Share

Bab 27. Cerita Wendi

Penulis: SunnyBells09
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Wendi terkejut melihat kedatangan adik dan dua temannya, sebaliknya Nenek Seno malah bahagia mendapat kunjungan teman-teman mendiang cucunya. Bahkan Nenek Seno mengajak mereka semua untuk makan bersama.

Wendi menarik lengan Nadia saat mereka semua hendak pindah ke ruang makan. “Kalian ngapain kesini?” bisiknya pelan.

“Aku diajak Renata kak, lagipula apa salahnya? Kakak juga kesini kan?” Wendi balas berbisik juga dan melanjutkan langkahnya mengikuti kedua teman-temanya.

Para mahasiswi tersebut menemani Nenek Seno makan siang dengan ceria, dan bersenda gurau. Namun Wendi hanya tersenyum tipis saat salah satu dari ketiganya melontarkan kalimat lucu. Nenek Seno terlihat amat bahagia dan tertawa lepas. Dia merasa hidupnya tak lagi kesepian semenjak teman-teman Seno sering mengunjunginya.

Selesai makan mereka berpamitan pulang pada Nenek Seno. Renata merasa heran mengapa Wendi mengirim pesan memintanya untuk datang ke rumah Nenek Seno tetapi sampai sekarang Wendi hanya bungkam, tak ada tand
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Petaka Di Lorong Kampus   Bab 28. Wendi Mau Diajak Bekerjasama

    “Jadi bukan Seno yang menghamili Yasmine kak? Apa Seno juga tau akan hal ini?”“Menurut cerita Yasmine sih bukan, malam itu aku mencari kesempatan untuk memberitahukan pada Seno, namun Yasmine terus menempel padaku Re, dan saat kesempatan itu ada ponsel Seno sedang tidak aktip, jadi aku tak bisa menghubunginya”Wajah Wendi berubah sendu, Nadia yang duduk di sampingnya merangkul bahu kakaknya tersebut, untuk menghiburnya. Renata dan Yoke pun melakukan hal yang sama. Wendi terharu dengan perlakuan semua teman-teman adiknya.Selanjutnya mereka mengobrol santai, Wendi semakin akrab dengan Renata cs, bahkan Wendi berjanji mulai sekarang dia akan membantu Renata untuk mengungkap siapa pembunuh Seno, karena dalam hati kecil Wendi dia masih mencintainya. Selama ini Wendi terus memendam rasa cintanya untuk Seno, karena dia merasa rendah diri dan tidak pantas, terlebih saat dia tau bahwa Seno menyukai Yasmine, sahabat mereka yang cantik, ceria, pandai bergaul dan disukai banyak orang. Kepercay

  • Petaka Di Lorong Kampus   Bab 29. Foto

    Dylan membuka pintu ruang kerja ayahnya, dia melihat Bramantyo baru saja memasukan ponselnya ke dalam saku celana.“Papa bicara dengan siapa di telpon?”Bramantyo menoleh dan terlihat ada keterkejutan di wajahnya. “Dylan? Sejak kapan kamu disitu?”“Sejak papa bilang sudah kirim uang dengan jumlah besar kepada Yasmine”Mendengar jawaban Dylan, wajah Bramantyo terlihat panik, namun dia segera menutupinya dengan senyum.“Ohh...itu, dia itu asisten papa yang sedang papa tugaskan ke luar, jadi papa bilang sama dia kalau papa sudah mentransfer sejumlah uang, untuk keperluanya selama disana menjalankan tugas dari papa”“Benarkah?”“Apa maksudmu? Kamu tidak percaya sama papa?”“Percaya kok, papa lupa ya? Aku selalu percaya pada semua omongan papa, tapi papa yang selalu tak pernah percaya padaku. Papa lebih mempercayai ucapan orang lain daripada anak papa sendiri”“Kamu ini bicara apa Dylan? Sudah sana maasuk ke kamarmu. Papa cape harus selalu menutupi setiap kenakalanmu”“Oh jadi begitu? Papa

  • Petaka Di Lorong Kampus   Bab 30. Dylan Mabuk

    Renata menatap foto ditanganya. Pagi itu dia datang lebih awal ke kampus untuk bertemu Wendi dan menerima beberapa foto yang di perlihatkan oleh Wendi tadi malam. Mereka berempat bertemu di kantin kampus, mengambil tempat paling pojok dan sepi.“Foto-foto itu aku ambil saat hari kejadian, cuma sayangnya saat itu aku tidak ke gedung tektik, jadi aku tidak tau kalau Seno melompat dari gedung,” ucap WendiYoke dan Nadia ikut melihat foto-foto tersebut, yang sebagian besar adalah foto Seno. ada yang sedang turun dari mobilnya, ada yang sedang berdiri dengan memegang ponsel yang di letakan di telinganya, sepertinya dia sedang menelpon seseorang. Ada juga yang sedang membuka tutup botol minuman. Semuanya diambil di hari yang sama.“Ini fotonya diambil pas malam hari ya kak? Latarnya gelap”“Sudah pastilah malam hari Ke, kejadiannya kan memang malam hari, Kak Wendi memang sering diam-diam mengambil foto Seno, tapi foto-foto yang ini diambil pas hari dimana Seno ditemukan meninggal”“Iih gue

  • Petaka Di Lorong Kampus   Bab 31. Seno Sudah Tidak Marah

    Renata membiarkan Dylan tidur di sofa ruang tamunya malam itu, dia sendiri masuk ke dalam kamarnya, dan alangkah terkejutnya Renata saat mendapati Seno masih berada di dalam kamarnya.“Seno? kenapa masih disini? kenapa tidak kembali ke tempat asalmu?”Sesaat Renata merasa aneh dengan adanya dua orang laki-laki di dalam rumahnya, satu berada di ruang tamunya dan satu lagi berada di dalam kamarnya.“Apa yang sedang kau pikirkan?,” tanya Seno saat dia melihat Renata menggeleng-gelengkan kepalanya dan berjalan mondar mandir.“Kalian berdua... kalian membuatku merasa buruk”Seno menatap datar kearah Renata, “Siapa yang kau maksud dengan kalian?”“Siapa lagi kalau bukan kau dan cowo idola kampus itu”Renata menghempaskan tubuhnya ke ranjang, dan menutup seluruh tubuh sampai ke kepala dengan selimut. Seno hanya menatap Renata dengan alis terangkat sebelah. Kemudian dia ikut merebahkan diri di sofa, setelah itu tubuhnya berubah menjadi asap putih yang lama kelamaan menghilang.Saat menyingkap

  • Petaka Di Lorong Kampus   Bab 32. Melaksanakan Ide Yang Tertunda

    Renata kemudian meminta Dylan dan Wendi bergantian menceritakan apa yang mereka pernah ceritakan pada Renata di hadapan Seno.Renata melihat Seno mendengarkan dengan seksama, atau mungkin dia sedang berusaha menggali ingatanya dari semua cerita Wendi dan Dylan?.Dalam kesempatan itu juga Renata menceritakan semua mimpi yang dialaminya, yang menurutnya itu bukanlah mimpi, melainkan dia melihat masa lalu Seno.“Jadi menurutku, tak ada salahnya jika aku mecoba untuk masuk kembali ke masa lalu Seno”“Apa itu ga berbahaya Re? Terakhir lo ngalamin mimpi itu kan akhirnya lo masuk rumah sakit, lo selalu kena hipotermia”“Benar apa kata Yoke, kita harus cari cara lain Re, kita ga mungkin membuat kamu dalam bahaya cuma karena ingin melihat masa lalu Seno”Renata menatap kedua sahabatnya, dari awal mereka memang sudah tidak setuju akan ide Renata karena mereka mengkhawatirkan keselamatan dirinya.“Kurasa juga Yoke dan Nadia ada benarnya Re, jangan terlalu gegabah, kamu cuma tau cara masuk kesana

  • Petaka Di Lorong Kampus   Bab 33. Mimpi Yang Sama

    Orang yang tadi berbicara maju selangkah dan menatapnya dengan tatapan kejam. “Kau harus mengakui bahwa anak yang dikandung Yasmine adalah anakmu, jika tidak mayatmulah yang akan mengakuinya” “Apa maksudmu? Aku tak pernah sekalipun menyentuh Yasmine, mengapa aku harus mengakui hal yang tidak pernah aku lakukan?” “Ah... banyak omong sekali kau, sudah bos kita habisi saja dia” kali ini orang yang berdiri paling pinggir dekat dengan pintu masuk toilet yang berbicara, wajahnya terdapat bekas luka memanjang, kulitnya hitam dan hidungnya besar. Renata bergidik ngeri melihat penampakan dari laki-laki tersebut. “Kau lihat sendiri kan? anak buahku sudah sangat tidak sabaran ingin melakukan olah raga denganmu, pilihan ada di tanganmu, kau mengakui atau ikut berolah raga bersama kami” “Sudah kukatakan, aku tak akan mengakui perbuatan yang tidak aku lakukan” Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Renata merasakan bogem mentah dari orang yang dipanggil bos oleh laki-laki dengan luka diwajahny

  • Petaka Di Lorong Kampus   Bab 34. Pacar Non Renata?

    “Non Renata? Kenapa dengan Non Renata? Bukankah tadi dia baik-baik aja”“Tolong buka pintu dulu mba, kita mau bawa Renata ke rumah sakit sekarang”“I..iya.. baik non”Mba Iyus bergegas melakukan apa yang diminta Yoke, mereka kemudian berbagi tugas, Dylan membawa Renata dengan mobil milik Renata ditemani Yoke dan Mba Iyus sedangkan Nadia dan Wendi berboncengan naik motor.“Hati-hati den, kita bawa ke rumah sakit yang paling dekat saja,” ucap Mba Iyus dengan memangku kepala Renata, duduk di seat belakang. Yoke duduk di samping Dylan yang sedang menyetir.Dylan membelokan setir mobil ke arah rumah sakit, langsung berhenti di depan ruang IGD, di ikuti motor yang dikendarai Wendi di belakangnya.Setelah meminta petugas rumah sakit untuk memberikan pertolongan pada Renata, mereka pun kini hanya bisa menunggu hingga dokter selesai memeriksa keadaan Renata.Tak ada yang bersuara, mereka semua terdiam, hanya isak tangis Mba Iyus terdengar.“Ngga papa mba, Renata pasti baik-baik aja” Yoke meng

  • Petaka Di Lorong Kampus   Bab 35. Keadilan Untuk Seno

    Renata kembali menutup matanya, sedangkan Seno masih setia menggenggam tangan Renata. Saat itu Dylan berjalan mendekati ranjang pasien, dan melihat Renata masih terpejam. Ada rasa hangat menyelimuti dadanya, dia kagum dengan keberanian dan tekad Renata untuk membantu Seno.Pagi hari pun tiba, terlihat Dylan yang masih tidur sambil duduk di kursi, dengan kepala berada di ranjang tempat Renata terbaring, tanganya menggenggam tangan Renata.Mba Iyus masuk di ikuti dua orang dibelakangnya. Satu laki-laki paruh baya dan satu lagi wanita yang usianya tak jauh berbeda.“Renata? Ya ampuun Re... kamu kenapa sayang? Ini mommy nak”Perempuan yang mengaku ibunya Renata duduk di sisi ranjang, dan mengusap kepala Renata penuh kasih sayang. Dylan mengerjapkan matanya, dan melihat sekeliling, dia pun berdiri dan mundur, memberikan jalan bagi laki-laki yang diperkirakanya sebagai ayah Renata untuk duduk di sisi ranjang satunya lagi, menempati tempat duduk Dylan tadi.“Re, maafkan papi nak, selama ini

Bab terbaru

  • Petaka Di Lorong Kampus   Bab 104. Sakitnya Dibohongi

    Renata terbengong sendiri mendengar perkataan Sena, sedangkan Sena tersenyum-senyum menatap wajah Renata dan membayangkan mereka tinggal bersama.“Sebentar deh Sena, kamu kan baru aja kuliah disini, kenapa mau pindah?”“Ya ga papa sih, abis ternyata disini membosankan suasananya, apalagi kalau nanti ga ada kamu, bisa kebayang kan sekeriting apa otakku nanti?”Renata tertawa renyah mendengar kelakar Sena, “Ada-ada aja kamu Sena”“Kalian berdua lagi ngomongin apaan sih?” Yoke tiba-tiba saja sudah berdiri di belakang Renata dan ikut duduk disisinya.“Hei Yoke, kamu tambah manis aja hari ini”“Aduh Sena, ga usah ngegombalin gue deh, kaga mempan tau ga?! Kemaren gue abis mutusin cowo gue, gara-gara gombalan dia udah basi, udah expired”“Ya ampun Ke, lo sadis banget sih”“Iihh abisnya dia ga kreatif ngerayu cewe Re, bikin bosen”“Ke, lo dalam sebulan ini udah berapa kali ganti pacar?”“Ehm... lupa gue, abis rata-rata mereka pada jahat, cuma pe ha pe doang”Renata hanya geleng-geleng kepala

  • Petaka Di Lorong Kampus   Bab 103. Lamaran

    “Jadi... maksud saya datang kesini adalah untuk melamar Dek Camelia, untuk menjadi istri saya dan juga mamanya Dylan, dan saya juga bersedia menjadi ayah bagi Rama dan Leon,” ucap Bramantyo sambil menyodorkan kotak beludru warna biru yang di dalamnya berisi cincin berlian.Camelia terkesiap mendengar lamaran yang diucapkan oleh Bramantyo. Dia memang sudah bisa menebak rasa yang belum diungkapkan oleh laki-laki yang usianya hampir kepala lima itu. Bahkan hari kemarin saat mereka pulang setelah main seharian di mall, Camelia sebenarnya terus menghindari percakapan dengan Bramantyo, karena dia sudah bisa membaca dan menebak arah dari kalimat laki-laki yang pernah menjadi atasan mendiang suaminya itu.Dylan yang mengantar ayahnya untuk melamar Camelia hanya menganggukan kepala dan tersenyum saat Bramantyo melanjutkan kalimatnay yang mengatakan bahwa anaknya pun sudah memberikan restu dan menerima jika Camelia mau menjadi istrinya.Camelia menjadi serba salah, disatu sisi dia tak ingin ke

  • Petaka Di Lorong Kampus   Bab 102. Diam Diam Tidak Suka

    Bramantyo mengajak Camelia dan kedua anak balita itu untuk keluar dan jalan-jalan ke mall, meskipun awalnya Camelia menolak, namun karena melihat wajah Rama dan Leon yang melompat senang dengan tawaran dari Bramantyo, akhirnya dia pun mengalah dan menuruti keinginan ketiga pria berbeda usia tersebut.Mereka juga mengajak kedua pengasuh Rama dan Leon untuk ikut serta. Jadilah mereka bertujuh dengan supir pribadi Bramantyo, berangkat menuju mall di pusat kota Jakarta.“Papa Bram, nanti di mall kita boleh jajan es krim ga?” Leon bertanya dengan menatap wajah Bramantyo penuh harap, dan langsung tersenyum serta melompat bahagia karena mendapat persetujuan dari Bramantyo dan juga Camelia.“Aku juga mau”“Iya Rama, nanti kita beli es krim yang banyak dan kita bisa makan bersama-sama”“Yeeyyy, terimakasih Papa Bram”“Sama-sama sayang”Camelia yang melihat interaksi kedua bocah itu dnegan Bramantyo hanya bisa tersenyum haru, dia berpikir andaikan saja dulu Damar bisa sehangat itu sikapnya pada

  • Petaka Di Lorong Kampus   Bab 101. Tawaran beasiswa

    Renata akhirnya memutuskan untuk berjalan menuju kantin demi menemui Yoke dan Nadia. Keduanya memang masih berada di kantin karena menunggu Renata sambil juga menunggu kelas mereka selanjutnya.“Disebelah sini Re” Yoke dengan suara cemprengnya yang khas memanggil Renata yang baru saja tiba di kantin.Renata mengambil tempat duduk dan bergabung dengan Nadia dan Yoke.“Ternyata Kak Dylan kenal dengan Sena, tadi aku lihat mereka ngobrol seolah sudah saling mengenal lama”“Iya Re, kami sudah tau itu, tadi sewaktu kamu di kelas, kami sudah bertemu dengan Kak Dylan, dan menceritakan tentang sosok mahasiswa yang wajahnya mirip dengan Seno”Renata menoleh dan menatap Nadia. “Jadi kalian menceritakan perihal Sena ke Kak Dylan?”“Iya Re, terus Kak Dylan bilang Sena itu adik sepupu jauh Seno, papanya Sena itu sepupuan sama papanya Seno” Yoke menjelaskan apa yang di dengarnya dari Dylan dengan antusias.Renata mengangguk-anggukan kepalanya, kini dia baru mengerti. “Oh.. Jadi Sena itu masih ada ik

  • Petaka Di Lorong Kampus   Bab 100. Kamu Seno Kan?

    Flashback onPagi ini Renata mengantarkan kedua orangtuanya sampai ke bandara, hari ini mereka harus kembali karena cuti yang diambil ayahnya sudah habis.“Re, kalau ada apa-apa cepat kabari mommy, terus kamu jangan telat makan ya”“Iya mom, Re akan selalu ingat nasehat mommy”“Re, jangan terima tamu lagi kalau malam-malam, batas akhir bertamu itu jam sepuluh, ingat itu!”“Iya papi, Re akan terapkan aturan itu ke semua temen-temen Re”Setelah memberikan wejangan panjang lebar pada anak semata wayang mereka, tibalah kini waktunya mereka untuk berpisah, karena nomor penerbangan pesawat ayah dan ibu Renata sudah dipanggil.Renata pun sekali lagi berpelukan dengan kedua orangtuanya, dan melepaskan mereka untuk kembali ke Kalimantan.Setelah dari bandara, Renata langsung pergi ke kampusnya karena dia ada jadwal kuliah siang ini.“Re, di sebelah sini” Teriakan Yoke langsung menyambutnya kala Renata baru saja turun dari mobil yang baru saja diparkirkanya. Dilihatnya Yoke dan Nadia melambaik

  • Petaka Di Lorong Kampus   Bab 99. Permintaan Dylan

    Dylan menatap ayahnya dengan pandangan horor. Namun Bramantyo mengangguk dengan mantap. Kali ini giliran Dylan yang menarik napas dalam serta menggelengkan kepalanya.“Untung aku tidak jadi menikah dengan Yasmine, apa jadinya nanti jika papa menikah dengan Kak Lia, berarti papa jadi kakak iparku dong”“Eh, enak aja kamu nikah sama Yasmine. Papa tidak setuju, asal kamu tau ya Lan, sebenarnya Yasmine itu selalu mengancam papa bahwa dia akan menyebarkan informasi pada media jika anak yang di kandungnya itu adalah anakmu, dan kamu tidak mau bertanggung jawab, itulah sebabnya papa setuju dengan usulan Damar untuk mengirim Yasmine ke luar negeri, agar dia tutup mulut, tetapi setelah tinggal disana, Yasmine selalu meminta uang ke papa dalam jumlah besar”“Oh.. itu.. ehm, jadi itu sebenarnya... Yasmine pun sedang diancam pah, dan dia harus mengirimkan uang dalam jumlah besar, tapi papa tidak usah khawatir, uang papa masih ada kok, utuh”“Maksud kamu apa Lan?”Dylan pun kemudian menceritakan p

  • Petaka Di Lorong Kampus   Bab 98. Percakapan Di Meja Makan

    Camelia mendengar seluruh pertengkaran Yasmine dan kedua orangtua Damar, dia juga mendengar semua yang diucapkan Damar saat Yasmine pergi dengan membawa amarahnya atas penolakan kedua orangtua Damar tersebut, juga tentang ancaman Ayah Damar yang tidak akan memberikan warisanya jika terbukti bahwa anak yang dikandung Yasmine itu adalah anaknya.Setelah Damar pun kemudian pergi karena di suruh Sri untuk menemui Camelia di rumah sakit, Camelia pun keluar dari persembunyianya dan langsung menemui Sri dan Abdulah yang terkejut melihat kemunculan Camelia yang tiba-tiba di rumah mereka.“Lia? Sejak kapan kamu datang nak?” tanya Sri dengan wajah cemas dan was-was kalau Camelia mendengar semua pertengkaran yang baruan terjadi.“Lia sudah mendengar dan mengetahui semuanya bu, jadi bapak dan ibu tak perlu menutupi hal ini lagi dari Lia”Sri langsung menangis dan memeluk Camelia. “Maafkan anak ibu nak, damar itu memang laki-laki bodoh yang menyia-nyiakan wanita baik sepertimu, tapi ibu mohon jang

  • Petaka Di Lorong Kampus   Bab 97. Camelia

    Mulut Renata terbuka lebar heran sekaligus merasa geli sendiri dengan apa yang Dylan ucapkan. “Kak Dylan kaya anak kecil aja sih, lagian aku kan bukan barang, aku juga bisa jaga diri aku sendiri”Renata menyembunyikan tawanya dengan berdehem beberapa kali. “Jadi Kak Dylan malam-malam datang kesini cuma buat ngomongin ini?”“Yy… ya ga gitu juga Re, aku kesini karena khawatir sama kamu” Dylan nampak tergagap menjawab pertanyaan Renata.“Khawatir? Aku kan ada di rumah, lagipula ada mommy dan papiku disini”Dylan langsung terlihat salang tingkah dan menundukan kepalanya, bukan karena kalimat yang diucapkan Renata, tetapi karena papinya Renata yang terlihat sedang menuruni tangga dan melihat ke arah mereka berdua.“Malam om” Dylan berdiri dan menganggukan kepalanya.“Malam, ada hal penting apa sampai kamu bertamu malam-malam begini ke rumah seorang gadis?”Renata ikut berdiri dan menolah ke belakang saat mendengar suara bariton milik sang ayah.“Eh papi, kenalin pih, ini temen Re... namany

  • Petaka Di Lorong Kampus   Bab 96. Seno Berpamitan

    “Kenapa kamu ga pernah keliatan setelah kejadian di kampus itu? Kamu juga ga datang sewaktu aku di rawat di rumah sakit”Renata menatap Seno yang tengah menatapnya dengan senyuman tersungging di bibir tipisnya.“Kata siapa aku tidak datang? Aku selalu ada di sisimu, hanya saja kamu sudah tidak bisa lagi melihat atau mendengarku”“Memangnya kenapa?”“Karena… waktuku sudah hampir habis Rena, aku datang kesini hendak berpamitan denganmu, dan terimakasih banyak karena kamu sudah mau membantuku, kini aku tak lagi merasakan kemarahan dalam hatiku, juga kegelisahan itu tak pernah lagi ada di hatiku”“Sekarang aku sudah bisa menerima semuanya, dan sebentar lagi aku akan dijemput, jika kamu merindukan aku, kamu bisa menatap langit, disana aku melihatmu dan juga mendoakan dirimu”Mata Renata berkaca mendengar kalimat demi kalimat yang diucapkan Seno, ada rasa sesak dalam dadanya. Seno mengangkat satu tanganya untuk mengusap airmata yang bergulir di pipi Renata.“Jangan menangis, kau tau? Aku p

DMCA.com Protection Status