Beranda / Romansa / Pesona Sang Penguasa / 101. Badai Pasti Berlalu

Share

101. Badai Pasti Berlalu

Penulis: 5Lluna
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-10 18:57:58
"Apakah kau bisa membebaskan aku, kalau aku terjerat kasus pembunuhan?" tanya Lesley dengan kening berkerut dan tatapan tajam.

"Kalau kau bersedia melakukan itu, aku dengan senang hati akan membantumu keluar dari jeratan hukum. Minimal, kau akan tinggal di sel paling mewah setara hotel selama beberapa bulan saja." Alaric tanpa ragu mengangguk.

"Kenapa kalian malah membicarakan hal mengerikan seperti itu?" tanya Anna dengan ekspresi cemas.

"Bukan apa-apa." Lesley yang tadi sempat berwajah masam, langsung tersenyum. "Kami hanya bercanda saja."

"Tapi candaan kalian itu agak ... mengerikan." Anna tidak segan mengatakan isi kepalanya.

"Kalau begitu, lupakan saja candaan kami." Lesley melambai pelan. "Aku lebih penasaran dengan perasaanmu sekarang ini? Maksudku, setelah apa yang terjadi padamu? Kau tidak keberatan bercerita?"

Anna terdiam sejenak. Dia terlihat sedang berpikir, kemudian menatap sang suami dengan kening berkerut. Rasanya, sulit sekali untuk mengatakan apa yang ada
5Lluna

Sebentar bakal update satu bab lagi ya, ditunggu 😁

| Sukai
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Pesona Sang Penguasa   102. Hukuman

    "Di mana Anna?" Alaric bertanya, setelah dia keluar dari kamar mandi."Dia dibawa oleh perawat untuk melakukan tes," jawab Elizabeth yang merapikan beberapa barang di atas nakas. "Kau sendiri, kenapa terlambat bangun?"Alaric tidak langsung menjawab sang ibu. Dia hanya melihat ke arah sofa ruang tamu yang agak berantakan, karena pekerjaannya. Bukan hanya masalah partai, tapi juga masalah perusahaannya."Jangan membawa pekerjaan ke rumah sakit." Sang ibu menegur. "Anna bisa merasa bersalah kalau melihat kau sibuk dan malah menjaganya di sini. Padahal sudah ada Darcy.""Tapi aku ingin menjaganya," jawab Alaric sembari memukul Caspian yang masih tertidur di sofa. "Lagi pula, lebih baik kalau banyak yang berjaga.""Benar sih, tapi seharusnya kau membangunkan Anna tadi." Sang ibu kembali mengeluh. "Masa dia dibawa ke ruang tes laboratorium dalam keadaan tertidur. Bukankah itu akan membuatnya kebingungan, terutama kalau tiba-tiba terbangun?""Maksud Mom?" Alaric malah bertanya."Tad

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-10
  • Pesona Sang Penguasa   103. Doa yang Teraniaya

    "Hei, kau mau tidur sampai kapan?" Anna mengerang pelan, ketika mendengar suara disertai rasa sakit di bagian perutnya. Padahal tadi dia sempat tertidur lagi karena benar-benar merasa mengantuk, tapi sekarang perutnya merasakan sakit yang bertubi-tubi. "Hei." Lelaki yang tadi bertanya, kembali berteriak sambil menendang. "Berhenti menendangku," gumam Anna yang matanya sudah sedikit terbuka. "Makanya bangun," hardik lelaki itu dengan kesal. "Walau aku suka menidurimu dalam keadaan pingsan, tapi aku lebih suka kalau kau berteriak di bawahku." "Apa maksud ...." Kalimat yang diucapkan Anna terhenti begitu saja, ketika pada akhirnya dia merasakan hawa dingin. Tidak benar-benar dingin, tapi rasanya Anna bisa merasakan embusan angin di sekujur tubuhnya. Hal yang membuat perempuan itu refleks menutupi area pribadinya dengan dua tangan. "Percuma juga ditutupi sekarang." Lelaki tadi mendengus pelan. "Aku dan yang lainnya sudah melihat semuanya." Anna bisa merasakan napasnya tiba

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-11
  • Pesona Sang Penguasa   104. Bertindak

    "Tuan, CCTV di daerah koridor ruang rawat inap Nyonya mengalami kerusakan." Caspian melapor dengan nada takut-takut."Bagaimana itu bisa terjadi?" tanya Alaric dengan mata melotot. "Memangnya bagaimana cara rumah sakit ini memantau CCTV mereka? Masa ada kamera yang mati, tapi tidak ada yang tahu.""Maafkan kami." Pihak keamanan rumah sakit langsung membungkuk. "Kami tahu ini merupakan sebuah kesalahan, jadi kami akan membantu pencarian Nyonya.""Tentu saja kalian harus melakukan itu." Alaric makin melotot saja. "Kau pikir, untuk apa aku membayar mahal dan membiarkan istriku dirawat di sini?"Tidak ada lagi yang bisa dikatakan oleh pihak rumah sakit selain terus membungkuk dan meminta maaf. Ini bisa dibilang kesalahan mereka, karena tidak hati-hati. Yah, walau pihak keluarga juga sedikit bersalah karena sedikit kebobolan."Aku juga meminta maaf." Tentu Caspian dan Darcy pun akan membungkuk."Seharusnya tadi pagi aku tidak perlu pergi membeli makanan ke kantin," sambung Darcy ben

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-11
  • Pesona Sang Penguasa   105. Karma

    "Saat ini, aku sedang mengalami sedikit kesulitan," ucap Alaric berusaha untuk tenang. "Aku sedang berkampanye, tapi juga mendapat musibah pada saat yang sama. Jadi, aku mohon agar kalian semua bisa memaklumi jika dalam aku mungkin tidak akan hadir secara langsung pada kampanye berikutnya." Marjorie melempar ponsel yang dia pegang, ke arah kaca meja rias yang ada di dalam ruangannya. Hal itu, tentu membuat putranya yang juga berada di dalam kamar jadi tersentak dan menangis. "Ada apa ini?" Seorang lelaki paruh baya muncul dari balik pintu. "Ambil anak sialan itu." Alih-alih memberikan penjelasan, Marjorie malah marah dan menunjuki putranya. "Kau yang sialan," hardik lelaki yang tadi masuk, tentu saja sambil menggendong anak kecil yang menangis. "Pantas saja Landon dan Alaric tidak tahan denganmu." "Alaric akan kembali padaku," pekik Marjorie dengan mata melotot. "Dengan kelakuan seperti sekarang, dia jelas tidak akan mau. Coba lihat saja sekarang bagaimana dia mencari istri

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-12
  • Pesona Sang Penguasa   106.

    "Hei, permintaan perempuan ini agak aneh." Anna mengedipkan matanya dengan pelan, ketika salah satu lelaki yang mengerjainya berbicara. Dia sudah tidak punya tenaga sama sekali, sehingga yang bisa dia lakukan hanyalah mendengar saja. Apalagi, perutnya juga makin sakit saja. "Dia meminta kita membunuh pelacur ini?" Lelaki kedua berbicara. "Ini gila." Lelaki ketiga menggeleng keras. "Aku tidak mau melakukannya." "Kenapa tidak?" Lelaki kedua kembali berbicara. "Kita bisa mendapat banyak uang, apalagi kalau kita menjual barang-barang perempuan ini," lanjutnya menunjuk Anna yang terbaring lemah. "Kau lupa? Kita menculik dia di rumah sakit." Lelaki ketiga mengingatkan. "Tidak ada barang berharga yang sempat kita ambil." "Tapi dia menggunakan kalung dan anting." Lelaki kedua mengingatkan. "Aku yakin kalau dua benda itu adalah barang mahal yang bisa kita jual. Kamar rawat inapnya saja suite." Dua lelaki yang lain, saling bertatapan. Sepertinya mereka terlihat sangat ragu dan mas

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-12
  • Pesona Sang Penguasa   107. Kehilangan

    "Tuan, kita sudah menemukan mobil yang dimaksud." Caspian berteriak, dari sisi lain ruangan yang penuh berisi monitor. "Di mana dia?" tanya Alaric yang segera mendekat. "Kalau dilihat dari arahnya, sepertinya dia akan menuju luar kota." Petugas pemeriksa rekaman CCTV yang memberitahu. "Bagus." Alaric mengangguk, sebelum beranjak. "Darcy kau terus pantau di sini dan beritahu aku kalau sudah menemukan titik pastinya. Ian, kau ikut aku. Kita akan menuju ke lokasi." "Tuan sendiri yang akan pergi ke sana?" tanya Caspian dengan mata melotot, walau tetap mengikuti sang majikan. "Memangnya siapa lagi yang akan pergi?" tanya Alaric sambil terus berjalan dengan cepat. "Aku ingin menghajar siapa pun itu pelakunya." "Tapi ini bisa saja berbahaya," ucap Caspian tentu saja akan terus menghalangi sang tuan. "Lagi pula, pelakunya mungkin lebih dari satu orang." "Pelakunya memang lebih dari satu orang, Ian." Alaric mengoreksi, kini berlari turun melewati tangga karena lift yang ditunggu m

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-13
  • Pesona Sang Penguasa   108. Taruhan Nyawa

    "Arahnya sudah benar." Darcy memberitahu lewat panggilan telepon. "Di sana memang ada rumah besar terbengkalai dan sering dijadikan tempat uji nyali di musim panas." "Syukurlah sekarang sudah masuk musim gugur," ucap Caspian yang baru turun dari mobil. "Itu sama sekali bukan sesuatu yang harus disyukuri, Ian." Alaric mendengus pelan. "Itu malah membuat pelakunya jadi lebih leluasa melakukan hal-hal buruk, jadi ayo." Alaric yang kini hanya memakai kemeja tanpa jas, berjalan dengan hati-hati. Bukan karena dia takut akan lokasi yang menyeramkan, tapi lebih berhati-hati agar langkahnya tidak menimbulkan suara. Yah, walau bunyi mobil pastinya terdengar. Sekali pun mobil Astrid adalah mobil mahal dengan bunyi mesin yang halus, setidaknya tetap ada suara, apalagi di tengah malam yang sepi bukan? "Ada jejak ban mobil," ucap Caspian menatap tanah di sekitarnya. "Tanah di sini kering, tapi masih ada sedikit jejak yang terlihat." "Mengarah ke mana?" tanya Alaric dengan kening berkeru

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-13
  • Pesona Sang Penguasa   109. Menjadi Hakim

    "Menyingkir." Darcy menghalau orang-orang yang menghalangi jalan, ketika dia mengawal brankar rumah sakit yang sedang dibawa menuju ke mobil. "Maaf, tapi bisakah kau tidak semena-mena?" Seorang perawat bertanya, sambil berlari mendorong brankar. "Sebaiknya kau tutup mulut mulai detik ini sampai seterusnya," desis Darcy jelas terlihat sangat marah, sambil membuka pintu mobil. Namun, kemarahan itu segera pudar ketika melihat keadaan sang nyonya yang digendong oleh Alaric. Warna merah terlihat dengan sangat jelas mewarnai kain yang menutupi tubuh Anna, pun dengan sebagian besar dari pakaian Alaric. "Apa yang terjadi?" Tentu saja si perawat yang tadi sempat menegur Darcy akan bertanya. "Kenapa dia seperti ini?" "Aku juga tidak tahu jelasnya, tapi kemungkinan besar dia mengalami pendarahan. Istriku sedang hamil muda." Alaric menjelaskan seadanya, sambil membaringkan sang istri. "Bagaimana mungkin kau tidak tahu ...." Si perawat baru akan mengomel, tapi batal melakukannya. "Oh,

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-14

Bab terbaru

  • Pesona Sang Penguasa   118. Menyelamatkan Orang Lain

    "Halo, Nyonya Crawford." Seseorang mendekat dengan takut-takut. "Halo juga." Anna menyapa dengan ramah pada salah satu tamu pesta Marjorie. "Apa ada yang bisa aku bantu?" "Tentu saja itu ...." Perempuan yang tadi menyapa melirik ke arah Alaric, tampak sangat ragu untuk mengatakan apa pun itu. "Katakan saja apa yang ingin kau katakan," ucap Anna, sembari menyikut suaminya. Dia tahu kalau Alaric sepertinya memelototi setiap orang yang melihat ke arah mereka. Hal itu tentu saja membuat Alaric menggeram pelan. Siku istrinya itu cukup tajam dan terkena di bagian perut dengan cukup keras. Sebagus apa pun otot Alaric, rasanya akan cukup sakit. "Anakku mengatakan ingin berfoto dengan kalian berdua, apa boleh?" tanya perempuan yang tadi menyapa, masih terlihat cukup gugup. "Oh, tentu saja. Kami dengan senang hati akan berfoto dengan kalian." "Anna." Alaric langsung menunduk dan berbisik di telinga istrinya, untuk melakukan protes. "Aku tidak suka melakukan ini." "Oh, ayolah Al.

  • Pesona Sang Penguasa   117. Tidak Pantas

    "Anna, kita tidak perlu melakukan ini." Alaric mencoba memberitahu sang istri. "Kenapa?" Alih-alih menurut, Anna malah bertanya. Dia melakukannya sembari menatap diri di depan cermin besar. "Pertama, jelas kita bermusuhan dengan Marjorie." Tentu saja Alaric tidak akan keberatan untuk menjelaskan. "Kedua, kau itu baru keluar dari rumah sakit. Kau butuh istirahat yang banyak." "Tapi, anak Marjorie kan tidak punya masalah dengan kita," ucap Anna sembari beranjak dan menghampiri sang suami. "Lalu aku mungkin butuh istirahat, tapi aku juga butuh hiburan. Acara ini mungkin akan sedikit menghiburku." Alaric hanya bisa mengembuskan napas, ketika dia menatap sang istri yang tengah mengancingkan kemejanya. Dia bukan dengan sengaja tidak mengancing kemeja itu, tapi Alaric sedang sibuk meyakinkan Anna. "Lain kali, jangan berjalan ke mana-mana dengan kemeja yang tidak dikancing," ucap Anna setelah merapikan kemeja sang suami. "Walau sudah tua, kau itu masih menggoda tahu." "Kenapa kau

  • Pesona Sang Penguasa   116. Undangan

    "Dia benar-benar luar biasa ya," gumam Alaric sambil menatap layar ponselnya."Maaf?" Caspian yang sibuk dengan tabletnya, sampai mendongak. "Tuan sedang membicarakan siapa?""Tentu saja istriku, Ian," jawab Alaric tanpa merasa ragu."Oh, tentu saja." Caspian memutar bola matanya dengan gemas. "Aku tidak tahu kalau kau punya hobi menonton siaran ulang.""Ini bukan siaran ulang." Alaric pada akhirnya meletakkan ponselnya. "Ini adalah video yang dengan sengaja aku simpan untuk ditonton lagi nanti.""Wah, sejak kapan seorang Alaric bisa jadi orang yang suka menonton?" tanya Caspian hanya bisa geleng-geleng kepala."Lupakan saja soal itu untuk sementara, aku ingin kau melaporkan hal yang lain saja. Bagaimana dengan ini?" tanya Alaric menyodorkan sepotong kertas."Ah, kalau ini dia hasilnya seperti ini." Caspian menjawab dengan cepat. Tentu saja dengan cara menulis di atas kertas yang baru saja disodorkan.Setelah membaca tulisan sang asisten, Alaric kembali bertanya. Kali ini ma

  • Pesona Sang Penguasa   115. Masokis

    "Oh, bukankah itu Nyonya Crawford?" Seseorang berteriak dan menunjuk ke satu arah."Mereka semua ada, kecuali Alaric. Ayo cepat." Yang lain ikut berteriak, kemudian satu per satu wartawan yang berkumpul berlari."Oh, sialan. Mereka cukup ganas." Lesley yang juga ikut dalam rombongan perempuan Crawford, paling pertama memberikan reaksi.Tentu saja Darcy dan teman-temannya cekatan menghalangi siapa pun yang datang mendekat. Sekali pun jumlah mereka terbatas dan sebagian adalah perempuan, tapi mereka sudah cukup terlatih untuk hal seperti ini."Ini agak menyebalkan." Sayangnya seseorang mengeluh."Kalau kau tidak mau bekerja, silakan mengundurkan diri saja Fiona." Darcy langsung menegur. "Terima kasih sarannya, tapi aku tidak akan mendengarkanmu karena kau bukan atasanku." Bukannya mengiyakan, Fiona malah membantah."Nanti kau akan mendapat bagianmu," desis Darcy jelas saja terlihat kesal, tapi untuk sekarang prioritas mereka adalah keluarga Crawford."Maaf teman-teman wartawan

  • Pesona Sang Penguasa   114. Mencoba Menjalani Hidup

    "Kenapa aku tidak boleh berjalan-jalan keluar?" tanya Anna dengan kening berkerut. "Di dalam kamar terus menerus, akan membuatku bosan.""Untuk sementara ini, berasabarlah sedikit." Elizabeth hanya bisa lengan menantunya. "Kau akan dipindahkan ke rumah sakit lain menggunakan ambulans, jadi ....""Aku baik-baik saja, Mom." Merasa keberatan, Anna memotong kalimat mertuanya dengan berani. "Kata dokter pun aku sudah baik-baik saja, walau memang masih harus dirawat lagi," lanjut Anna mencoba untuk tetap sopan. "Jadi kenapa harus pindah rumah sakit? Di sini pun tidak apa-apa, walau ini hanya rumah sakit kecil di pinggir kota.""Ini bukan soal rumah sakitnya, Anna." Astrid yang sedang melipat selimut dan jaket sang ipar bersuara. "Ada wartawan yang sudah berkumpul di depan sana dan kau mungkin akan jadi incaran. Di sini berbahaya."Anna membentuk huruf o dengan bibirnya tanpa mengeluarkan suara. Dia tidak berkata apa-apa lagi dan hanya melihat dua orang yang sedang beres-beres untukny

  • Pesona Sang Penguasa   113. Menghadapi Publik

    "Aku terkejut kau mengambil cuti." Alaric baru sampai di kantor partainya, ketika mendengar sapaan menyebalkan itu. Rasanya, ingin sekali dia menghardik orang yang berbicara seperti itu. Sayang sekali yang berbicara barusan adalah Marjorie dan dia perempuan. Alaric tidak memukul perempuan. "Al, apa kau tidak mendengarku?" tanya Marjorie yang kini mengejar lelaki yang dia panggil, karena Alaric memilih untuk terus melangkah. "Aku mendengarmu," balas Alaric dengan santainya. "Jadi kenapa tidak menjawab." Langkah Alaric terhenti, diikuti dengan langkah asistennya. Dia kemudian berbalik menatap Marjorie dengan sebelah alis yang terangkat. "Kenapa aku baru sadar sekarang ya?" gumam Alaric dengan nada tanya. "Kau baru sadar kalau aku lebih baik dari istrimu?" tanya Marjorie dengan senyum lebar. "Terlambat sekali, tapi tidak masalah." "Bukan." Tentu saja Alaric akan membantah. "Aku baru sadar kalau kau itu ternyata sangat menyeramkan." Caspian langsung mendengus keras menden

  • Pesona Sang Penguasa   112. Sakit Hati

    "Maaf, Tuan." Caspian dan beberapa orang menunduk dalam. "Orang-orang itu keracunan, sepertinya ada orang yang menginginkan kematian mereka." Alaric mengembuskan napas pelan. Padahal dia sedang lelah karena tidak bisa tidur sepanjang malam, tapi pagi ini malah mendapatkan berita yang sangat tidak menyenangkan. Sangat tidak menyenangkan. "Bagaimana bisa itu terjadi?" tanya Alaric yang memijat pelan pangkal hidungnya, sambil bersandar ke dinding salah satu ruangan kosong yang dia pinjam. "Saat aku masuk kemarin malam, mereka masih baik-baik saja." Seorang perempuan menjawab. "Tapi kali berikutnya teman lain yang masuk, mereka sudah lemas." "Sepertinya ada penggunaan obat." Caspian menjelaskan. "Belum dipastikan, tapi sepertinya memang itu yang paling masuk akal." "Kalau begitu, siapa namamu?" Alih-alih membalas sang asisten, Alaric malah bertanya pada perempuan yang tadi berbicara. "Fiona, Tuan." "Tuliskan laporan dengan terperinci," perintah Alaric mengembuskan napas lela

  • Pesona Sang Penguasa   111, Pulang

    "Al." Elizabeth menyambut anaknya dengan tangisan pelan. "Mom? Bagaimana kau bisa ada di sini?" tanya Alaric yang baru saja datang dalam keadaan bersih. "Itu karena Mom mendengar percakapanku dengan Darcy di telepon." Astrid langsung mengaku. "Dia memaksa untuk datang dan melihat Anna." "Apa yang terjadi?" tanya Elizabeth dengan linangan air mata. "Aku juga belum tahu, Mom." Alaric dengan terpaksa menggeleng. "Aku datang setelah membersihkan diri dan belum mendengar apa pun dari dokter." "Kami sudah mendengar penjelasan dari dokter." Astrid yang membalas dengan wajah muram, bahkan harus menggigit bibir bawahnya untuk menahan tangis. "Mereka sudah menjelaskan garis besarnya." "Anaknya selamat?" tanya Alaric refleks saja mengeluarkan kalimat itu dari mulutnya, disertai dengan tatapan yang menerawang. Sayangnya, Astrid hanya bisa menggeleng. Hal itu sudah cukup membuat Alaric menelan liurnya dan jatuh berlutut di atas lantai begitu saja. Siapa sangka berita yang sebenarnya

  • Pesona Sang Penguasa   110. Kematian Tanpa Rasa Sakit

    "Tolong ampuni kami." Salah seorang terisak keras. Wajahnya tidak terlihat karena lelaki itu tersungkur dengan wajah menghadap ke bawah. "Setelah kau melakukan banyak hal pada istriku, sekarang kau berharap aku akan berbaik hati?" tanya Alaric dengan mata melotot. "Sangat lucu sekali." "Kami bersalah." Lelaki ketiga yang terduduk lemas, dengan wajah babak belur. "Kami memang melakukan kesalahan, jadi silakan hukum saja." "Apa kau berpikir akan lolos kalau mengaku seperti itu?" Kini Alaric berjalan mendekati lelaki yang baru saja bicara itu. "Kalian sudah membunuh anakku dan meniduri istriku. Apa kalian tidak tahu dengan siapa kalian berurusan?" "Kami tidak tahu." Lelaki kedua yang tergeletak tidak jauh dari yang ketiga, mulai bernyanyi. "Perempuan yang menyuruh kami tidak mengatakan apa pun. Dia bahkan meyakinkan tidak akan ada masalah yang berarti." "Perempuan?" tanya Alaric dengan sebelah alis yang terangkat. Sekarang, dia mulai tertarik. "Ada seorang perempuan yang tiba

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status