Share

Bab 53

Author: Dianita
last update Last Updated: 2024-12-17 18:32:38
Malam penuh mimpi buruk.

Saat bangun pagi, kepalaku pusing dan berat, tubuhku terasa lemas, dan kondisiku benar-benar tidak baik. Dengan linglung, aku mencuci muka, berganti pakaian, lalu mengambil tas dan bersiap pergi ke kampus.

Cynthia yang sedang duduk di tempat tidur, memanggilku, "Leila, kamu mau pergi?"

"Aku mau ke kelas." Aku menoleh, melihat mereka masih memakai baju tidur, dan merasa bingung. "Sudah hampir jam sembilan, kenapa kalian belum bangun? Nggak takut terlambat?"

Aurel dan Cynthia saling memandang dan tertawa kecil.

Cynthia memakai sandal rumah dan berjalan mendekat, lalu menyentuh dahiku. "Anak ini nggak demam, kok."

Aurel berkata, "Leila, ini hari Minggu."

Aku tertegun sesaat, baru sadar kalau hari ini memang akhir pekan. Aku langsung menggantung tasku, berlari kecil ke tempat tidurku sambil berseru, "Bagus! Aku mau tidur lagi."

Kali ini, aku tertidur dengan cepat dan tidak bermimpi buruk.

Aku terbangun karena suara ponsel yang berdering. Itu telepon dari ketua klub
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 54

    Tak lama kemudian, aku mendengar suara Matthew yang dingin, tetapi terdengar agak lembut, "Kamu bisa minum?"Yuna tersenyum tipis, menengadahkan kepala memandang Matthew dengan wajah penuh kebahagiaan yang begitu jelas, "Bisa minum sedikit."Setelah itu, Yuna mengangkat gelasnya dan bersulang dengan semua orang. Ketika sampai giliranku, senyum Yuna terlihat sedikit menyiratkan rasa puas, "Leila."Aku hanya menatapnya. Aku benar-benar malas pura-pura bersikap ramah dengannya. Hanya saja, ada terlalu banyak orang di sini. Kalaupun ingin membalasnya, aku harus melakukannya secara pribadi.Aku berdiri dan mengangkat gelas kecil berisi yogurt, lalu bersulang secara formal di udara dan minum seteguk sebagai tanda sopan.Acara selesai sekitar pukul sembilan. Karena akhir pekan, beberapa mahasiswa lokal pulang ke rumah, sementara beberapa lainnya memutuskan pergi ke warnet untuk bergadang. Akhirnya hanya tersisa aku, Matthew, Yuna, dan seorang fotografer dari bagian perencanaan.Aku mengeluark

    Last Updated : 2024-12-17
  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 55

    Keesokan harinya.Setelah selesai kelas, Santos meneleponku. Sejak masuk kuliah sampai sekarang, sudah lebih dari sebulan berlalu. Selama ini, aku sama sekali tidak berhubungan dengan mereka, kecuali Madhu yang rutin mengirim uang saku bulanan.Aku menatap layar ponsel, tidak tahu apa tujuan telepon ini. Setelah berhenti sejenak, aku akhirnya mengangkat telepon.Suara Santos terdengar dari seberang, menanyakan dengan terus terang, "Libur Hari Nasional nanti kamu pulang nggak?"Sambil memeluk bukuku, aku berjalan menuju asrama. "Banyak tugas, aku nggak pulang.""Bagus." Santos sepertinya sedang minum teh. Aku mendengar suara gelasnya diletakkan di atas meja. "Kebetulan ada anak temanku juga di Kota Gading. Kalau kamu nggak pulang, jadi luangkan waktu untuk bertemu dengannya."Aku merasa ini konyol sekaligus membuatku marah. Aku baru masuk tahun pertama kuliah, tapi dia sudah tidak sabar ingin mengenalkanku pada pria lain. Kalau bukan karena aku yang hidup kembali dan sudah menyiapkan la

    Last Updated : 2024-12-17
  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 56

    Aku berpikir sejenak di tempat, lalu memutuskan untuk bertanya.Aku memiliki sertifikat piano level 8. Supervisor memintaku untuk bermain selama setengah jam, lalu menanyakan apakah aku bisa bekerja setiap Rabu, Sabtu, dan akhir pekan dari pukul delapan malam hingga tengah malam. Dia menawarkan gaji 200 ribu per jam.Satu malam 800 ribu, tiga hari seminggu berarti 2,4 juta. Dalam satu bulan, aku bahkan bisa menabung. Aku sangat senang dan langsung menyetujui tawaran itu.Dalam perjalanan pulang, saat melewati toko minuman dan ayam goreng, aku membeli beberapa untuk dibawa pulang bagi teman sekamarku. Namun, ketika aku masih menunggu di toko itu, ponselku tiba-tiba berbunyi.Aku mengangkatnya dan di ujung telepon, suara Cassey yang terdengar sedih dan sedikit menangis datang menyapaku, "Leila, bisa nggak kamu datang menjemputku di kantor polisi?"Kantor polisi!Dua kata itu seakan meledak di kepalaku. Aku segera berbalik, mengangkat tangan untuk memanggil taksi. Cassey sama sekali bukan

    Last Updated : 2024-12-17
  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 57

    Maksud Matthew sangat jelas. Seperti biasa, dia melindungi Yuna. Bahkan jika Yuna yang salah, dia tetap tidak ingin aku membuat Yuna merasa sulit. Namun, kenapa harus begitu?Yuna sudah berkali-kali membuat masalah. Aku memang tidak ingin memperpanjang urusan dengannya, tapi bukan berarti aku akan diam saja membiarkan dia seenaknya menginjakku.Aku menatap Matthew tanpa bicara. Kami saling berhadapan dalam keheningan. Setelah beberapa saat, dia berjalan mendekat. "Kita perlu bicara."Dia jelas ingin melindungi Yuna, sedangkan aku tidak akan membiarkan Cassey diperlakukan tidak adil. Aku tidak tahu apa yang ingin dia bicarakan, dan aku juga sama sekali tidak tertarik. Namun, sebelum aku sempat menolak, Matthew sudah menarik pergelangan tanganku dan membawaku keluar.Yuna langsung berdiri. "Matthew!"Matthew tidak menoleh sama sekali. "Tetap di sini, aku akan segera kembali."Aku terpaksa mengikuti langkahnya, rasa marahku hampir meledak. Aku berusaha sekuat tenaga menarik tanganku, mero

    Last Updated : 2024-12-17
  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 58

    "Cassey, kamu percaya padaku, 'kan?"Cassey mengangguk kuat. "Tentu saja, aku paling percaya Leila!"Aku tersenyum kecil, mengulurkan tangan untuk merapikan rambutnya. "Kalau begitu, percayalah padaku. Tamparan yang mereka berikan padamu hari ini, aku pasti akan membalasnya untukmu. Tapi bukan sekarang.""Bisa, 'kan?" Aku menatap matanya.Cassey mendekat dan berbisik, "Kamu juga mau berkelahi sama mereka?"Aku menatapnya sambil ikut berbisik, "Aku bakal KO mereka sendirian.""Benarkah? Kamu butuh bantuanku nggak? Gimana kalau kita beli semprotan merica atau sesuatu nanti?"Cassey memang seperti itu, selalu ceria dan optimis, tidak pernah lupa memikirkan perasaanku. Aku menggelengkan kepala dan memintanya menunggu sebentar.Tak lama setelah itu, Matthew membawa Yuna keluar dari ruang mediasi. Yuna berdiri di depanku, tampak polos dan rapuh dari luar, tetapi tatapannya menyiratkan provokasi yang nyaris tak terlihat.Di kehidupan sebelumnya, aku benar-benar tertipu oleh wajah polosnya sel

    Last Updated : 2024-12-17
  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 59

    Keesokan paginya, aku bilang pada Cassey bahwa aku ada kelas pagi. Aku memintanya untuk tidur lebih lama. Setelah selesai kelas, aku akan menjemputnya lalu pergi bermain bersama.Sampai di kampus, aku mencari nomor telepon Yuna, lalu mengirimkan pesan singkat memintanya menemuiku di hutan kecil di belakang lapangan.Tak lama kemudian, Yuna datang.Hari ini, Yuna berdandan seperti bidadari, terlihat begitu polos dan lembut. Namun siapa sangka, hati orang yang tampak sebaik ini sebenarnya busuk dan penuh kebencian.Aku benar-benar tidak mengerti. Hanya demi seorang pria, apa yang dia kejar? Jika itu memang miliknya, pria itu tidak akan pergi. Namun jika bukan, apa gunanya memakai segala cara untuk mendapatkannya?Yuna berjalan ke arahku dengan ekspresi bangga. "Leila, kamu mem ...."Aku tidak membiarkannya menyelesaikan kalimatnya. Dengan tangan kiriku, aku menarik rambutnya yang tergerai dengan gelombang besar, sementara tangan kananku terangkat dan menampar wajahnya dengan keras.Plak!

    Last Updated : 2024-12-17
  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 60

    Manajer restoran segera datang bersama beberapa petugas keamanan. Namun karena pria ini bertubuh besar dan tampaknya memiliki sedikit pengaruh, mereka tidak berani bertindak kasar.Manajer berusaha membujuknya, tetapi pria itu malah mendorong sang manajer dan meraih tanganku. "Ribut apa sih? Jangan ganggu aku godain cewek!"Sebenarnya, aku bisa saja menghindari tangannya, tetapi saat itu Cassey berdiri di depanku untuk melindungiku.Ketika pria itu menjulurkan tangannya, aku menarik Cassey agar menjauh, tapi justru tanganku yang ditarik pria gemuk itu. Pergelangan tanganku dicengkeram erat dan aku diseret ke pelukannya."Lepaskan aku!" teriakku. Pria itu memeluk pinggangku erat-erat. Tangannya mulai bergerak tak senonoh di lenganku, sementara hidungnya terus mengendus rambutku dengan jijik.Saat pikiranku hampir meledak karena marah, beberapa petugas keamanan akhirnya berhasil menahannya di lantai. Pria gemuk itu terus memaki-maki, sementara beberapa pelanggan lain mulai mengecamnya da

    Last Updated : 2024-12-17
  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 61

    Keesokan harinya, saat akhir pekan, aku tidak pergi bekerja di restoran. Berkat bantuan sepupu Cassey, restoran itu memberiku kompensasi. Tak lama kemudian, aku juga berhasil menemukan rekaman kamera pengawas yang menunjukkan Yuna ada di restoran malam itu.Beberapa saat kemudian, Cassey datang dengan ponsel di tangannya sambil berlari ke arahku. "Leila, lihat ini!"Aku mengambil ponselnya. Di layar ada informasi tentang pria gemuk itu.Sambil aku membaca, Cassey menjelaskan, "Kata kakakku, orang ini bukan dari Kota Gading. Dia sama sekali bukan dari keluarga kaya. Kakakku bilang dia mungkin cuma preman biasa yang entah gimana bisa masuk ke restoran itu."Akhirnya, semua teka-teki di kepalaku saling terhubung.Kenapa Yuna muncul di restoran malam itu dan kenapa restoran mewah seperti itu tidak segera bertindak saat pegawainya dilecehkan? Sebaliknya, mereka malah berpura-pura tidak tahu.Cassey duduk di sebelahku sambil menggenggam lenganku. "Leila, rasanya kita berdua akhir-akhir ini l

    Last Updated : 2024-12-17

Latest chapter

  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 100

    Makanya, meskipun Felly memberiku obat dan ingin membuatku malu di hadapan semua orang, aku tidak ingin menggunakan cara yang sama untuk membalasnya."Aku bisa bantu." Matthew berkata, "Latar belakang Keluarga Hutama nggak termasuk buruk. Ini termasuk pilihan bagus untuk Santos."Aku menoleh, melihat Matthew memandang ke luar jendela. Malam ini terasa sangat panjang.Saat kapal berlabuh, Santos membawa sekelompok orang masuk. Mereka langsung menuju ke kamar Matthew. Dari kejauhan, terdengar suara Madhu yang berpura-pura menenangkan, "Santos, jangan marah. Semua bisa dibicarakan baik-baik."Segera, mereka mendorong pintu dan masuk. "Matthew, Leila bukan wanita sembarangan. Dia ...."Santos seketika tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Aku berdiri di belakangnya, berpura-pura tidak tahu apa yang terjadi. "Ada apa ini?"Matthew yang memakai pakaian serba hitam pun berjalan keluar. "Apa maksudmu, Pak?" Matthew melirik sekeliling. "Selain itu, ngapain kamu membawa begitu banyak orang kemari

  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 99

    Matthew membawaku ke kamarnya. Aku berpura-pura merasa tidak nyaman. Segera, dia menurunkanku ke ranjang.Aku mengepalkan tanganku, merasakan Matthew perlahan-lahan mendekat. Ketika bernapas, aku merasakan aroma kayu yang semakin kuat.Aku menjulurkan tangan ke nakas untuk mengambil lampu. Aku ingin menghantamkannya ke kepala Matthew. Namun, Matthew tiba-tiba menahan tanganku dan berujar, "Jangan bergerak."Suaranya terdengar rendah. Aku memelotot. Dia memiringkan kepalanya dan mencium telingaku. "Felly lagi mengawasi kita di luar."Setelah mendengarnya, aku tanpa sadar menatap Matthew. Dia menggenggam tanganku, sesekali mencium leherku. "Sabar sedikit. Saat aku memberi keluargamu proyek hari itu, Santos bisa melihat aku menyukaimu.""Belakangan ini, Keluarga Sanjaya punya proyek baru lagi. Santos meneleponku dan bilang kondisi kesehatan nenekmu buruk, jadi menyuruhku membawamu keluar bermain."Ciuman Matthew makin liar. Aku kesulitan bertahan. Entah dari mana tenagaku, aku sontak mend

  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 98

    "Wow!" Cassey berseru dengan kagum, "Leila, mereka lucu sekali. Aku hampir meleleh dibuat mereka!"Ketika melihat Cassey seperti ini, suasana hatiku menjadi lebih rileks.Sekitar 20 menit kemudian, rombongan lumba-lumba pergi dan tak terlihat lagi. Cassey merasa agak kecewa, tetapi aku merasa sangat puas.Yosef menghampiri untuk menggoda Cassey. Aku menatap keduanya, merasa ada yang aneh dari mereka.Pada akhirnya, aku pergi. Ketika aku mengambil jus, Matthew tiba-tiba menggenggam pergelangan tanganku. Aku mendongak menatapnya. Dia menyuruhku memandang ke arah matahari terbit.Aku mengikuti instruksinya, lalu melihat lumba-lumba pink mengapung di permukaan laut. Aku terkejut hingga menutup mulutku. Matthew bertanya, "Cantik nggak?"Aku mengangguk. Matthew berbisik di samping telingaku. "Dia punya nama."Aku menoleh. Matthew tersenyum dan meneruskan, "Namanya Pangsit."Pangsit .... Aku tiba-tiba teringat saat aku SMA 2, aku bersikeras makan bersama Matthew. Karena terlambat, yang tersis

  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 97

    Aku bergegas mundur dan menaruh tanganku di belakang punggung. Tangan Matthew sontak terbuka karena penolakanku yang terlalu besar. Pada akhirnya, dia menarik tangannya kembali dan berkata, "Tanganmu berdarah."Aku menggigit bibir tanpa menyahut. Saat ini, Cassey dan lainnya datang. Cassey membawa ember dan berlari menghampiri, lalu menunjukkan isinya kepadaku. "Leila, aku tangkap ubur-ubur. Yosef bilang ubur-uburnya akan bersinar di malam hari.""Serius?" Aku merasa lega. Aku menatap ubur-ubur setengah transparan di dalam ember. "Kita cari akuarium saja supaya dia punya tempat."Usai mengatakan itu, aku menarik Cassey ke kamar tanpa peduli pada Matthew. Tidak ada tempat untuk menaruh ubur-ubur. Pada akhirnya, Cassey mencari Yosef. Yosef memberikannya vas bunga transparan.Setelah memasukkan ubur-ubur ke vas, Cassey baru menyadari tanganku berdarah. Dia menarik tanganku dan berkata dengan alis berkerut, "Tanganmu ....""Nggak apa-apa." Aku melirik sekilas punggung tanganku yang berdara

  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 96

    Aku merasa sangat panas. Sekujur tubuhku seolah-olah dibakar api. Aku ingin menghindar, tetapi tidak tahu caranya.Mimpi buruk terus bermunculan. Aku bermimpi tentang kehidupan lampau saat Matthew pergi setelah menerima telepon dari Yuna, juga bermimpi saat Matthew memohon kepadaku untuk melepaskan Yuna di ruang privat.Pada akhirnya, adegan mimpiku berhenti. Saat itu, kami selesai berhubungan badan. Matthew menatapku layaknya sampah. "Leila, kamu menjijikkan sekali.""Bu ... bukan aku ...." Aku sontak membuka mata dan memandang langit-langit."Sudah bangun?" Terdengar suara Matthew di samping telingaku. Aku perlahan-lahan menoleh.Wajah Matthew agak berkumis. Dia terlihat sangat lelah. Entah berapa lama aku tertidur. Aku ingin mengambil ponsel, tetapi Matthew menahan tanganku."Jangan sembarangan gerak. Kamu lagi diinfus." Setelah mendengarnya, aku baru menyadari ada beberapa kantong cairan infus yang digantung."Berapa lama aku tidur?" tanyaku dengan susah payah. Tenggorokanku terasa

  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 95

    Pagi hari, aku dibangunkan oleh Cassey. Aku bersembunyi di dalam selimut. Dia menarikku dan bertanya, "Leila, kami mau pergi snorkeling. Kamu mau ikut nggak?""Nggak mau." Aku masih sangat ngantuk. Aku menunjukkan tanganku yang terluka kepadanya dan meneruskan, "Dokter bilang tanganku nggak boleh kena air."Setelah mendengarnya, Cassey baru ingat. Dia tidak membangunkanku lagi dan hanya berpesan beberapa hal sebelum pergi.Sekitar 5 menit kemudian, rasa kantukku malah hilang. Aku pun terpaksa bangkit dari ranjang. Selesai mandi, aku mencari baju di koper.Begitu koper dibuka, ternyata semua isinya adalah terusan. Aku mengambil sebuah terusan berwarna putih, lalu membentangkannya dan mendapati terusan itu hanya mencapai bagian atas pahaku.Aku mengernyit, lalu mengambil terusan berwarna biru lagi. Yang ini lebih panjang, tetapi ada lubang di punggung dan di pinggang. Pada akhirnya, aku memilih terusan berwarna hitam dengan garis leher V yang sangat ketat.Setelah mandi dan berganti paka

  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 94

    Aku melihat jam di ponsel. Ternyata baru pukul 3 subuh lewat. Karena tidak ingin mengganggu Cassey, aku mengambil selimut dari lemari dan menaruhnya di bahuku. Kemudian, aku keluar untuk melihat bintang.Mungkin ada yang salah dengan cuaca tahun ini. Aku merasa angin yang bertiup agak panas.Setelah jauh dari kota, bintang di langit menjadi lebih terang. Pemandangan seperti ini tidak bisa dilihat di kota.Sesaat setelah aku duduk bersila, tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka. Aku menoleh. Ternyata Matthew keluar dari pintu lain dan berdiri di depan pagar pembatas.Matthew masih mengenakan pakaian sebelumnya. Ketika dia melangkah keluar dari kegelapan, entah mengapa aku merasa dia terlihat seperti orang yang kesepian.Aku menggeleng, merasa pemikiranku ini agak konyol. Matthew selalu disanjung oleh orang-orang. Bagaimana mungkin orang seperti ini merasa kesepian?Ketika aku hendak kembali, tiba-tiba Matthew mengeluarkan sebungkus rokok dan menyalakannya. Asap mengepul. Aku melihat Ma

  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 93

    Entah mengapa, aku merasa agak malu. Aku yang ingin menghindar lagi sontak mematung. Matthew memanggil, "Hm?"Aku menggigit bibirku, lalu sengaja menyahut dengan tidak acuh, "Aku nggak ingin lihat."Senyuman di bibir Matthew menjadi makin jelas. Dengan suara rendah, dia bertanya, "Gimana kalau aku ingin kamu lihat?"Seketika, telingaku merasa geli. Aku sontak memalingkan wajah. Matthew juga menoleh untuk melihatku. Tiba-tiba, jarak di antara kami pun menjadi sangat dekat. Dekat sampai aku bisa mencium aroma krim cukurnya."Sudah selesai." Terdengar suara dokter. Aku sontak tersadar kembali, lalu menyingkirkan tangan Matthew yang menutup mataku.Dokter sudah melepaskan sarung tangannya. Dia menginstruksi, "Tanganmu nggak boleh kena air selama tiga hari. Jangan sering digerakkan juga. Aku akan membantumu mengganti perban setiap hari.""Setengah bulan juga sembuh." Dokter sedang membereskan kotak P3K. Dia menambahkan, "Oh ya, benang yang kupakai untuk kecantikan. Jadi, nggak usah khawatir

  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 92

    Para pria di tempat juga tidak sempat bereaksi. Aku hanya bisa menyaksikan Prilly melemparkan pecahan gelas kepadaku. Aku tanpa sadar menjulurkan tangan. Saat berikutnya, pecahan gelas menggores punggung tanganku.Seketika, pecahan gelas yang ternodai darahku pun terjatuh ke lantai. Aku kesakitan hingga berjongkok.Cassey segera maju untuk memapahku. "Leila ...."Matthew dan Yosef buru-buru menghampiri dari dek. Ketika melihat tanganku berdarah, wajah Matthew menjadi suram. Dia mendekatiku, lalu mengambil kain bersih untuk menekan tanganku. "Sakit sekali ya?"Aku sangat takut sakit, tetapi juga sangat pintar menahan sakit. Sebelumnya saat demam tinggi, Aku sama sekali tidak menangis. Namun, kali ini mataku malah berkaca-kaca. Aku mendongak menatap Matthew, melihat kecemasan pada tatapannya."Ya, sakit ...." Setelah mendengar jawabanku, Matthew menjadi panik. Dia menyuruh Yosef memanggil dokter yang mengikuti perjalanan ini, lalu menggendongku ke kamar."Nggak apa-apa, dokter akan seger

DMCA.com Protection Status