Vano menatap menantunya dengan penuh selidik. Ia tak tahu kenapa tapi ada yang mengganjal di dalam hati. Kenapa menantunya itu ingin sekali membantu tuan muda Mahesvara untuk memecahkan kasus Megaproyek? Benarkah hanya sekedar membantu karena pemuda itu bekerja pada klan Mahesvara? Tapi kenapa kesannya seperti Arfeenlah yang sangat bersemangat ingin memecahkan kasus itu?"Ada apa, Pa?" tanya Arfeen yang menyadari tatapan sang mertua. "Beri aku satu alasan kenapa kau sangat bersemangat ingin memecahkan kasus Megaproyek? Padahal kasus ini sudah sangat lama, 20 tahun yang lalu. Yang pada saat itu ... mungkin kau masih balita!" Aventau suatu saat ia akan mendapatkan pertanyaan ini dari sang papa mertua, dan ia sudah siap untuk jawabannya. "Bukankah sudah kukatakan, Pa. Kasus ini menyangkut tentang Papa, nama baik Papa di dunia bisnis. Sebagai seorang menantu tentu saja aku hanya ingin membantu membersihkan nama Papa!" Vano menghela nafas dalam, jawaban menantunya memang masuk akal.
Mendengar kata tak diijinkan keluar ranjang, Larena bisa membayangkan akan sepanas apa pergulatan mereka! Ia ingin kabur tapi hatinya juga mau, lagipula ia memang tak sempat untuk kabur. Sang suami sudah langsung menerkamnya. Arfeen berjalan cepat dan langsung menubruk tubuhnya ketika ia baru sempat sedikit bangun. Menciumnya dengan ganas, sedikit pun tak memberi celah. Tubuh wanita yang 13 tahun lebih tua darinya itu telah membuatnya candu, biasanya ia cepat bosan dan ingin mencari rasa berbeda dari wanita lain. Tapi sekarang ia tak ingin yang lainnya, ia hanya ingin Larena. Ia ingin wanita itu melebihi apa pun. Bukan hanya sebagai teman tidur, tapi juga teman dalam hidupnya. Teman yang bisa ia ajak bicara ketika sedang memiliki masalah. Sayangnya, masalah yang tengah ia hadapi sekarang belum bisa ia bagi dengan sang istri. Ia masih belum bisa mengungkap jati dirinya. Apa yang dibayangkan Larena benar terjadi, bahkan kali ini lebih dari apa yang ia perkirakan. Tubuhnya benar-ben
"Taruhannya adalah nyawamu kan?" Larena mengulang pertanyaannya. Dan sebelum suami kecilnya menjawab dengan candaan ia kembali berseru. "Jangan anggap ini sebagai candaan, Arfeen. Memangnya kau mau menjadikanku janda secepat itu? Bukankah katamu kita akan bersama sampai seluruh rambut memutih? Kalau begitu jauhilah bahaya!" Arfeen mengembangkan senyum. Sebenarnya ia sangat bahagia ketika sang istri mencemaskannya. Itu adalah salah satu bukti bahwa wanita itu sudah mencintainya. Tapi sejak kecil kehidupannya memang penuh bahaya, dan ia tak mungkin bisa lari dari hal itu. "Sejak lama, aku sudah mempercayakan hidupku pada Tuhan. Pada dasarnya hidup dan mati seseorang ada di tangannya, kita tak pernah tahu itu kapan. Jika Tuhan masih menghendaki diriku hidup, maka sebahaya apa pun yang aku hadapi, itu tidak akan merenggut nyawaku." Viera yang masih berada di ambang pintu mendengar percakapan mereka. "Sudahlah, Rena. Itu pilihan pekerjaan suamimu, lagipula sebagai pengawal pribadi
Jordi masih menatap Frita yang mengacungkan handphone dengan bibir manyun dan manja. Ia memungut benda itu, tanpa mengucap apa pun kembali fokus ke layar. Frita yang menunggu reaksi Jordi pun merasa kesal juga, namun ia akan berusaha untuk sabar. Mungkin saat ini dirinya bukan prioritas bagi pria di sisinya itu, tapi perlahan ia akan membuat dirinya menjadi prioritas utama bagi pria itu. Frita tahu jika dirinya keras kepala ia akan kehilangan Jordi, jadi ia akan banyak mengalah. Ia akan jadi gadis penurut demi bisa memenuhi seluruh ruang di hati Jordi. Sampai tak ada lagi ruang untuk orang lain. "Bagaimana kalau malam ini kita nonton? Sepertinya ada film baru. Kau suka film apa?" "Malam ini aku sibuk, Presdir ada pertemuan penting." "Di hari libur pun masih ada pertemuan?" "Memang bukan urusan kantor, tentunya kau tahu siapa Presdir. Dia adalah Zagan, tak ada hari libur di dunia kami!" Frita tercenung, ia baru ingat akan hal itu. Zagan adalah tuan muda Mahesvara. Pria yang
Arfeen mengelus telinganya yang sudah lepas dari tangan sang mertua. "Kau memang benar, usia Larena sudah tidak muda lagi. Memang seharusnya dia sudah memiliki anak. Tapi tidak anakmu!" Mata Arfeen membesar. "Tidak anakku? Ma, kalau bukan anakmu lalu mau anak siapa? Suaminya kan aku? Dan aku juga tidak akan pernah menceraikan Rena!"Viera tak langsung menjawab. Sepertinya memang akan sulit memisahkan mereka. Ia juga bisa melihat putrinya yang sepertinya sudah jatuh cinta pada Arfeen. Tapi Jika Arfeen bisa mempertahankan pekerjaan dan gaji tingginya, apa yang jadi masalah?"Baiklah! Jika kau sudah bisa memberikan Larena rumah dan mobil mewah. Maka kau boleh menghamilinya!" ujar Viera memberi syarat sebelum melenggang ke kamar. Arfeen menatap punggung wanita itu hingga menghilang dari pandangannya. 'Hanya itu, Ma? Kenapa Mama tak minta istana dan jet pribadi saja. Karena itu pun juga tak sulit bagiku untuk kuberikan pada Rena!' sautnya dalam hati sambil berjalan menuju kamar. Mema
"Banyak wanita? Apa maksudmu banyak wanita?" tanya Larena dengan sedikit memundurkan tubuh. Membuat tangan Arfeen yang sedang memainkan rambutnya harus memegang udara. Arfeen menggunakan tangan itu untuk menyugar rambutnya. "Kehidupanku yang dulu bisa dikatakan tak biasa," akunya dengan tawa getir. "Sejak kecil aku sudah berhadapan dengan maut!" Ia menatap lekat mata sang istri. "Juga para gadis!" Larena tak menyahut, ia seperti sedang mencoba mencerna tiap kata yang terlontar dari mulut sang suami. "Kau ingin tahu apa aku tidur dengan wanita lain kan? Dan berapa banyak?" tanya Arfeen yang tak mendapatkan jawaban. Hanya kerlingan saja yang wanita itu berikan. "Pertama kali aku tidur dengan wanita ... saat aku usiaku 13 tahun!" aku Arfeen membuat Larena membeku. Tiga belas tahun? Seorang anak lelaki usia 13 tahun sudah melakukan hubungan ranjang? "Kau hanya bercanda kan?" cicit Larena. "Aku serius, sejak saat itu ... aku suka berpetualang. Tapi kau jangan khawatir, di an
"Tapi ini aneh? Setahuku Nona Larena itu akan menikah dengan Damian Atmaja, mereka sudah menjalin hubungan cukup lama!" ujar seorang pria yang sedari tadi hanya menyimak. Semua mata mengarah padanya. "Damian Atmaja? Memang ... dulu aku sering melihatnya datang ke kompleks kita. Tapi sekarang pria itu seperti ditelan bumi!" saut temannya. "Dan tiba-tiba saja Larena menikah dengan seorang pria miskin. Tukang sapu jalan! Itu mengejutkan!" imbuh pria itu yang bernama Rudi. Rudi adalah putra RW setempat, ia memang menaruh hati pada Larena sejak dulu sebelum ia menikah. Sayangnya Larena sama sekali tak pernah meliriknya. Akhirnya ia menikahi wanita lain dan kini sudah memiliki dua orang anak. Meski begitu, ia tetap masih mengagumi Larena Jayendra. Dan ketika mengetahui bahwa suami Larena rupanya hanya seorang tukang sapu jalan! Perasaannya jadi tak menentu. Ada rasa senang karena ia bisa membalas sakit hatinya dengan merendahkan wanita itu yang bersuamikan seorang pria hina. Tapi ada
Arfeen mengeluarkan sebuah jarum di telapak tangannya. Ia akan siap jika ada serangan. Jordi memperhatikan tiap gerak-gerik setiap orang di hadapannya, termasuk sang bos. Ia tak pernah tahu jika bosnya itu memiliki senjata rahasia beruba jarum itu? Jika tak jeli tak ada yang tahu jika saat ini Arfeen tengah mempersiapkan sebuah senjata rahasia, namun mata Jordi terlalu detail untuk melewatkan hal itu. Ia telah belajar bagaimana mengamati sekitarnya sedetail mungkin tanpa ada yang terlewat meski hal terkecil sekali pun. Dari pengamatannya, K2 tengah mempersiapkan senjata di balik punggung. Jenderal Dirga dan Amar juga akan siap dengan senjata api mereka jika diperlukan. Sementara pria bernama Geofrey itu tampak tenang saja karena ada banyak anak buah yang siap melindunginya di sekeliling tempat itu. "Anak ingusan! Kau pernah menghilang dari peredaran. Maka kali ini kau pasti akan menghilang dari muka bumi!" seru Hariman mencabut senjata apinya, menodongkannya kepada Arfeen dan sia