Seumur hidup, Andini tak pernah merasa sebodoh ini. Ia merutuki, bahkan menyumpah serapah dirinya sendiri yang mudah terbuai akan sentuhan pria asing seperti Tristan.
Dirinya terdiam beberapa detik, mengembalikan kesadaran yang separuhnya berkelana entah kemana. Tak lama kemudian, Andhini menunduk, menyembunyikan rona merah pada wajahnya.
"Bagaimana, nona Andini? Kau masih tak percaya dengan apa yang ku katakan?"
Suara Tristan yang tegas, mau tak mau membuat Andini mengangkat wajahnya dengan penuh malu. Kedua pipi putihnya kini nampak seperti kelopak sakura yang bertebaran, mendominasi warna sedikit kemerahan yang membuat Tristan merasa geli sendiri dalam hati.
Tristan bukan orang bodoh. Entah mengapa, kini dirinya seolah merasakan emosi asing seperti yang pria normal lainnya rasakan terhadap lawan jenis yang mampu memikatnya.
Mungkinkah, Tristan jatuh cinta?
Oh tidak......
Tris
Andini tak pernah membayangkan hari-harinya akan menemui titik terang hingga sampai pada Jalan ini. Ke-putus asa'an yang semula menggeluti hati dan jiwanya, menguap dengan perlahan. Tak pernah Andhini bayangkan, ia tiba pada masa dimana ia mendapat jalan untuk segera merebut kembali putranya. Akmal Sanjaya...... Entahlah..... Andhini tak ingin memikirkan apa yang akan terjadi pada Akmal. Yang ia tau, saat ini, dulu dirinya hanyalah di jadikan objek pelampiasan nafsu semata oleh Akmal. Tidak lebih. Sebuah kebodohan yang pernah ia miliki dimasa lalu. Dua jam lalu, Masitah menentang habis-habisan keputusannya untuk kembali menjadi istri simpanan. Meski ia merasa tak nyaman dengan situasi ini, tetapi dirinya sudah terlanjur menyetujui kesepakatan antara dirinya dengan Tristan seminggu yang lalu.Beruntung, Andra mendukung apa yang ingin Andini lakukan. Dirinya hanya ingin yang terbaik untuk sa
Saat ini, tiba pada hari dimana janji suci akan Tristan dan Andini gaungkan pada dunia di hadapan Tuhan sang maha pencipta. Setelah dua Minggu yang lalu Tristan telah menyandang gelar muallaf secara legal, kini Andini benar-benar di buat lega tatkala Tristan menepati janjinya beberapa waktu lalu. Menikahi dan memiliki Andini secara legal di mata hukum dan agama. Kini semua ucapan Tristan bukan hanya sekedar bualan semata. Andhini semakin yakin, bahwa Tristan sama sekali tak patut di samakan dengan Akmal. Tak ada pelaminan, tak ada tamu undangan. Acara berlangsung sakral dengan di hadiri dua orang saksi dan wali hakim. Terus terang saja, Tristan tak suka akan keramaian. Apa lagi, Andhini hanyalah istri ke dua. Tristan tak mau keributan yang tak perlu, yang bisa mengancam rencananya. Setelah acara usai, kini.... Andin dan Tristan telah berada di dalam kamar mereka. Tak ada ranjang pengantin bertabur mawa
"Maaf, tuan. Tapi sungguh.... Nyonya Andini memang telah menikah kemarin sore. Akan tetapi untuk kabar siapa yang menjadi suaminya, saya tak bisa menembus keamanan identitas yang pria itu miliki. Sepertinya, pria yang menjadi suami nyonya Andini, bukanlah orang biasa." Demikianlah penjelasan salah satu orang kepercayaan Akmal. Sayangnya, kabar yang di bawanya tak lagi mampu meredam kemarahan Akmal, melainkan semakin memupuk subur kemurkaan yang menggerogoti hati Akmal. Amarah....... Entah melalui celah mana amarah tiba-tiba muncul dan menyelimuti hati Akmal yang memanglah resah dari semula. Ada pedih yang ia rasakan ketika ia mendengar kabar bahwa Andin telah di miliki secara legal oleh orang lain. Beginikah perasaan Andin ketika Akmal tinggalkan dulu? Merasa kehilangan seutuhnya. Beginikah perasaan Arini saat mendengar dan melihat bahwa Akmal telah menikah lagi?
Ini adalah senja ke dua puluh satu semenjak kabar pernikahan Andhini. Akmal memang berubah. Namun perubahannya bukan semakin baik, tetapi justru semakin tak terkendali. Hari-harinya di isi dengan pekerjaan. Sedari pagi hingga malam, ia tak pernah lepas dari laptop dan pekerjaannya. Namun, sesekali ia mendatangi putranya yang diasuh oleh baby sitter khusus yang akmal pilihkan. memandang Haidar, cukup mampu membuat Akmal sedikit tenang. Ketika melewati ruang keluarga, Akmal mendapati Ara bermain dengan bonekanya. Di sampingnya, Arini nampak diam membisu dengan pandangan kosong. Dulu, saat pemandangan ini terjadi, Akmal akan segera menghampiri dan mengisi kekosongan hati mereka. Sayangnya, sekarang tidak lagi. Akmal berubah menjadi tak peduli. Andai beberapa bulan yang lalu, dirinya tak lebih mementingkan Arini dan Ara, mungkin Akmal tak akan kehilangan Andhini seperti sekarang. Keperg
Malam telah larut, seorang wanita masih saja enggan tertidur hingga waktu menunjukkan pukul 23.14. Tak seperti malam-malam sebelumnya, dirinya selalu di temani oleh Tristan, pria yang telah resmi mempersuntingnya. Tristan Liam Shaquille..... Pria itu pamit untuk pulang ke negaranya malam tadi. Kepulangannya tak lama kali ini. Bila sebelum menikahi Andin, dia akan datang ke Indonesia selama dua bulan sekali, tetapi berbeda dengan malam tadi. Tristan hanya menjanjikan waktu seminggu untuk kepergiannya kali ini. Andin benar-benar tak bisa memejamkan matanya. Entah mengapa, bayangan wajah Akmal dan Haidar berkelebat dalam ingatannya. Haidar...... entah bagaimana wajah putranya saat ini. Tristan berkata bahwa ia harus lebih sabar menunggu anak itu. Mau tak mau, Andin harus menurut. Karna hanya Tristan yang saat ini bisa Andin andalkan. Memejamkan mata, sekali lagi Andin meneteskan air matanya lagi. Bayangan penyiksaan yang di lakukan Akmal terhadapnya ketika ia menu
"Katakan padaku apa ini, Tristan? Katakan padaku siapa wanita ini? Apa kedudukannya di matamu? Lihat......." Celine melempar beberapa lembar foto kebersamaannya bersama Andini sewaktu di Indonesia. "Lihat ini! Tidak cukupkah kau memiliki satu istri? Meski aku bertahan dengan karierku, tetapi aku selalu setia pada satu pria. Katakan padaku, katakan padaku apa kurangnya aku?" Celine murka. Wanita itu histeris di depan tristan. Baru saja Tristan tiba di kediamannya, Celine telah menyambutnya dengan berbagai pertanyaan. Sayangnya...... Tristan tak terusik sama sekali. pria itu tidak peduli. Dari awal, cepat atau lambat, Celine tentu akan segera mengetahui hal ini, mengingat Celine adalah wanita karier yang cukup mapan. Tentulah istrinya itu lebih dari sekedar mampu untuk membayar orang untuk memata-matai dirinya. Sayangnya, semua spekulasinya itu terjadi secepat ini. Benar-benar merepotkan bagi tristan karna pria itu tak memiliki persiapan dari awal. "Aku lelah dan belum
"Mom juga ingin bayi terlahir dari seorang wanita baik-baik, dan kau sebagai ayah biologisnya. Tetapi mom juga ingin sekali kau tidak merusak dan menghancurkan hati wanita lain." Kini, Rose dan Tristan tengah berbincang di ruang kerja Rose"Alu nekat mengambil langkah drastis, juga disebabkan oleh ketidak sediaan Celine untuk melahirkan putraku, mom." "Wanita lacur?" "Bukan. Wanita baik-baik yang ku pilih secara random. dia Andhini Shakira."Keduanya terdiam cukup lama. Rose dengan dalam menatap kedalaman netra mata putranya yang menyimpan banyak misteri. Inilah yang selalu menjadi alasan banyak wanita yang menggilai Tristan. Pesonanya luar biasa menghanyutkan. "Baiklah. Aku tak akan keberatan untuk hal itu. Kau putra ibu yang sudah dewasa. Ibu harap kau bisa menjaga hatinya dan jangan sekali-kali kau menyakiti hati ibu dari anak-anakmu. Ingatlah, tidak semua wanita bersedia melahirkan anak untukmu, termasuk Celine di dalamnya. Nanti, Bawa mom untuk bertemu dengannya." Tristan h
"Kau apa kabar, Andin?" Tristan tiba-tiba muncul sore ini di halaman belakang, tepat ketika Andin baru usai menyiram tanamannya yang tumbuh subur. Dengan gerakan cepat, Andin tak bisa menahan keterkejutan di wajahnya, ketika netra matanya menangkap sosok suami yang di nantikan nya. "Maaf aku terlambat pulang". Waktu kepulangan Tristan memang terhitung lebih lama dari yang di janjikan nya. Ini sudah lima Minggu berlalu, dan Tristan baru kembali. Tak ada sorot mata lembut atau pun keramahan. Yang Tristan tampakkan hanyalah sorot datar tanpa riak emosi. "Oh, mas Tristan aku...." "Panggil aku Tristan saja. Aku tak suka dengan tambahan panggilan mu itu". "Oh, baiklah. Maaf. Tapi... kedengarannya....." "Kau akan suka bila telah terbiasa" Tristan melambaikan tangannya menginterupsi Andin agar mengikutinya ke dalam rumah. Sebagai istri yang patuh, tentu wanita itu mendekat. "Aku lelah setelah perjalanan jauh. Siapkan aku air hangat untuk mandi dan masakkan aku