Beranda / Pernikahan / Pesona Ustaz Gundul / Kunjungan ke Pesantren

Share

Kunjungan ke Pesantren

Penulis: Ais Aisih
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-04 08:00:00

“Bagaimana kalau kita mampir ke pasantren dulu aja? Soalnya sebelum ke tempat ummi, kita bakal ngelewatin ponpesnya kakakku.” Rafan ingin menarik tangan sang istri dan menggenggamnya. Namun, ia menyadari ada Gina yang sedang duduk di kursi belakang. 

Nayya menikmati setiap perjalanan yang dilaluinya. Mengamati pemandangan hijau yang telah banyak mencuri perhatiannya. Sudah banyak gunung-gunung dan sawah yang ia lihat. Panorama yang musykil ditemukan di daerah Depok sana. Tempat tinggalnya. 

“Terserah Mas Rafan aja.” Wanita pemilik dagu terbelah itu kembali asyik menatap luar jendela. Berburu orang-orang yang membawa alat tempurnya. Ada yang membawa cangkul, parang dan beberapa membawa keranjang. Hampir semua petani itu memakai caping gunung di kepala.

Sementara itu, gadis yang mendapat julukan Perawan Depok terlelap di belakang. Perutnya kenyang. Tadi di Brebes, mereka mampir ke rumah makan.

Gelombang dengkura

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pesona Ustaz Gundul   Tatapan Aneh

    “Halo, apa kabar, Bos Muda?” Seorang pria berkulit gelap. Kira-kira usianya sekitaran setengah abad. Menyambangi mobil Rafan. “Alhamdulillah semakin baik dan bahagia. Pak Kardi apa kabar nih?” Rafan bertanya balik. Keduanya saling bertegur sapa. Seperti dua sahabat yang sewindu lamanya tidak bertemu. “Apa ini dua-duanya istri panjenengan?” bisik Kardi pada tuan mudanya. “Ah, Pak Kardi ini bisa aja. Makanya waktu acara walimahan saya di Depok dateng.” Rafan terpaksa mengungkit absennya sang sopir saat pernikahannya dengan Nayya. “Bos kan tahu sendiri, Bos tua ngasih perintah buat jagain pesantren.” Kardi sibuk mengangkat koper-koper yang ia ambil dari dalam bagasi. Nayya tersenyum ramah pada lelaki berkulit gelap, berambut agak ikal itu. Kardi pun membalasnya jauh lebih ramah. Saat melewati tempat Gina berdiri, senyum ramah Kardi mendadak punah. Ia memberi tatapan sedikit tidak suka pada wanita berkerudung abu-a

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-05
  • Pesona Ustaz Gundul   Peristiwa di Pesantren

    Gina memandangi layar HP-nya. Sudah lebih dari dua jam sang ibu belum juga membalas pesan yang ia kirimkan. Gina mengabarkan kalau dirinya sudah sampai. Sekarang ia sedang beristirahat di sebuah kamar tamu. Kamar yang menurutnya cukup luas kalau hanya ditinggali seorang diri.Gina merasa amat khawatir. “Mama keteteran enggak, ya, sama orderan?” Pikiran Gina melambung tinggi. Menembus langit-langit kamar. Sang ibu pasti sedang sangat sibuk. Ia menyingkirkan bantal yang menjadi sandaran kepala. Beranjak ke dekat jendela. Rupanya hari mulai petang. Ketika gadis itu hendak menutup jendela, di luar ada dua mata tajam yang memperhatikannya. Gina tersontak kaget. Kakinya sampai mundur dua langkah. Kardi sedang menatapnya tanpa jeda di luar kamarnya.Bersamaan dengan jantungnya yang berdegup kencang, suara ketukan pintu terdengar. Lelaki misterius dengan tatapan setajam pedang itu masih berdiri di luar. Jujur, sekarang Gina memiliki sedikit rasa takut. Awalnya ia cuek-cuek saja dengan tatapa

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-15
  • Pesona Ustaz Gundul   Suasana di Lingkungan Santri

    Berduyun-duyun para gadis belia duduk melingkar. Mengitari sebuah nampan bulat berisi nasi yang dikelilingi lauk pauk sederhana. Mereka berpakaian longgar dan berkerudung lebar. Nayya dan Gina bergabung dengan Maryam yang melambaikan tangan ke mereka.“Kita makan sama-sama, ya.” Senyum ramah terurai dari bibir Maryam.Mempersilakan Nayya dan Gina untuk mencuci tangan di kobokan. Mangkuk bulat berisi air dan potongan jeruk nipis.Nayya dan Gina saling bersitatap. It’s okay. Mereka sudah terbiasa makan sepiring berdua dari kecil. Tidak masalah makan lesehan dan memakai tangan. Namun, karena ada Maryam yang duduk dengan takzim di depan mereka membuat suasana menjadi sedikit canggung.Nayya memperhatikan sekelilingnya. Para santriwati terlihat menikmati hidangan sederhana di dalam nampan. Diiringi obrolan sesama kelompoknya. Kelihatannya seru.“Ya, beginilah kehidupan di pondok pesantren. Jangan kaget! Ka

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-16
  • Pesona Ustaz Gundul   Petaka di Pagi Hari

    “Kita mau ke mana, Mas?” tanya Nayya sembari memegangi lututnya. Sudah sepuluh menit ia berjalan kaki membuntuti Rafan. Lebih tepatnya, dipaksa untuk ikut. Seharusnya kalau sedang berhalangan salat begini, ia masih meringkuk di kamar. Menambah durasi tidurnya.Rafan bilang akan mengajak Nayya ke tempat yang pasti disukai sang istri. Namun, ini rahasia. Namanya juga surprise. Mereka berdua menyusup ke kebun belakang. Melewati jalan setapak. Ditemani cahaya samar-samar senter yang dibawa Rafan. Hari masih terlalu gelap untuk dijajaki. Udara pun membuat tubuh sedikit menggigil.“Mas, enggak asyik ah.” Nayya menggaruk pipinya. Gatal karena gigitan nyamuk. Kakinya sudah minta istirahat.“Dikit lagi kok.” Rafan berusaha meyakinkan.Sayup-sayup suara tertangkap gendang telinga Nayya. Ia tahu ada suara binatang yang kedengarannya tidak asing. Bukankah itu suara sapi?“Mas, bau apaan nih?”

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-17
  • Pesona Ustaz Gundul   Mata Tajam Itu Lagi

    "Jangan panik, kita diam dan berdoa!" Nayya menahan napas, melantunkan doa apa saja. Sesuai yang terlintas di kepalanya, sampai-sampai doa makan pun ikut terbawa. Semua santriwati menurut, tidak ada yang bergerak. Mereka membaca doa-doa pengusir bahaya seperti yang telah diajarkan di pesantren. Ular hitam sebesar lengan manusia melintas. Tepat di depan mereka. Napas Nayya naik turun. Keringat dingin sudah menghinggapi badannya. Setelah ular sudah menjauh, Nayya menarik napas dalam-dalam. Lega. Tubuh wanita itu menggelosor ke bawah, jatuh terduduk. "Astaghfirullah, Ustazah kenapa?" tanya Dije sambil memegangi lengan Nayya. Nayya masih mengatur napas. Ia memegangi dadanya. Air mata jatuh menetes ke pipi mulusnya. "Kakiku mendadak lemes. Aku enggak pernah lihat ular sebesar itu sebelumnya," ujar Nayya kalut. "Ust, sebaiknya kita bergegas sekarang. Sebelum ularnya balik lagi," kata salah satu santriwati. Dije membantu memapah Nayya. "Enggak papa, biar aku sendiri aja," tolak Na

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-06
  • Pesona Ustaz Gundul   Rumah Mertua

    Bukan karena suhu dingin dari hawa gunung yang membuat gadis dengan julukan perawan Depok itu merasakan gigil di tubuhnya. Namun, ia tengah dilanda ketakutan. "Gin, gue jadi khawatir sama kondisi lo, deh. Kita bilang sama Mas Rafan buat antar lo ke dokter, ya?" tawar Nayya penuh perhatian.Alih-alih mengiyakan permintaan Nayya, Gina menggeleng. Gadis itu memeluk dua lututnya."Gue kena sindrom kali, ya, Nay," ucap Gina."Maksudnya?""Setiap kali ngelihat Pak Kardi, gue jadi menggigil gini," terangnya lebih lanjut."Lo sindrom sama Pak Kardi?"Gina mengangguk cepat. "Kita sampai kapan sih, Nay, di sini?" "Gue juga belum tahu, Gin. Tergantung Mas Rafannya. Besok ke tempat mertua Gue ikut?" "Ikut." Respons dari Gina yang secepat kilat."Oke, nanti gue bilang sama Mas Arkan."***Rafan sudah memberitahu pada Nayya semalam bahwa hari ini tidak ada jadwal mengisi ceramah. Untuk itu, pria yang dipanggil ustaz itu mengajak sang istri untuk berkunjung ke rumah orang tuanya saat fajar tiba.

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-12
  • Pesona Ustaz Gundul   Tamu yang Datangnya Terlalu Pagi

    "Mas, ada yang mau aku tanyakan." Nayya tiduran di pangkuan Rafan, tempat ternyaman menurut Nayya. Mereka sedang berada di dalam kamar. Rafan membelai pipi sang istri dengan lembut dan penuh kasih sayang. Sebenarnya Nayya sedari tadi sudah menahan geli dan ingin menyingkirkan tangan suaminya dari pipi. Namun, ia tidak rela melepas belaian lembut sang suami by. Wanita itu berusaha keras menahan rasa geli dan bersikap biasa saja."Tapi janji jangan marah, ya?""Kamu selalu deh, bikin penasaran orang aja. Ngomong sekarang, nggak?" Rafan menarik hidung istrinya. Nayya sampai bangun dan bersin karena hidungnya ditarik sama Rafan. "Sayang, ih, hidung aku jadi gatel tahu kalau ditarik-tarik gitu.""Ya udah bilang cepet!" Sekarang Rafan memencet-mencet pipi Nayya dengan gemas."Aku udah kayak squishy, deh, dipencet-pencet melulu." Bibir Nayya tertekuk. Protesnya diabaikan. Suaminya malah semakin menjadi dan asyik meremas-remas pipinya."Habisnya punya istri nggemesin banget. Jadi, ya, gini

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-20
  • Pesona Ustaz Gundul   Kehadiran Wanita di Masa Lalu Rafan

    Ibu mertua Nayya begitu dekat dengan mantan menantunya. Tentu saja Nayya merasakan kecemburuan di dalam hati. Kehadiran wanita yang pernah masuk dalam kehidupan suaminya membuat hati Nayya menjadi kacau. Kini dia terpaksa harus berbaring di atas ranjang. Kondisi fisik Nayya mendadak down sejak pertemuannya dengan mantan sang suami."Nay, udah dong. Kenapa harus dipikirin, sih? Mas Rafan itu milik kamu seutuhnya, wanita itu cuma mantan." Gina tengah menghibur sahabatnya itu. "Justru itu, Gin. Kenapa coba udah mantan tapi masih berkunjung ke rumah mertuaku? Aneh 'kan?" Hati Nayya yang mudah layu teramat nelangsa. Saat lagi sedih-sedihnya, orang yang tidak diharapkan kehadirannya justru datang mengetuk pintu kamar Nayya."Permisi. Saya bikinkan susu buat Mbak Nayya. Diminum, ya. Susu sangat baik buat kesehatan." Wanita yang menjadi alasan Nayya terpuruk saat ini meletakkan gelas berisi susu ke meja kecil di samping ranjang."Makasih banyak, Mbak. Tapi sepertinya teman saya lagi butuh s

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-20

Bab terbaru

  • Pesona Ustaz Gundul   Pinangan Furqon

    Matahari belum terlalu tinggi ketika Gina, Nayya dan Rafan tiba di pendopo berarsitektur Jawa klasik itu. Jantung Gina sudah berdetak tak menentu sejak pagi. Setiap langkah kaki serasa membawa beban yang semakin berat, bukan karena jalan setapak menuju pendopo yang panjang, tapi karena hari ini akan menjadi salah satu momen terpenting dalam hidupnya. Ayahnya, Pak Kardi, menampar bahunya dengan lembut. “Tenang saja, Gina. Bapak yakin semua akan berjalan dengan lancar." Gina tipis tersenyum, meski hatinya masih penuh kecemasan. Ia tak bisa berhenti memikirkan perasaan yang mendesaknya sejak mengetahui siapa calon yang akan menemuinya hari ini, Furqon. Nama itu menggetarkan jantung, dan semakin mendekati pertemuan ini, rasa tegang melumuri perasaannya. Gina tak pernah menyangka kalau lelaki yang dicintainya itu juga mencintainya. Hari ini, ia seperti sedang memimpikan hal besar dan mimpi tersebut menjadi kenyataan. Langkahnya sempat berhenti di depan pintu. Seketika jantungnya berdet

  • Pesona Ustaz Gundul   Ungkapan Rasa yang Tidak Terduga

    Gina dan Pak Kardi baru saja sampai di halaman pondok setelah perjalanan panjang dari Semarang. Matahari senja memancarkan hangat, mengingatkan keduanya dengan cahaya oranye yang lembut. Udara desa yang segar menyambut mereka setelah beberapa hari berkelana di kota besar, membawa kelegaan yang sulit dijelaskan dengan kata-kata."Capek juga ya, Gin?" tanya Pak Kardi sambil melepaskan topinya dan mengibaskannya ke wajahnya yang mulai basah oleh keringat. Ia tersenyum kecil meski jelas lelah.Gina mengangguk, matanya menerawang ke arah taman yang ada di halaman pondok. "Iya, Pak. Alhamdulillah perjalanan tadi lancar. Nggak seperti yang kita bayangkan," jawab Gina, suaranya lembut, menggambarkan kelegaan yang juga dirasakannya.Malam itu, setelah beristirahat panjang di kamar, Gina memutuskan untuk menemui Nayya. Mereka sudah lama bersahabat, dan bagi Gina, Nayya adalah seseorang yang selalu bisa mendengar cerita-ceritanya dengan penuh perhatian. Dengan perasa

  • Pesona Ustaz Gundul   Persetujuan

    Rafan berdiri dengan tenang di ambang pintu, memperhatikan kedua kakaknya, Ibrahim dan Furqon yang duduk di ruang tamu rumah orang tua mereka. Suasana terasa tegang, meski tak ada kata yang terucap. Di sudut ruangan, Abah dan Ummi duduk dengan wajah yang penuh pertimbangan. Pembicaraan tentang pernikahan Furqon dan Gina semakin memanas di dalam keluarga mereka, dan kali ini, Rafan berhasil membawa semua orang yang terlibat ke meja perundingan.Nayya memilih untuk tidak hadir. Ia merasa sudah terlalu lelah dengan segala ketegangan ini. Ia memilih menghabiskan waktu di pondok."Aku sudah mendengar semuanya." Abah memulai pembicaraan, suaranya berat dan penuh dengan perasaan. "Tentang niatmu yang ingin meminang Nak Gina."Furqon mengangguk pelan, matanya tidak pernah lepas dari wajah Abah. "Ya, Bah. Aku sudah memantapkan niat. Aku jatuh cinta padanya."Ibrahim, yang duduk di sebelah Furqon, menghela napas panjang. Dia adalah kakak tertua, yang selama ini selalu menjadi panutan. Namun, d

  • Pesona Ustaz Gundul   Diam-diam Cinta

    Nayya duduk diam di kursi penumpang, menatap kosong ke luar. Hujan turun dengan pelan, membentuk tetesan air yang perlahan mengalir di kaca jendela, seakan mengikuti derasnya perasaannya. Hatinya masih terasa berat setelah kejadian di rumah mertuanya tadi. Perasaan terluka dan kesal bercampur menjadi satu, membuat perjalanannya jadi tidak nyaman.Di sebelahnya, Rafan yang sejak tadi juga diam, sesekali melirik ke arah Nayya. Ia tahu betul bahwa Nayya terluka karena perlakuan Ummi tadi. Ucapan-ucapan keras yang terlontar dari mulut Ummi, meski niatnya untuk mengingatkan, telah melukai hati Nayya."Aku minta maaf atas perkataan Ummi."Nayya masih diam. Bukan karena ia tidak mendengar, tapi karena ada gumpalan emosi yang masih tersulut di hatinya. Sejak kejadian di rumah Ummi tadi, ucapan-ucapan itu terus terngiang di pikiran, seolah menambah beban yang sudah ia pikul. Akan tetapi, ia juga tahu bahwa Rafan ada di tengah-tengah semua ini, terjepit antara dua cinta: cinta seorang anak pada

  • Pesona Ustaz Gundul   Pembicaraan Penting

    "Abah," Rafan memulai dengan hati-hati, "Kami datang untuk membicarakan sesuatu yang penting. Ini tentang Mas Furqon."Abah mengangkat kelopak mata, tapi tetap tenang. "Apa yang terjadi dengan Furqon?"Rafan menelan ludah, lalu menatap ke Nayya. Furqon ingin meminang Gina, Abah. Dia berharap Abah bisa merestui niatnya."Sejenak suasana menjadi hening. Abah menatap Rafan dan Nayya bergantian, seolah mencoba mencari jawaban di balik wajah mereka. Dia meletakkan cangkir tehnya dengan perlahan, lalu menyandarkan tubuhnya di kursi kayu yang sudah mulai usang."Maksudmu, Nak Gina sahabat Nak Nayya?" "Betul, Abah." Rafan menjawab.“Furqon anak yang baik dan penurut. Aku tahu dia serius. Tapi kau harus tahu, Rafan, bahwa menikah bukanlah perkara mudah. Ada banyak hal yang harus dipertimbangkan, bukan hanya cinta."Nayya yang sedari tadi diam, tiba-tiba berbicara, "Abah, kami paham. Mas Furqon bukan hanya mencintai Gina, tapi dia juga siap untuk bertanggung jawab dan membahagiakannya. Kami y

  • Pesona Ustaz Gundul   Rasa Nyaman yang Belum Didapat

    Nayya menghela napas panjang. Meskipun sudah sering ke rumah mertua, tetap ada rasa gugup yang menggelayuti hatinya. Ia ingin semua berjalan lancar, tetapi perasaan itu tak mudah diabaikan. Terlebih lagi, hubungan dengan mertua, khususnya Ummi, masih terasa kaku. Rafan menggenggam erat tangan Nayya. "Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja," ujarnya meyakinkan. Nayya tersenyum lemah, menyembunyikan kegelisahan yang bergemuruh di hatinya."Assalamualaikum, Ummi," ucap Nayya, mencoba mencairkan suasana.Ummi menjawab salamnya dengan nada datar, tanpa senyuman. "Waalaikumussalam."Rafan, yang menyadari perubahan sikap ibunya, berusaha bersikap biasa. "Ummi, apa kabar?" tanyanya sambil mendekat untuk mencium tangan ibunya."Baik," jawab Ummi singkat, lalu menoleh ke arah Nayya dengan pandangan yang sulit diterjemahkan.Ketika mereka melangkah masuk ke dalam rumah, suasana terasa berbeda dari biasanya. Udara yang biasanya hangat, kini terasa berat. Ummi yang biasanya menyambut putra

  • Pesona Ustaz Gundul   Kembali Meringis Perih

    Seperti biasa menjelang tidur, sepasang suami istri itu deep talk terlebih dahulu, bertukar cerita tentang apa saja yang terjadi selama satu hari ini. "Kenapa melamun, Sayang?" tanya Rafan menarik selimut. Di sampingnya, duduk sang istri yang sedang menopang dagu menggunakan tangan sambil menggembungkan pipi. "Gina minta pulang ke Depok, Mas." "Tapi aku masih ada beberapa jadwal mengisi pengajian di beberapa tempat. Apa nggak sebaiknya nunggu dulu, biar bisa pulang sama-sama?""Maunya aku juga gitu.""Sebentar, aku mau cek jadwal dulu," ucap Rafan yang hendak mengambil buku agenda hitamnya. "Aku udah cek. Masih dua minggu lagi, Mas." Rafan tidak tahu ternyata sang istri begitu paham dengan jadwal kegiatannya. "Terus apa rencanamu?" Nayya mengedikkan bahu. "Sebenarnya aku juga ingin pulang. Kangen sama Ibu dan Ayah." Rafan termenung. Ia menyadari, sudah lama mereka tidak pulang ke Depok. "Kalau begitu, aku akan coba diskusikan terlebih dahulu dengan pihak penyelenggara dan pon

  • Pesona Ustaz Gundul   Batin yang Saling Terikat

    "Sorry, Nay. Pikiran gue lagi kalut. Gue nggak bermaksud bikin lo sedih." Gina jelas merasa bersalah. Kalimat yang diucapkannya tadi bisa saja menjadi bumerang. Ia setuju dengan Nayya dan menganggap dirinya keliru.Nayya berjalan selangkah demi selangkah mendekat kepada sang sahabat. Tatap memelas yang ditujukan untuk sang sahabat sedikit mencairkan hati Gina. Di bawah langit yang cukup cerah dengan gumpalan awan indah mereka saling berpelukan. Mata-mata telanjang para santri yang tidak sengaja melihat adegan itu langsung tertunduk. Tidak ada yang kepo dengan urusan orang lain. Terlebih orang itu merupakan orang terdekat Ustaz."Lo ngerasa kita itu lucu nggak, sih, Gin?"Masih dengan pelukan yang tidak seerat tadi, Gina menjawab iya. Perlahan, dilepaskan tangan sang sahabat dari pinggang. "Lebih ke aneh kali, ya," sangkal Gina kemudian."Yups. Kita sama-sama aneh dan lucu." Nayya meringis. Seketika tangan jahil sang sahabat mendorong tubuhnya yang sedang lengah. "Aish, gila!" prote

  • Pesona Ustaz Gundul   Hati Gina yang Patah

    Rafan tentu saja senang mendengarnya. Bukankah baru kemarin istrinya itu bilang kalau Gina menaruh hati pada Furqon. Tidak. Bukan sekarang waktunya. Rafan akan memendamnya sendiri dulu. Hingga suasana hati Ibrahim membaik. Baru nanti ia akan bicara kepada istrinya lagi. Kalau sebenarnya, Furqon jatuh hati kepada Gina. "Aku khawatir kalau Mas Aim tahu malah akan bertambah marah," ujar Furqon."Tidak apa-apa. Kita bisa menunggu Mas Aim membaik suasana hatinya. Aku dukung Mas Furqon. Gina adalah sahabat Nayya dari kecil. Insya Allah Gina wanita yang baik." Rafan tersenyum.Alih-alih merasa senang, raut muka Furqon justru terlihat sedih. "Kau dengar sendiri Mas Aim menyuruhku mencari wanita yang sekufu.""Mintalah petunjuk sama Allah, Mas. Dengan hati penuh ikhlas seperti yang dikatakan guru kita. Jangan lupa pula meminta pendapat kepada Ummi dan Abah."Di lain tempat, Nayya melamunkan tentang perasaan Gina terhadap Furqon. Bukan hal mustahil kalau orang biasa bisa menikah dengan seora

DMCA.com Protection Status