

"Aslinya kamu tuh nggak ada keren-kerennya bergaya di depan layar hape kamu itu! Cuma dunia palsu begitu. Udah tahu nggak ada duit, tapi masih maksain beli cuma buat upload foto minuman dan makanan mahal! Tiap bulan nekat beli tas branded! Dikit-dikit gesek, dikit-dikit upload! Apa sih yang kamu dapatin dari semua itu? Penghargaan dari orang lain? Nggak ada yang hargai kamu, kan? Paling kamu cuma dapat pujian itu pun cuma basa basi!" cibir Bagas.

"Kok, Kak Bagas ngomongnya begitu sih? Kenapa Kakak jadi menghina aku?" Kelopak mata Kirana terlihat bergetar berusaha membendung tangis. Untung saja ia tidak sampai pingsan.

"Kak Bagas lelah aja lihat gaya hidup kamu yang sok kelas atas itu! Kamu sadar nggak sih? Kamu bukan karyawan kantoran lagi! Kamu sekarang pengangguran! Tawaran sinetron atau jadi model iklan yang selalu kamu tunggu-tunggu itu nggak pernah dan nggak akan datang! Terus tagihan kartu kredit kamu gimana? Jangan bilang kalau ujung-ujungnya Kak Bagas juga yang disuruh bayarin tagihan yang hampir lima belas juta itu! Nggak akan mau Kakak bayarin tagihan kamu!"

Teriakan Bagas membuat Kirana terlonjak. Mata gadis itu terbelalak lebar.

"Hah? Li-lima belas juta?!" tanya Kirana tidak percaya. Suaranya sampai tergagap karena kaget.

"lya. Lima belas juta! Gila kamu!" dengus Bagas sampai membuang napas kasar lalu mengempaskan tubuhnya di sofa dengan bibir cemberut. Dia hendak pergi bekerja tetapi masih terhalang hujan karena jas hujan miliknya sudah sobek.

Bagas masih menatap Kirana dengan deru napas naik turun. Gadis itu memilih tidak memedulikan tatapan kakaknya. Dia bergegas meninggalkan sang kakak dan masuk ke kamarnya. Ada yang jauh lebih penting dari sekadar mendengar ocehan kakaknya yang terus membuat sakit di hatinya.

Dalam kamarnya yang dicat warna ungu muda, sepasang mata cokelat nan cantik itu sibuk mencari-cari benda yang dimaksud sang kakak tagi. Ya, Kirana mencari amplop berisi tagihan kartu kredit yang ternyata memang sudah datang. Tagihan yang dikirimkan salah satu bank swasta di Indonesia itu diletakan di atas kasurnya. Segelnya sudah terbuka. Kirana yakin kalau Bagas pasti sudah membukanya.

Kirana langsung gugup membuka amplop tersebut dengan tangan gemetar. Matanya bertambah besar saat melihat nominal tagihannya, Ternyata memang mendekati angka lima belas juta. Sepasang kaki ramping miliknya langsung terasa lemas. la duduk di tepian tempat tidur sambil terbata pelan.

"Astaga, lima belas juta."

Suara petir yang mengiringi hujan deras di luar rumah Kirana seolah menjadi backsong sempurna untuk harinya yang makin suram. Gadis itu sudah tak dapat lagi membendung air matanya. Dia menangis seraya menutupi wajahnya dengan bantal agar Bagas tidak mendengar suara tangisannya.

*****

Bersambung.

Related chapters

  • Petaka Reuni   4. Haris VS Aris

    Bab 4Hujan deras yang mengguyur kawasan kota dan sekitarnya itu membuat wajah Haris semakin muram. Dia sudah menekuk wajahnya sedari tadi. Dari meja kasir ia bisa melihat ekspresi ibunya yang terlihat tidak bersemangat. Ekspresi yang sama juga diperlihatkan ayahnya. Merasa tidak tahan melihat kemuraman dua orang paling berharga dalam hidupnya, Haris beranjak keluar.Dari teras Martabak Laris, jelas pemandangan yang ada di seberang jalan dari sela-sela lalu lintas kendaraan dan barisan rinai hujan itu membuatnya muak. Sebuah kafe yang bangunan dan catnya masih baru, resmi dibuka satu minggu yang lalu. Haris membaca tulisan yang dicetak besar-besar pada sebuah baliho dan tertulis "Kafe Aris".Terlihat kendaraan memenuhi parkiran kafe tersebut. Mulai dari sepeda motor hi

    Last Updated : 2022-01-19
  • Petaka Reuni   5. Utang

    Bab 5"Ini nyangkut keuangan keluargaku, Ris. Ayahku kerja keras buat diriin kedai itu! Terus kamu mau ngancurin usaha ayahku gitu aja? Tolong hati kamu juga dipake! Jangan cuma gara-gara keserakahan uang atau dendam, kamu sampai tega ngancurin usaha orang!" tegur Haris.Sebisa mungkin ia menahan diri agar tidak berteriak. la tidak ingin menarik perhatian. Apalagi kalau orang-orang sampai tahu kedatangannya mencari Aris karena kedai martabak miliknya kalah saing. Haris ingin menyelesaikan masalah dengan cara yang berkelas, bukan dengan adu jotos. Apalagi mereka juga saling kenal. la berharap bicara baik-baik akan membuat Aris paham dengan kegelisahannya. Tapi, ternyata sia-sia. Aris tetaplah seseorang yang tidak mau mengalah."Terus?" Aris menatap Haris sambil menggeleng gel

    Last Updated : 2022-01-22
  • Petaka Reuni   6. Pinjam Uang

    Bab 6"Kalau teman-teman kamu nggak ada yang mau bantu, bawa aja tuh barisan sepatu sama tas bermerek kamu ke pegadaian! Gadaiin tuh sana!" ucap Bagas.Kirana sebenarnya sudah sangat lelah dihakimi. Namun, dia memilih mengalah jika dengan meluapkan segala kekesalannya, kakaknya itu bisa menolongnya."Mana bisa gadaiin yang kayak gitu? Harapan aku cuma kamu, Kak. Kita ini saudara. Meski nggak satu darah, tapi kita dibesarin dari kecil. Kita punya orang tua yang sama, lebih tepatnya orang tua kamu yang udah adopsi aku," keluh Kirana lemah."Iya, tahu. Tapi kan yang punya utang banyak itu kamu, bukan Kakak.Sahutan kakaknya itu sangat menohok sampai Kira

    Last Updated : 2022-01-24
  • Petaka Reuni   7. Petaka Reuni

    Bab 7"Kalau gitu aku tunggu di mobil aja, ya?" ucap Kirana karena merasa canggung kalau harus ikut masuk ke villa.Tempat itu terlihat sepi. Di halamannya yang ditumbuhi beberapa pohon pinus, tidak ada tanda-tanda diadakannya pesta barbeque. Padahal hujan sudah berhenti. Kalau ada acara yang diadakan Sandra dengan teman-teman lainnya kan rasanya kurang lengkap tanpa pesta barbeque.Apalagi udara di sana sangat menusuk dan terasa dingin ke tulang sumsum. Kirana sampai menaikkan resleting jaketnya hingga sebatas leher. Dia bahkan memeluk tubuhnya sendiri untuk mengurangi hawa dingin. Sambil menghela napas. Kirana mengikuti permintaan Sandra dengan berat hati. la mulai bingung memikirkan bagaimana dirinya akan pulang.

    Last Updated : 2022-01-30
  • Petaka Reuni   8. Salah

    Bab 8"Asal kamu tahu ya, Na, uang lima belas juta sih kecil buat aku. Tapi kalau ada orang lain yang tahu terus nyebarin gosip ini gimana? Kirana Ayu, artis yang jatuh bangkrut sampai nekat meminjam uang dari artis Sandra Ruwina yang jadi kekasih mantannya, gimana? Apalagi berita itu bukan berita gosip tapi berita fakta. Kamu siap buat hadapin pemberitaan itu?" tantang Sandra.Tangan Kirana mengepal. Sorot matanya tajam penuh kemarahan.Kirana merasa hatinya bagai cermin yang jatuh retak lalu makin hancur menjadi serpihan kaca kala semakin diinjak. Dia menyesal dan tidak berdaya karena uang. Kalau saja dia tahu semuanya akan begini, tentu saja Kirana tidak akan pernah meminta bantuan Sandra.Gadis

    Last Updated : 2022-02-01
  • Petaka Reuni   9. Dendam Masa Lalu

    Bab 9"Na, kamu tuh pengecut tau nggak!"Mendengar teriakan Sandra yang membentaknya, bukan hanya Kirana yang langsung diam. Tapi seisi kelas juga. Mereka menoleh ke arah Sandra. Kirana yang tersadar, akhirnya mengerjap la melihat Sandra keluar dari kelas dan melihat punggung sahabatnya itu berbelok meninggalkan kelas menuju ke kelas yang dihuni dua Aris dan Haris.Merasa tidak terima, Kirana langsung mengejarnya. Dari jendela, Kirana bisa melihat anak-anak mengerumuni Haris sambil meledek dan bertepuk tangan. Kemudian, Kirana mendengar suara Sandra berteriak, "Stop, Ris! Jangan makan kuenya!"Teriakan Sandra sangat keras. Seketika, suara ledekan dan canda teman-teman sekelas Haris terhenti. Suara

    Last Updated : 2022-02-03
  • Petaka Reuni   10. Aris Terbunuh

    Bab 10Begitu keluar dari toilet, Kirana memesan segelas teh manis panas dan juga semangkuk mie rebus. Dia sengaja meminta pelayan rumah makan untuk menambahkan irisan-irisan cabai rawit. Kirana berharap pedasnya cabai akan menghilangkan rasa sakit di hati juga kepalanya.Namun, gadis itu malah kehilangan selera makan. Tangannya hanya mengaduk aduk uraian mie rebus itu dengan garpu tanpa berselera menyuap ke mulutnya. Tangannya mengepal gagang garpu dengan geram.Kirana malah membayangkan garpu tersebut menusuk nusuk perut Aris hingga usus-ususnya beruraian keluar. Darah segar langsung muncrat membasahi. Dia bahkan membayangkan hal menjijikkan itu sampai perutnya terasa mualKirana akhirnya meraih teh manis la

    Last Updated : 2022-02-07
  • Petaka Reuni   11. Nenek Sihir

    Bab 11Pagi itu, Kirana keluar kamar masih dengan pakaian tidurnya. Hal yang tak biasa dia lakukan terjadi. Dia mengambil sapu ijuk dan mulai menyapu seluruh lantai rumah. Saat melewati pintu kamar kakaknya yang masih tertutup, Kirana memutuskan untuk menunda menyapu kamar Bagas karena mengira pria itu masih tidur."Pasti Kak Bagas masih tidur."Selesai menyapu, Kirana mengambil kain pel dan juga mengisi air hingga seperempat ember. Dia membersihkan lantainya. Setelah itu, Kirana bergegas mencuci baju. Ternyata cairan sabun cuci miliknya habis. Dengan dengusan sebal dia kembali ke kamar untuk mengambil uang."Hadeh … kenapa pakai habis segala sih tuh sabun," keluhnya.

    Last Updated : 2022-02-15

Latest chapter

  • Petaka Reuni   12. Mencari Kerja

    Bab 12Dengan hati-hati, Kirana berkata pada kakaknya yang sedang menyantap masakan buatannya dengan lahap. Gadis itu memberanikan diri sambil tersenyum yakin dan penuh percaya diri."Kak Bagas, aku mau nyari kerja," ucap Kirana.Seketika itu juga Bagas menghentikan kunyahan nasinya. Dia lalu menatap Kirana sambil mengangkat alis. Adik cantiknya itu balas menatapnya sambil menggagguk-angguk."Kamu mau cari kerja?""lya, Kak. Aku mau nyari kerja. Kalau nggak gini, bisa-bisa aku beneran jadi babak belur dihajar sama debt collector," kata Kirana meyakinkan kakaknya.Bayangan debt collector yang

  • Petaka Reuni   11. Nenek Sihir

    Bab 11Pagi itu, Kirana keluar kamar masih dengan pakaian tidurnya. Hal yang tak biasa dia lakukan terjadi. Dia mengambil sapu ijuk dan mulai menyapu seluruh lantai rumah. Saat melewati pintu kamar kakaknya yang masih tertutup, Kirana memutuskan untuk menunda menyapu kamar Bagas karena mengira pria itu masih tidur."Pasti Kak Bagas masih tidur."Selesai menyapu, Kirana mengambil kain pel dan juga mengisi air hingga seperempat ember. Dia membersihkan lantainya. Setelah itu, Kirana bergegas mencuci baju. Ternyata cairan sabun cuci miliknya habis. Dengan dengusan sebal dia kembali ke kamar untuk mengambil uang."Hadeh … kenapa pakai habis segala sih tuh sabun," keluhnya.

  • Petaka Reuni   10. Aris Terbunuh

    Bab 10Begitu keluar dari toilet, Kirana memesan segelas teh manis panas dan juga semangkuk mie rebus. Dia sengaja meminta pelayan rumah makan untuk menambahkan irisan-irisan cabai rawit. Kirana berharap pedasnya cabai akan menghilangkan rasa sakit di hati juga kepalanya.Namun, gadis itu malah kehilangan selera makan. Tangannya hanya mengaduk aduk uraian mie rebus itu dengan garpu tanpa berselera menyuap ke mulutnya. Tangannya mengepal gagang garpu dengan geram.Kirana malah membayangkan garpu tersebut menusuk nusuk perut Aris hingga usus-ususnya beruraian keluar. Darah segar langsung muncrat membasahi. Dia bahkan membayangkan hal menjijikkan itu sampai perutnya terasa mualKirana akhirnya meraih teh manis la

  • Petaka Reuni   9. Dendam Masa Lalu

    Bab 9"Na, kamu tuh pengecut tau nggak!"Mendengar teriakan Sandra yang membentaknya, bukan hanya Kirana yang langsung diam. Tapi seisi kelas juga. Mereka menoleh ke arah Sandra. Kirana yang tersadar, akhirnya mengerjap la melihat Sandra keluar dari kelas dan melihat punggung sahabatnya itu berbelok meninggalkan kelas menuju ke kelas yang dihuni dua Aris dan Haris.Merasa tidak terima, Kirana langsung mengejarnya. Dari jendela, Kirana bisa melihat anak-anak mengerumuni Haris sambil meledek dan bertepuk tangan. Kemudian, Kirana mendengar suara Sandra berteriak, "Stop, Ris! Jangan makan kuenya!"Teriakan Sandra sangat keras. Seketika, suara ledekan dan canda teman-teman sekelas Haris terhenti. Suara

  • Petaka Reuni   8. Salah

    Bab 8"Asal kamu tahu ya, Na, uang lima belas juta sih kecil buat aku. Tapi kalau ada orang lain yang tahu terus nyebarin gosip ini gimana? Kirana Ayu, artis yang jatuh bangkrut sampai nekat meminjam uang dari artis Sandra Ruwina yang jadi kekasih mantannya, gimana? Apalagi berita itu bukan berita gosip tapi berita fakta. Kamu siap buat hadapin pemberitaan itu?" tantang Sandra.Tangan Kirana mengepal. Sorot matanya tajam penuh kemarahan.Kirana merasa hatinya bagai cermin yang jatuh retak lalu makin hancur menjadi serpihan kaca kala semakin diinjak. Dia menyesal dan tidak berdaya karena uang. Kalau saja dia tahu semuanya akan begini, tentu saja Kirana tidak akan pernah meminta bantuan Sandra.Gadis

  • Petaka Reuni   7. Petaka Reuni

    Bab 7"Kalau gitu aku tunggu di mobil aja, ya?" ucap Kirana karena merasa canggung kalau harus ikut masuk ke villa.Tempat itu terlihat sepi. Di halamannya yang ditumbuhi beberapa pohon pinus, tidak ada tanda-tanda diadakannya pesta barbeque. Padahal hujan sudah berhenti. Kalau ada acara yang diadakan Sandra dengan teman-teman lainnya kan rasanya kurang lengkap tanpa pesta barbeque.Apalagi udara di sana sangat menusuk dan terasa dingin ke tulang sumsum. Kirana sampai menaikkan resleting jaketnya hingga sebatas leher. Dia bahkan memeluk tubuhnya sendiri untuk mengurangi hawa dingin. Sambil menghela napas. Kirana mengikuti permintaan Sandra dengan berat hati. la mulai bingung memikirkan bagaimana dirinya akan pulang.

  • Petaka Reuni   6. Pinjam Uang

    Bab 6"Kalau teman-teman kamu nggak ada yang mau bantu, bawa aja tuh barisan sepatu sama tas bermerek kamu ke pegadaian! Gadaiin tuh sana!" ucap Bagas.Kirana sebenarnya sudah sangat lelah dihakimi. Namun, dia memilih mengalah jika dengan meluapkan segala kekesalannya, kakaknya itu bisa menolongnya."Mana bisa gadaiin yang kayak gitu? Harapan aku cuma kamu, Kak. Kita ini saudara. Meski nggak satu darah, tapi kita dibesarin dari kecil. Kita punya orang tua yang sama, lebih tepatnya orang tua kamu yang udah adopsi aku," keluh Kirana lemah."Iya, tahu. Tapi kan yang punya utang banyak itu kamu, bukan Kakak.Sahutan kakaknya itu sangat menohok sampai Kira

  • Petaka Reuni   5. Utang

    Bab 5"Ini nyangkut keuangan keluargaku, Ris. Ayahku kerja keras buat diriin kedai itu! Terus kamu mau ngancurin usaha ayahku gitu aja? Tolong hati kamu juga dipake! Jangan cuma gara-gara keserakahan uang atau dendam, kamu sampai tega ngancurin usaha orang!" tegur Haris.Sebisa mungkin ia menahan diri agar tidak berteriak. la tidak ingin menarik perhatian. Apalagi kalau orang-orang sampai tahu kedatangannya mencari Aris karena kedai martabak miliknya kalah saing. Haris ingin menyelesaikan masalah dengan cara yang berkelas, bukan dengan adu jotos. Apalagi mereka juga saling kenal. la berharap bicara baik-baik akan membuat Aris paham dengan kegelisahannya. Tapi, ternyata sia-sia. Aris tetaplah seseorang yang tidak mau mengalah."Terus?" Aris menatap Haris sambil menggeleng gel

  • Petaka Reuni   4. Haris VS Aris

    Bab 4Hujan deras yang mengguyur kawasan kota dan sekitarnya itu membuat wajah Haris semakin muram. Dia sudah menekuk wajahnya sedari tadi. Dari meja kasir ia bisa melihat ekspresi ibunya yang terlihat tidak bersemangat. Ekspresi yang sama juga diperlihatkan ayahnya. Merasa tidak tahan melihat kemuraman dua orang paling berharga dalam hidupnya, Haris beranjak keluar.Dari teras Martabak Laris, jelas pemandangan yang ada di seberang jalan dari sela-sela lalu lintas kendaraan dan barisan rinai hujan itu membuatnya muak. Sebuah kafe yang bangunan dan catnya masih baru, resmi dibuka satu minggu yang lalu. Haris membaca tulisan yang dicetak besar-besar pada sebuah baliho dan tertulis "Kafe Aris".Terlihat kendaraan memenuhi parkiran kafe tersebut. Mulai dari sepeda motor hi

DMCA.com Protection Status