Share

29. Minta Tolong

Penulis: 5Lluna
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-19 20:16:20

"Kau itu bagaimana sih?" hardik Elizabeth dengan mata melotot. "Kenapa membawa nampan saja tidak tahu?"

"Maaf," cicit Anna dengan bibir mencebik. "Tapi aku memang tidak pernah melakukan hal seperti ini."

"Astaga! Tidak masuk akal sekali." Elizabeth memutar bola matanya dengan gemas. "Masa menyajikan minuman pada tamu pun tidak pernah kau lakukan sama sekali. Jangan bilang kau juga tidak bisa memasak."

"Aku bahkan tidak tahu caranya masak mie instan," jawab Anna dengan jujur. "Tapi aku bisa menyeduh mie instan."

"APA KAU WARAS?" teriak Elizabeth dengan mata melotot. "Kau pikir memasak dan menyeduh itu dua hal yang sama?"

Anna berjengit pelan ketika mendengar pekikan sang mertua. Padahal tadinya dia pikir bisa segera melarikan diri setelah dari salon, tapi sekarang dia tiba-tiba diminta untuk menjadi pelayan untuk acara minum teh.

Untung saja acara minum teh yang dimaksud itu, hanya dihadiri sang mertua dan ipar. Kalau ada banyak orang, bisa-bisa Anna jadi malu.

"Anu, Mom
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pesona Sang Penguasa   30. Mantan

    "Aku tidak tahu kau ini bodoh atau apa, tapi kenapa kau mau mengikuti ucapan ibuku?" tanya Alaric sembari memijat pangkal hidungnya dengan cukup keras. "Karena dia ibumu," jawab Anna dengan kepala menunduk. "Lantas kenapa kalau dia ibuku?" hardik Alaric dengan mata yang sedikit melotot. "Apa kau juga akan makan kotoran kalau ibuku menyuruhmu?" "Tidak." Anna dengan cepat menggeleng. "Lantas kenapa kau mau saja saat disuruh berdandan seperti sekarang ini? Mau cosplay atau pesta haloween?" Anna berjengit pelan dengan bibir mencebik. Dia rasanya sudah ingin menangis, karena entah sudah berapa kali mendapat hardikan hari ini. Apalagi, sekarang bisa dibilang dandanannya memang sedikit aneh. Sebenarnya dandanan Anna dengan flapper dress itu tidak benar-benar aneh, tapi jelas tidak normal juga. Apalagi perempuan itu hendak pergi menjemput Alaric dengan pakaian yang sama sekali tidak cocok dengan kantor itu. Belum ditambah dengan riasan yang terlalu tebal. "Ini sama sekali tidak b

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-20
  • Pesona Sang Penguasa   31. Kunjungan

    "Pihak catatan sipil sudah mengkonfirmasi tentang pernikahan dari calon perdana menteri muda kita, Alaric Bastian Crawford." "Walau kemarin Menteri Keuangan kita tidak menjelaskan secara rinci tentang skandal fotonya, tapi dia juga tidak menampik tentang kedekatan dengan perempuan tertentu. Hari ini adalah hari Menteri Alaric mengajukan cuti, untuk fokus mengikuti pemilihan perdana menteri." "Apakah cuti lebih cepat ini memang hanya untuk fokus pada pemilu, atau mungkin pada acara pernikahan yang dia sembunyikan." Tangan Anna bergerak untuk mengambil remot televisi untuk mematikan benda persegi yang sedang dia tonton pagi ini. Padahal, Anna hanya ingin melihat-lihat acara yang menyenangkan, tapi malah melihat berita tentang suaminya. "Tidak mau lihat yang lain saja?" Sebelum sang nyonya benar-benar mematikan televisi, Darcy memberi saran yang lain. "Apa Nyonya tidak mau melihat wawancara Tuan?" "Memangnya dia mau wawancara apa lagi?" tanya Anna yang pada akhirnya mengikuti s

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-21
  • Pesona Sang Penguasa   32. Menggoda

    "Siapa kau?" tanya perempuan yang tadi bersuara. "Tidak mungkin orang seperti kau bisa punya janji dengan Pak Alaric." "Kenapa tidak bisa?" tanya Anna dengan kedua alis terangkat. "Memangnya apa yang salah denganku?" "Kalau ini adalah mal, atau mungkin kantor biasa saja, kau jelas sama sekali tidak bermasalah." Perempuan yang tadi menegur kembali berbicara. "Tapi ini kantor departemen keuangan dan kau meminta bertemu dengan menteri?" "Maaf, Nona." Tidak bisa tinggal diam lagi, Darcy memilih untuk maju. "Kau tidak tahu sedang berurusan dengan siapa, jadi tolong jangan menghalangi. Lagi pula, kami melalui prosedur yang sesuai." "Kalian mengikuti prosedur yang sesuai, tapi tidak mungkin Pak Menteri akan menemui orang seperti kalian. Apa kalian sedang merekam vlog atau mungkin prank?" "Maaf, tapi sejak tadi aku tidak mengerti." Anna kembali berbicara. "Kau selalu mengatakan tidak mungkin Alaric bertemu dengan kami, seolah tidak pantas. Tapi kau tidak pernah menyebutkan kenapa sep

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-22
  • Pesona Sang Penguasa   33. Kesalahan

    "Apa Anna berbuat keributan?" Alaric bertanya, setelah dia mengantar salah satu tamunya sampai ke pintu utama. Tadi dia menerima tamu di ruangan lain. "Sebenarnya, bukan Nyonya yang membuat keributan." Caspian tentu akan menjelaskan. "Ada seorang karyawan yang tidak membiarkan Nyonya Anna mengikuti prosedur penerimaan tamu." "Prosedur penerimaan tamu?" tanya Alaric dengan kening berkerut, sampai harus menghentikan langkahnya untuk sejenak. "Menurut Darcy, Nyonya yang ingin melakukannya. Katanya biar bagaimana, prosedur adalah prosedur, jadi dia juga harus patuh." Caspian menjelaskan disertai dengan senyuman. "Tapi pada akhirnya dia terkena masalah bukan?" Alaric kembali melanjutkan langkah, walau harus berhenti lagi di depan lift. "Benar juga sih, tapi aku tetap salut dengan sifat Nyonya." Alaric kembali menatap sang asisten dengan kening berkerut. Dia benar-benar merasa bingung, bagaimana bisa seorang Caspian Grey kini menyanjung sang istri. Padahal dulu, lelaki itu yang

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-22
  • Pesona Sang Penguasa   34. Telepon Mencurigakan

    "Karena sekarang kau sedang cuti, bagaimana kalau kita pergi untuk mengunjungi Mom?" Pertanyaan dari sang istri, membuat Alaric menaikkan sebelah alisnya. Lelaki yang sedang menyusun program rancangan kerja yang bisa digunakan untuk kampanye itu, merasa apa yang dikatakan oleh sang istri sangatlah tidak masuk akal. "Untuk apa kau mau ke sana?" tanya Alaric segera melihat kembali ke laptop yang dia pakai sejak tadi. "Apa kau tidak takut dikerjai lagi?" "Takut sih, tapi tidak apa-apa. Soalnya, kali ini aku pasti tidak akan disuruh ke kantormu dengan pakaian aneh lagi kan?" Sebelah alis Alaric terangkat melihat ekspresi ceria istrinya yang agak tidak masuk akal, sebelum mengatakan, "Kalau kau mau pergi, pergi sendiri saja." "Eh? Kau tidak mau ikut? Hitung-hitung kau sekalian mengunjungi ibumu dan pulang ke rumah bukan?" tanya Anna dengan kedua alis yang terangkat. "Itu rumah ibuku," jawab Alaric terdengar santai. "Aku memang besar di sana, tapi itu rumah ibuku dan Astrid."

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-23
  • Pesona Sang Penguasa   35. Dia Kembali

    "KELUAR DARI SINI!" Anna nyaris saja terjatuh, ketika sang mertua mendorongnya dengan cukup kasar. Dia benar-benar didorong, seolah Elizabeth sedang mendorong sapi berukuran agak besar dan bukan manusia. "Mom, aku salah apa lagi sih?" tanya Anna dengan kening yang berkerut bingung. "Apa cara mengupas buahku jelek? Lalu barang-barangku masih ada di dalam." "Ambil saja semua barang-barang harammu ini." Elizabeth kembali membuka pintu, untuk melempar barang-barang sang menantu. "Ponsel baruku." Anna dengan cepat menangkap benda pipih yang baru saja dia beli beberapa jam yang lalu. "Aduh, anakku." Anna langsung mengelus ponsel yang berhasil dia tangkap. "Aku bahkan belum benar-benar belajar menggunakan benda ini, jadi tidak boleh rusak." "Padahal ada ponsel yang lebih baik dari itu, tapi kenapa Nyonya sangat menyayanginya?" tanya Darcy dengan helaan napas panjang, setelah memungut tas perempuan yang dia layani. "Bagiku ini sudah sangat bagus, walau kau bilang ini termasuk mu

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-23
  • Pesona Sang Penguasa   36. Mutiara

    Mata Alaric melotot, ketika melihat perempuan yang terbaring di sebelahnya. Itu adalah Anna yang tertidur dan terlihat tidak mengenakan apa pun di balik selimut hangat yang menutupi tubuh mungilnya. "Aku sudah gila," bisik Alaric menggosok wajahnya dengan kasar menggunakan kedua tangan. "Benar-benar sudah gila." Dengan gerakan yang cukup cepat, Alaric menarik selimut dan segera turun dari ranjang dalam keadaan telanjang. Toh, tidak ada yang melihatnya, karena Anna masih terlihat sangat lelap dengan wajah sembap. Lagi pula, dia juga akan berpakaian. "Tuan? Akhirnya kau bangun juga." Caspian mengembuskan napas lega melihat lelaki yang sudah dia tunggu sejak tadi. "Nyonya Elizabeth berniat untuk datang." "Biarkan saja dia menunggu." Alaric mengatakan itu, sambil terus berjalan ke kamar sebelah. "Lalu kau Darcy." "Ya, Tuan." Yang dipanggil langsung menjawab. Kebetulan Darcy juga menunggu bersama dengan Caspian di depan pintu kamar. "Berikan obat ... apa lagi itu namanya." Alar

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-24
  • Pesona Sang Penguasa   37. Sogokan Cerai

    "Ayolah, Darcy. Ceritakan padaku tentang si Pearl ini." Anna merajuk, bahkan mengejar asistennya itu. "Aku ingin tahu." "Maaf, Nyonya." Sayangnya, Darcy harus menggeleng. "Aku tidak bisa melakukan itu, apalagi aku tidak mengenal yang namanya Pearl." "Tapi kenapa kau terdengar seperti tahu sesuatu?" tanya Anna masih berusaha untuk membujuk. "Kalau tidak kenal, kenapa kau menghindar? Kau kan bisa langsung bilang tidak tahu saja." Darcy sudah membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu, tapi dia batal melakukannya. Wajah cemberut dan mata melotot sang nyonya muda, membuatnya tidak ingin membantah. "Aku memang tahu sesuatu, tapi kejadian itu terjadi sebelum aku bekerja dengan Tuan." Pada akhirnya, Darcy menceritakan sedikit. "Tapi aku juga tidak bisa bercerita, karena itu bukan kapasitasku dan aku juga tidak tahu benar apa yang terjadi." "Berikan bocoran sedikit saja." Anna terus mendesak. "Aku hanya ingin tahu siapa dia." "Siapa yang kau maksud?" Anna nyaris saja tersentak ket

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-25

Bab terbaru

  • Pesona Sang Penguasa   48. Tidak Percaya

    "Alaric anak durhaka ini!" "Mom, bisakah kau tidak memaki?" Alaric menarik dasinya yang terasa sesak. "Rasanya belakangan ini kau sering sekali berteriak. Aku datang ke sini karena kau memanggil dan tidak mengharapkan teriakan." "Kau pantas dimaki dan diteriaki." Bukannya merasa bersalah, Elizabeth malah makin menjadi. "Bagaimana mungkin kau bisa memasukkan mantanmu ke dalam partai?" Alaric langsung menoleh ketika mendengar ucapan sang ibu. Dari tatapannya saja, terlihat jelas kalau lelaki itu tidak senang dengan apa yang didengarnya. "Dari mana kau tahu hal seperti itu?" tanya Alaric dengan tatapan tajam yang tidak dia sembunyikan sama sekali. "Menurutmu dari mana lagi kalau bukan dari istrimu." "Anna?" Alaric yang sedikit terkejut, menaikkan kedua alisnya. "Anak itu melapor pada Mom?" "Kenapa?" hardik Elizabeth malah makin terlihat kesal. "Kau tidak senang kalau istrimu melapor? Apa kau waras?" "Sekali pun aku ini tidak suka pada istrimu, tapi aku lebih tidak suka l

  • Pesona Sang Penguasa   47. Nikah Kontrak

    "Kau barusan bilang apa?" tanya Astrid dengan mata melotot. "Ada laporan kalau kartu member VIP atas nama Pak Alaric baru saja digunakan di butik yang baru dibuka itu." Seseorang melaporkan. "Yang datang seorang perempuan yang mengaku sebagai Pearl." "Maksudmu, butik tempat dua anak baru itu bekerja sekarang ini?" tanya Astrid masih dengan mata yang melotot. "Tepat sekali." "Sialan! Perempuan gila itu benar-benar cari masalah." Kini Astrid beranjak dari kursi kerjanya. "Sekarang, antar aku pergi ke butik yang dimaksud. Mereka belum boleh bertemu." *** Anna hanya tersenyum menatap perempuan tinggi yang berjalan mondar-mandir di depannya, dengan ponsel di tangan. Dia menanti dengan setia ketika Marjorie sedang berusaha untuk menelepon Alaric. "Sialan!" umpat Marjorie menekan ponselnya dengan kuat. "Apakah tidak diangkat?" Darcy ikut tersenyum melihat apa yang terjadi. "Aku yakin Tuan Alaric pasti sangat sibuk." "Ya, benar." Marjorie mengangguk. "Dia itu orang sibuk, jad

  • Pesona Sang Penguasa   46. Bukti

    "Aku memanggil mereka untuk melayaniku, tapi kenapa mereka tidak banyak bergerak ya?" tanya Marjorie menatap dua orang yang sejak tadi dia lihat. "Maaf, Nyonya." Manajer butik hanya bisa menunduk. "Mereka masih anak baru dan belum tahu banyak hal." "Tapi kalau hanya sekedar mengambil barang, memegang baju dan membawa camilan pasti bisa kan?" tanya Marjorie tanpa mengalihkan perhatiannya. Sang manajer kemudian menatap dua orang yang dimaksud. Awalnya dia merasa ragu, tapi pada akhirnya memanggil Anna dan Darcy. Toh, tamunya sendiri yang meminta untuk dilayani dua orang itu. "Kalian bantu Nyonya ini." Sang manajer berbisik. "Kalau ada yang tidak dimengerti, kalian segera kabari saja aku. Aku akan menunggu di sana dan mungkin akan keluar sebentar." "Tinggalkan saja kami." Tiba-tiba saja Marjorie bersuara. "Aku kebetulan mengenal dua orang ini dan ingin sekalian mengobrol." Si manajer menatap pelanggannya untuk sesaat, sebelum beralih pada dua anak barunya. "Kalau ada masalah,

  • Pesona Sang Penguasa   45. Tamu VIP

    "Hei, kau anak baru. Coba bersihkan kamar ganti dan jangan lupa juga merapikan gudang." "Baik." Anna langsung menjawab dengan ceria. Tapi baru juga dia ingin beranjak, pundaknya diremas pelan. "Kau tidak perlu melakukannya." Darcy maju untuk melindungi sang nyonya. "Bukankah bagian itu sudah dijadwalkan untuk orang lain?" "Tapi kalian itu anak baru," hardik salah seorang karyawan butik yang berseragam abu-abu. "Di sini, karyawan baru yang mengerjakan bagian bersih-bersih, menyetrika dan mengurusi gudang." "Mana ada peraturan yang begitu?" Darcy tentu saja tidak mau kalah. "Bawakan peraturan yang mencantumkan hal itu." "Apa kau bodoh?" tanya salah satu pegawai yang lain. "Di setiap tempat kerja itu, pasti ada saja peraturan tidak tertulisnya. Kau tidak pernah bekerja ya?" "Mereka itu rakyat jelata yang baru menginjakkan kaki di toko mewah, jadi maklumi saja." Satu lagi pegawai menyebalkan bersuara. "Kalian

  • Pesona Sang Penguasa   44. Penindasan

    "Kau baru saja bilang apa?" tanya Astrid dengan kedua mata membulat, dengan ponsel yang menempel di telinga. "Aku meminta kau memberi pekerjaan pada istriku," jawab Alaric dengan tenang. "Hanya kau yang bisa aku mintai tolong untuk sekarang ini, jadi jaga istriku dengan baik." "Tapi kau sendiri kan punya perusahaan, kenapa .... Halo? Alaric?" Astrid menatap ponselnya yang sudah kembali berwarna hitam, tanda panggilan telepon itu sudah dimatikan secara sepihak. Hal itu jelas saja akan membuat Astrid mendesis kesal. "Maaf, tapi apakah aku tidak bisa bekerja di sini?" Kepala Astrid langsung berputar untuk menoleh dan melihat perempuan yang baru saja berbicara itu. Dia melihat adik iparnya dengan kedua alis terangkat dan bibir mengatup sangat rapat. "Boleh aku tahu kenapa kau harus bekerja?" tanya Astrid masih melotot. "Aku tidak ingin menjadi beban untuk Alaric," jawab Anna dengan senyum lebar. "Bukan berarti aku tidak mendapat uang saku, tapi aku hanya ingin punya penghas

  • Pesona Sang Penguasa   43. Janji Palsu Politisi

    "Mana Anna?" Alaric bertanya dengan kening berkerut, ketika dia sudah sampai di rumahnya yang terasa sepi. Biasanya, sang istri akan selalu menyambut Alaric jika dia pulang tidak terlalu larut. Tapi hari ini, dia sama sekali tidak melihat batang hidung Anna, padahal jam makan malam baru saja berlalu. "Itu Tuan." Darcy menjawab dengan ragu-ragu. "Nyonya Anna mengurung diri di kamar tamu dan juga mogok makan." "Mengurung diri?" Sebelah alis Alaric tentu saja terangkat. "Aku melarangnya untuk pergi mencari pekerjaan." "Pekerjaan? Pekerjaan apa maksudnya?" "Karena merasa bosan di rumah saja, Nyonya ingin melakukan pekerjaan yang bisa menghasilkan uang. Katanya, dia merasa tidak enak kalau terus menggunakan uang Tuan. Apalagi, tidak banyak yang bisa dia lakukan sebagai istrimu." Tentu saja Darcy akan menjelaskan. Penjelasan itu jelas saja akan membuat Alaric makin menaikkan sebelah alisnya. Bahkan Caspian saja merasa heran mendengar penjelasan dari rekan kerjanya itu. Bagi mer

  • Pesona Sang Penguasa   42. Bekerja

    "Jadi? Siapa Marjorie Jackson ini?" tanya Anna dengan pupil mata yang melebar, bahkan wajahnya cukup dekat dengan sang asisten. "Maaf, Nyonya. Aku juga tidak begitu tahu." Darcy hanya bisa berusaha menjauhkan diri, walau itu sulit. Mereka ada di dalam mobil. "Tapi setidaknya kau tahu sesuatu kan?" Anna masih terus mencecar asistennya. "Setidaknya, beritahu aku apa hubungan perempuan itu dengan Alaric." "Maaf, Nyonya." Hanya itu saja yang bisa Darcy ucapkan secara terus menerus. Bahkan sudah empat kali dia mengatakannya. Anna mengembuskan napas pelan. Padahal, dia hanya ingin tahu siapa sebenarnya Marjorie Jackson itu, tapi tidak ada yang bisa dia dapatkan. Tentu saja Anna bisa mencari lewat media sosial, tapi tidak banyak yang bisa didapatkan di sana. Semua yang dia temukan, hanya informasi umum saja. "Bahkan tidak ada satu pun foto Alaric di sini," gumam Anna sembari menggulir ratusan foto dengan gerakan yang cukup cepat. "Lantas kenapa dia mengaku sebagai istri suamiku?

  • Pesona Sang Penguasa   41. Melabrak

    "Istri katamu?" tanya Anna dengan sebelah alis terangkat. "Mungkin tidak banyak yang tahu karena ini belum jadi konsumsi publik, tapi ya. Namaku Marjorie Jackson dan aku istrinya Alaric Bastian Crawford yang kau cari." "Istri ya?" Anna kembali bersuara dengan nada tanya. "Aku tidak tahu apa kau itu tuli atau apa, tapi aku sudah menyebutkannya sebanyak dua kali." Kedua alis Marjorie sedikit terangkat karena kesal. "Masalahnya, aku tidak percaya padamu," balas Anna dengan kening berkerut. "Apalagi aku mengenali istri Alaric yang sebenarnya." "Oh, benarkah?" Marjorie mengerutkan keningnya, tapi bukan karena merasa terkejut. Dia sedang bingung. "Bagaimana mungkin kau bisa mengenali istri seorang ...." "NYONYA." Belum juga ucapan Marjorie selesai, suara teriakan terdengar. Langkah tergesa Caspian terdengar setelahnya, setidaknya sampai lelaki itu berhenti tepat di depan tiga orang perempuan dan seorang petugas keamanan yang kebingungan. "Kebetulan sekali kau datang." Marjori

  • Pesona Sang Penguasa   40. Istri

    "Halo, selamat pagi. Aku Marjorie Jackson." Seorang perempuan cantik yang berdiri di depan ruangan menyapa. "Terima kasih karena sudah menerimaku masuk ke partai ini, walau waktunya sangat tidak tepat." "Ucapkan terima kasih itu pada calon perdana menteri kita." Seseorang memberitahu. "Kalau bukan karena dia, mungkin kau akan ditendang." "Terima kasih Pak Alaric," ucap perempuan yang tadi memperkenalkan diri dengan senyum lebar. "Jadi begini saja?" Alih-alih menjawab ucapan tadi, Alaric malah bertanya. "Kalian memintaku datang hanya untuk ini?" "Oh, maaf." Seseorang mengucap maaf. "Kami pikir akan baik kalau Pak Alaric juga mengenal anggota baru kita. Kebetulan, dia menyumbang cukup banyak untuk partai kita." "Terima kasih atas sambungannya." Alaric mengatakan itu, sembari beranjak dari tempat duduknya. "Aku harap, kau bisa berkontribusi hal lainnya juga selain uang." Setelah mengatakan hal itu, Alaric melangkah pergi. Asistennya bahkan sedikit terkejut, bahkan perlu berja

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status