Share

Bab 20

Penulis: Dianita
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-03 15:06:24
Aku yang merasa tidak berdaya memutar bola mataku, lalu berjalan keluar. Keegan mengikutiku dan bertanya, "Kapan kamu datang ke Kota Jayed? Kenapa kamu melihat rumah? Apa kamu berencana beli rumah di Kota Jayed?"

Aku mengabaikan Keegan. Tiba-tiba, Keegan bertanya lagi, "Apa keluargamu tahu kamu mau beli rumah di Kota Jayed?"

Langkahku terhenti dan aku berbalik. Keegan tersenyum licik sembari menceletuk, "Akhirnya kamu berhenti."

Aku mengepalkan tangan dengan erat dan bertanya seraya mengernyit, "Apa maksudmu?"

Keegan mendekatiku, lalu tersenyum lebar dan menyahut, "Nggak ada maksud apa-apa. Aku hanya ingin menjamu kamu. Aku ini penduduk asli Kota Jayed. Berdasarkan hubungan kita, bukannya aku harus bawa kamu jalan-jalan di sini?"

"Nggak usah," balasku.

Keegan mengusap dagunya sambil menimpali, "Apa kamu meminta diskon waktu beli rumah? Kalau nggak, aku beri tahu ...."

"Diam," sergahku. Melihat ekspresi Keegan yang percaya diri, aku benar-benar ingin menghajarnya.

Dalam beberapa hari se
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 21

    Setelah itu, Keegan tidak mencariku lagi. Aku pun merasa tenang. Aku menyuruh Cassey mengirimkan informasi tentang Keegan padaku, lalu aku mencari agen untuk membeli rumah itu.Pada saat membayar pelunasan, Keegan muncul. Dia menungguku di depan hotel. Aku menghampiri Keegan.Seperti biasanya, Keegan berbicara dengan santai, "Kamu sudah mau bayar pelunasan? Aku bisa bantu kamu bayar."Kulit Keegan sangat mulus. Melihat pipinya yang sedikit memerah, aku tiba-tiba teringat wanita di sanatorium. Aku menolak, "Nggak usah. Aku sanggup bayar sendiri."Keegan menarik lenganku, lalu mendorongku masuk ke mobil dan menceletuk, "Orang yang nggak mau memanfaatkan keuntungan di depannya itu bodoh."Selesai bicara, mobil Keegan melaju. Aku merasa tidak berdaya dipaksa masuk ke mobilnya. Namun, memang sayang kalau aku menolak diskon.Sesampainya di bagian pemasaran, aku baru tahu bangunan ini adalah milik keluarga Keegan. Aku merasa senang saat melihat diskon yang kudapatkan.Keegan bersandar di sofa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 22

    Keegan melihatku dengan ekspresi tulus. Aku mengernyit, lalu berjalan ke depan dan berkata, "Kalau kamu mau menggila, jangan libatkan aku."Keegan mengejarku sambil membalas, "Aku cuma bercanda. Kenapa kamu marah?"....Aku mentraktir Keegan makan di restoran yang direkomendasikan Cassey kepadaku. Rumah paman Cassey berada di Kota Jayed. Cassey pernah tinggal di Kota Jayed sampai umur 10 tahun, jadi dia cukup familier dengan Kota Jayed.Aku merasa makanan di restoran yang direkomendasikan Cassey pasti lebih enak daripada makanan di restoran terkenal yang direkomendasikan Keegan sebelumnya.Sesampainya di restoran, Keegan memarkir mobil dan aku menunggu di depan pintu restoran. Namun, Keegan masih belum kembali setelah aku menunggu cukup lama.Aku hendak memeriksa kondisi Keegan. Tiba-tiba, aku melihat Matthew dan Yuna datang. Sebelum mereka melihatku, aku segera melewati jalan lain.Saat aku mengira gerakanku sudah cukup cepat dan aku tidak melihat mereka lagi, Matthew tiba-tiba muncul

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 23

    Kemudian, Matthew dan Yuna masuk ke kamar. Aku terdiam di tempat sambil memandangi mereka. Setelah pintu kamar mereka ditutup, aku baru turun ke lantai bawah.Jelas-jelas tadi aku lapar, tetapi aku malah tidak selera makan saat melihat menu. Pelayan menunggu dengan sabar di samping. Aku yang merasa malu meminta pelayan untuk merekomendasikan set menu hari ini.Setelah pelayan pergi, aku teringat Matthew dan Yuna yang masuk ke kamar bersama. Sepertinya, hubungan mereka sangat dekat.Namun, aku juga teringat saat Matthew menciumku malam itu. Sebenarnya Matthew menganggapku apa? Apa dia menganggapku wanita rendahan yang bisa dipermainkan?Aku menggenggam sendok dengan erat. Setelah menarik napas dalam-dalam, aku pun pergi.Keesokan paginya, aku pergi ke bandara. Saat hendak naik ke pesawat, ponselku tiba-tiba berdering. Aku mengeluarkan ponsel dan melihat nomor asing meneleponku.Aku ragu-ragu sejenak sebelum menjawab panggilan telepon. Terdengar suara Keegan. "Leila, masa kamu tega tingg

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 24

    Selesai bicara, aku melangkah lagi. Santos membentak, "Tunggu dulu! Sekarang kamu sudah hebat, ya? Kamu nggak pamitan sebelum pergi, kamu juga nggak panggil aku setelah pulang! Apa kamu nggak menghormati ayahmu dan bibimu lagi?"Aku memandang Santos dengan tenang dan menimpali seraya tersenyum, "Aku akan menghormatimu sebagai ayahku kalau kamu masih menganggapku sebagai putrimu.""Ayah," gumamku. Aku merasa Santos tidak pantas menjadi ayahku."Aku naik pesawat selama 5 jam, aku lelah. Ayah ...," lanjutku. Aku sengaja menekankan panggilanku pada Santos. Aku menambahkan, "Apa sekarang aku boleh istirahat?"Nada bicaraku yang sinis membuat Santos makin marah. Dia menghampiriku dan hendak memukulku. Madhu segera menahan tangan Santos dan berucap, "Santos, apa yang kamu lakukan? Leila lelah, biarkan dia istirahat dulu."Kemudian, Madhu berbalik dan berkata padaku dengan lembut, "Leila, jangan perhitungan dengan ayahmu. Dia mengkhawatirkanmu karena kamu sama sekali nggak telepon saat liburan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 25

    Pelakunya adalah Madhu dan Santos. Saat itu, aku baru tahu Madhu yang terlihat lembut ternyata berhati busuk.Aku menggeleng dan menunggu Madhu melanjutkan ucapannya. Madhu menggenggam tanganku seraya berucap, "Baguslah kalau begitu. Ayah dan anak nggak boleh saling dendam."Aku menarik tanganku dari genggaman Madhu, lalu menimpali, "Langsung bilang saja kalau ada masalah. Nggak usah berbelit-belit."Madhu tampak malu setelah mendengar ucapanku. Dia meremas tangannya sembari berujar, "Begini, kamu mendapatkan peringkat kedua untuk ujian masuk universitas di Kota Nilam. Ayahmu merasa bangga, jadi dia ingin mengadakan acara untuk merayakan keberhasilanmu."Aku mencibir. Mereka pasti ingin memanfaatkan acara ini untuk "menjualku". Aku mengangguk sambil berkata, "Oke, tapi aku mau minta 1 miliar. Kuliah sudah dimulai, aku ingin membeli baju dan keperluan untuk belajar. Boleh, 'kan?"Mereka ingin mengeksploitasiku, jadi aku juga ingin memanfaatkan mereka. Madhu mengernyit setelah mendengar

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 26

    Hanya karena Matthew pernah memapahku saat jatuh. Kala itu, aku berusia 16 tahun. Matthew memberiku plester dan menanyakan aku kesakitan atau tidak.Aku berusaha menahan kesedihanku. Aku tidak boleh lemah. Sekarang kondisinya sudah berbeda. Aku tidak mengharapkan kasih sayang mereka lagi.Setelah tahu mereka tidak mencintaiku, aku juga tidak perlu mencintai mereka. Aku merasa rileks karena tidak mengharapkan semua ini lagi.....Acara perayaanku diadakan 3 hari kemudian. Sebelum itu, Santos dan Madhu menghabiskan banyak uang untukku.Madhu mengundang ahli kecantikan paling hebat di Kota Nilam untuk merawat kulitku selama 2 hari berturut-turut, lalu membawaku ke salon untuk menata rambutku dan mempercantik kuku.Mereka berusaha keras untuk membuatku tampil sempurna. Sehari sebelum acara perayaanku, gaun yang dipesan Santos untukku diantar. Gaun itu berwarna sampanye dan ujung gaunnya dihiasi berlian.Aku pun mencobanya, memang sangat cantik. Auraku terlihat polos, tetapi juga sedikit se

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 27

    Madhu memelototi Felly dan mengomelinya, "Kamu masih berani bicara? Apa kamu sudah lupa ucapan Ibu malam itu? Sekarang Leila masih berguna bagi Keluarga Wirawan. Dia adalah batu loncatan agar keluarga ini bisa menjalin hubungan dengan lebih banyak orang-orang berkuasa.""Terus gimana denganku? Aku juga putri Keluarga Wirawan. Kenapa kita harus bergantung sama Leila dalam segala hal?" ucap Felly dengan berderai air mata.Madhu tidak menyangka Felly akan berpikiran seperti ini. Dia tertegun sejenak, lalu mendekat dan meraih tangan putrinya sambil berkata, "Bukannya kita ingin terus mengandalkan dia. Ibu hanya nggak ingin kamu menderita.""Kamu pikir pansos ke orang-orang berkuasa itu menyenangkan? Sejak awal hanya kamu satu-satunya permata di hati Ibu. Ibu khawatir kamu terluka dan disakiti. Semua yang kamu miliki sudah Ibu pilihkan yang terbaik."Madhu menyeka air mata Felly, lalu merapikan rambut gadis itu dan melanjutkan, "Keluarga Wirawan nggak berpengaruh. Kalau kamu mau menikah den

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 28

    Keegan menatapku yang memasang raut dingin, tetapi tidak membantah Santos. Dia membalas, "Begitu, ya? Aku merasa tersanjung."Usai berkata begitu, Keegan memberikan sekotak hadiah dan berucap lagi, "Nih, hadiah masuk universitas."Aku menatapnya sejenak, lalu mengambil kotak itu dan berkata, "Terima kasih."Saat itu, tiga orang lagi berjalan masuk. Mereka adalah Matthew, Yuna, dan Yosef. Aku melirik ke arah Santos, diam-diam terkesan melihatnya mampu mengundang Matthew.Santos menyuruhku membawa Keegan masuk, lalu dia segera menghampiri Matthew.Malam ini Matthew dan Yuna mengenakan pakaian berwarna hitam yang senada. Keduanya terlihat sangat serasi. Aku melirik mereka sekilas, lalu mengalihkan pandangan.Keegan mengulurkan tangannya padaku, membuatku menoleh padanya. Dia berkata sambil tersenyum, "Kurasa hanya aku yang pantas menjadi pasanganmu di pesta ini. Gimana menurutmu?"Aku balas tersenyum, tetapi tidak menyambut uluran tangannya. Aku berujar, "Ada kalanya terlalu percaya diri

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03

Bab terbaru

  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 100

    Makanya, meskipun Felly memberiku obat dan ingin membuatku malu di hadapan semua orang, aku tidak ingin menggunakan cara yang sama untuk membalasnya."Aku bisa bantu." Matthew berkata, "Latar belakang Keluarga Hutama nggak termasuk buruk. Ini termasuk pilihan bagus untuk Santos."Aku menoleh, melihat Matthew memandang ke luar jendela. Malam ini terasa sangat panjang.Saat kapal berlabuh, Santos membawa sekelompok orang masuk. Mereka langsung menuju ke kamar Matthew. Dari kejauhan, terdengar suara Madhu yang berpura-pura menenangkan, "Santos, jangan marah. Semua bisa dibicarakan baik-baik."Segera, mereka mendorong pintu dan masuk. "Matthew, Leila bukan wanita sembarangan. Dia ...."Santos seketika tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Aku berdiri di belakangnya, berpura-pura tidak tahu apa yang terjadi. "Ada apa ini?"Matthew yang memakai pakaian serba hitam pun berjalan keluar. "Apa maksudmu, Pak?" Matthew melirik sekeliling. "Selain itu, ngapain kamu membawa begitu banyak orang kemari

  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 99

    Matthew membawaku ke kamarnya. Aku berpura-pura merasa tidak nyaman. Segera, dia menurunkanku ke ranjang.Aku mengepalkan tanganku, merasakan Matthew perlahan-lahan mendekat. Ketika bernapas, aku merasakan aroma kayu yang semakin kuat.Aku menjulurkan tangan ke nakas untuk mengambil lampu. Aku ingin menghantamkannya ke kepala Matthew. Namun, Matthew tiba-tiba menahan tanganku dan berujar, "Jangan bergerak."Suaranya terdengar rendah. Aku memelotot. Dia memiringkan kepalanya dan mencium telingaku. "Felly lagi mengawasi kita di luar."Setelah mendengarnya, aku tanpa sadar menatap Matthew. Dia menggenggam tanganku, sesekali mencium leherku. "Sabar sedikit. Saat aku memberi keluargamu proyek hari itu, Santos bisa melihat aku menyukaimu.""Belakangan ini, Keluarga Sanjaya punya proyek baru lagi. Santos meneleponku dan bilang kondisi kesehatan nenekmu buruk, jadi menyuruhku membawamu keluar bermain."Ciuman Matthew makin liar. Aku kesulitan bertahan. Entah dari mana tenagaku, aku sontak mend

  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 98

    "Wow!" Cassey berseru dengan kagum, "Leila, mereka lucu sekali. Aku hampir meleleh dibuat mereka!"Ketika melihat Cassey seperti ini, suasana hatiku menjadi lebih rileks.Sekitar 20 menit kemudian, rombongan lumba-lumba pergi dan tak terlihat lagi. Cassey merasa agak kecewa, tetapi aku merasa sangat puas.Yosef menghampiri untuk menggoda Cassey. Aku menatap keduanya, merasa ada yang aneh dari mereka.Pada akhirnya, aku pergi. Ketika aku mengambil jus, Matthew tiba-tiba menggenggam pergelangan tanganku. Aku mendongak menatapnya. Dia menyuruhku memandang ke arah matahari terbit.Aku mengikuti instruksinya, lalu melihat lumba-lumba pink mengapung di permukaan laut. Aku terkejut hingga menutup mulutku. Matthew bertanya, "Cantik nggak?"Aku mengangguk. Matthew berbisik di samping telingaku. "Dia punya nama."Aku menoleh. Matthew tersenyum dan meneruskan, "Namanya Pangsit."Pangsit .... Aku tiba-tiba teringat saat aku SMA 2, aku bersikeras makan bersama Matthew. Karena terlambat, yang tersis

  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 97

    Aku bergegas mundur dan menaruh tanganku di belakang punggung. Tangan Matthew sontak terbuka karena penolakanku yang terlalu besar. Pada akhirnya, dia menarik tangannya kembali dan berkata, "Tanganmu berdarah."Aku menggigit bibir tanpa menyahut. Saat ini, Cassey dan lainnya datang. Cassey membawa ember dan berlari menghampiri, lalu menunjukkan isinya kepadaku. "Leila, aku tangkap ubur-ubur. Yosef bilang ubur-uburnya akan bersinar di malam hari.""Serius?" Aku merasa lega. Aku menatap ubur-ubur setengah transparan di dalam ember. "Kita cari akuarium saja supaya dia punya tempat."Usai mengatakan itu, aku menarik Cassey ke kamar tanpa peduli pada Matthew. Tidak ada tempat untuk menaruh ubur-ubur. Pada akhirnya, Cassey mencari Yosef. Yosef memberikannya vas bunga transparan.Setelah memasukkan ubur-ubur ke vas, Cassey baru menyadari tanganku berdarah. Dia menarik tanganku dan berkata dengan alis berkerut, "Tanganmu ....""Nggak apa-apa." Aku melirik sekilas punggung tanganku yang berdara

  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 96

    Aku merasa sangat panas. Sekujur tubuhku seolah-olah dibakar api. Aku ingin menghindar, tetapi tidak tahu caranya.Mimpi buruk terus bermunculan. Aku bermimpi tentang kehidupan lampau saat Matthew pergi setelah menerima telepon dari Yuna, juga bermimpi saat Matthew memohon kepadaku untuk melepaskan Yuna di ruang privat.Pada akhirnya, adegan mimpiku berhenti. Saat itu, kami selesai berhubungan badan. Matthew menatapku layaknya sampah. "Leila, kamu menjijikkan sekali.""Bu ... bukan aku ...." Aku sontak membuka mata dan memandang langit-langit."Sudah bangun?" Terdengar suara Matthew di samping telingaku. Aku perlahan-lahan menoleh.Wajah Matthew agak berkumis. Dia terlihat sangat lelah. Entah berapa lama aku tertidur. Aku ingin mengambil ponsel, tetapi Matthew menahan tanganku."Jangan sembarangan gerak. Kamu lagi diinfus." Setelah mendengarnya, aku baru menyadari ada beberapa kantong cairan infus yang digantung."Berapa lama aku tidur?" tanyaku dengan susah payah. Tenggorokanku terasa

  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 95

    Pagi hari, aku dibangunkan oleh Cassey. Aku bersembunyi di dalam selimut. Dia menarikku dan bertanya, "Leila, kami mau pergi snorkeling. Kamu mau ikut nggak?""Nggak mau." Aku masih sangat ngantuk. Aku menunjukkan tanganku yang terluka kepadanya dan meneruskan, "Dokter bilang tanganku nggak boleh kena air."Setelah mendengarnya, Cassey baru ingat. Dia tidak membangunkanku lagi dan hanya berpesan beberapa hal sebelum pergi.Sekitar 5 menit kemudian, rasa kantukku malah hilang. Aku pun terpaksa bangkit dari ranjang. Selesai mandi, aku mencari baju di koper.Begitu koper dibuka, ternyata semua isinya adalah terusan. Aku mengambil sebuah terusan berwarna putih, lalu membentangkannya dan mendapati terusan itu hanya mencapai bagian atas pahaku.Aku mengernyit, lalu mengambil terusan berwarna biru lagi. Yang ini lebih panjang, tetapi ada lubang di punggung dan di pinggang. Pada akhirnya, aku memilih terusan berwarna hitam dengan garis leher V yang sangat ketat.Setelah mandi dan berganti paka

  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 94

    Aku melihat jam di ponsel. Ternyata baru pukul 3 subuh lewat. Karena tidak ingin mengganggu Cassey, aku mengambil selimut dari lemari dan menaruhnya di bahuku. Kemudian, aku keluar untuk melihat bintang.Mungkin ada yang salah dengan cuaca tahun ini. Aku merasa angin yang bertiup agak panas.Setelah jauh dari kota, bintang di langit menjadi lebih terang. Pemandangan seperti ini tidak bisa dilihat di kota.Sesaat setelah aku duduk bersila, tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka. Aku menoleh. Ternyata Matthew keluar dari pintu lain dan berdiri di depan pagar pembatas.Matthew masih mengenakan pakaian sebelumnya. Ketika dia melangkah keluar dari kegelapan, entah mengapa aku merasa dia terlihat seperti orang yang kesepian.Aku menggeleng, merasa pemikiranku ini agak konyol. Matthew selalu disanjung oleh orang-orang. Bagaimana mungkin orang seperti ini merasa kesepian?Ketika aku hendak kembali, tiba-tiba Matthew mengeluarkan sebungkus rokok dan menyalakannya. Asap mengepul. Aku melihat Ma

  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 93

    Entah mengapa, aku merasa agak malu. Aku yang ingin menghindar lagi sontak mematung. Matthew memanggil, "Hm?"Aku menggigit bibirku, lalu sengaja menyahut dengan tidak acuh, "Aku nggak ingin lihat."Senyuman di bibir Matthew menjadi makin jelas. Dengan suara rendah, dia bertanya, "Gimana kalau aku ingin kamu lihat?"Seketika, telingaku merasa geli. Aku sontak memalingkan wajah. Matthew juga menoleh untuk melihatku. Tiba-tiba, jarak di antara kami pun menjadi sangat dekat. Dekat sampai aku bisa mencium aroma krim cukurnya."Sudah selesai." Terdengar suara dokter. Aku sontak tersadar kembali, lalu menyingkirkan tangan Matthew yang menutup mataku.Dokter sudah melepaskan sarung tangannya. Dia menginstruksi, "Tanganmu nggak boleh kena air selama tiga hari. Jangan sering digerakkan juga. Aku akan membantumu mengganti perban setiap hari.""Setengah bulan juga sembuh." Dokter sedang membereskan kotak P3K. Dia menambahkan, "Oh ya, benang yang kupakai untuk kecantikan. Jadi, nggak usah khawatir

  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 92

    Para pria di tempat juga tidak sempat bereaksi. Aku hanya bisa menyaksikan Prilly melemparkan pecahan gelas kepadaku. Aku tanpa sadar menjulurkan tangan. Saat berikutnya, pecahan gelas menggores punggung tanganku.Seketika, pecahan gelas yang ternodai darahku pun terjatuh ke lantai. Aku kesakitan hingga berjongkok.Cassey segera maju untuk memapahku. "Leila ...."Matthew dan Yosef buru-buru menghampiri dari dek. Ketika melihat tanganku berdarah, wajah Matthew menjadi suram. Dia mendekatiku, lalu mengambil kain bersih untuk menekan tanganku. "Sakit sekali ya?"Aku sangat takut sakit, tetapi juga sangat pintar menahan sakit. Sebelumnya saat demam tinggi, Aku sama sekali tidak menangis. Namun, kali ini mataku malah berkaca-kaca. Aku mendongak menatap Matthew, melihat kecemasan pada tatapannya."Ya, sakit ...." Setelah mendengar jawabanku, Matthew menjadi panik. Dia menyuruh Yosef memanggil dokter yang mengikuti perjalanan ini, lalu menggendongku ke kamar."Nggak apa-apa, dokter akan seger

DMCA.com Protection Status