Beranda / Romansa / Pesona Presdir Posesif / Titik Terang Part 4 (Kita Selesai)

Share

Titik Terang Part 4 (Kita Selesai)

Penulis: catatanintrovert
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-26 00:57:14

Baru saja Ryuga hendak mencari kamar mandi yang Claudia pakai–instingnya mengatakan tata letak kamar mandi masih ada di lantai bawah dan kebetulan manik hitam Ryuga tertuju pada satu pintu di bawah tangga.

Namun, langkahnya tertahan setelah mendengar pintu masuk rumah dibuka dari luar. Alis Ryuga naik sebelah, dia baru menyadari sesuatu: kemana perginya anggota keluarga Claudia yang lain dan yang terpenting … di mana Aruna?

Kedua alis Ryuga langsung menukik tajam. Apakah sosok yang membuka pintu adalah Aruna?

“Aru–

Ucapan Ryuga terputus sendiri sebab sosok dibalik pintu bukanlah berwujud Aruna, melainkan sosok wanita tambatan hatinya.

“Claudia …,” panggil Ryuga menggeram tertahan.

Tubuh Claudia mematung. Dia memandangi Ryuga lamat-lamat. "Ryuga ...," batinnya berbisik lirih.

Wajah Claudia tampak jauh lebih murung dibandingkan ketika dirinya ada di kamar tamu tadi. Netra matanya langsung bersinggungan dengan Ryuga.

Claudia menggigit bibir bawah bagian dalamnya tanpa bisa mengatakan se
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ubaid Akmaludin Akbar
jangan digantung???
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pesona Presdir Posesif   Salah Orang

    “Ah ….” Lenguhan dan desahan bergema di ruangan hotel itu. Cahaya remang dari lampu tidur yang menyala memperlihatkan samar siluet dua orang yang tengah saling memagut satu sama lain. Namun, detik sang pria ingin menyatukan dirinya dengan wanita dalam pelukan, satu desisan terlepas dari bibir wanita tersebut. "Kamu masih perawan?" tanya Ryuga yang mengerutkan kening saat melihat gadis di bawah kungkungannya meringis kesakitan, tepat begitu dia berusaha membobol mahkotanya. Claudia mencengkeram punggung Ryuga kuat-kuat. “Terobos aja, Pak,” tukasnya cepat. Satu tangan Claudia merangkul tengkuk Ryuga, berusaha mengalihkan perhatian pria itu dengan bibirnya. Namun, Ryuga menolak. "Jawab pertanyaan saya," tegasnya. Ditatap seperti itu, Claudia menggigit bibir. Frustrasi karena hasratnya terpaksa ditahan. "Ya menurut Bapak?!" balasnya ketus, ingin agar pria di atasnya ini cepat melanjutkan aksinya lagi. Namun, tidak disangka, Ryuga malah menghela napas dan menjauhkan diri darinya.

  • Pesona Presdir Posesif   Kabur

    ‘Sial, sial, sial!’ maki Claudia dalam hati sambil menutup wajah. Dia tidak menyangka rencana untuk melupakan patah hatinya malah berujung kekacauan. Sekarang, Claudia sudah berada di dalam taksi. Setelah tadi tahu dirinya salah orang, Claudia tanpa pikir panjang langsung kabur dari hotel. Dia tidak lagi berpamitan dengan Ryuga karena malu setengah mati mengenai seluruh kesalahpahaman ini. Tentu saja, Claudia tidak pergi begitu saja. Dia meninggalkan beberapa lembaran uang di atas nakas untuk Ryuga. Anggap saja sebagai bentuk permintaan maaf karena telah menyangka pria itu sebagai gigolo. Namun, setelah dipikir-pikir lagi. Untuk apa ya dia kasih uang ke Ryuga!? Kan ‘jasa’ pria itu juga tidak Claudia pakai!? ‘Bodoh kamu Claudia, bodoh! Nggak sadar apa kamu sendiri sudah rugi bandar karena harus bayar lebih si Mami!’ gerutu wanita itu seraya menangis dalam hati. Ya, walau dirinya tidak jadi menggunakan jasa anak si Mami, Claudia tetap harus membayar penuh sesuai dengan perjanjian a

  • Pesona Presdir Posesif   Bertemu Lagi!?

    Keesokan harinya, Claudia berangkat kerja dengan menumpang motor Vespa merah milik Dirga. Lumayan untuk menghemat pengeluaran karena kampus Dirga sekarang menjadi tempat kerja Claudia. Ya, Claudia akan menjadi seorang dosen! “Perlu gue anterin ke dalam nggak, Mbak?” tanya Dirga saat mereka sampai dan Claudia sedang menyerahkan helm padanya. Claudia pun langsung menggeleng, “Nggak perlu, Mbak tahu kok ruangan prodi di mana.” Detik berikutnya, saat berbalik ke arah kampus, Claudia memiringkan kepalanya sedikit. Dia tampak bingung. ‘Kok … kayaknya beda, ya?’ batin Claudia dalam hati, berubah jadi tidak yakin karena menyadari area kampus yang sebelumnya sedang dalam perbaikan telah selesai, membuat tempat tersebut agak berbeda dari kali terakhir dia berkunjung. Melihat kebingungan Claudia membuat Dirga mendengus tidak percaya. “Kalau nggak tahu, jangan pura-pura sok tahu. Daripada nyasar, mending gue an–” “DIRGAAAAA!” Ucapan Dirga terpotong oleh suara melengking dari arah kiri. Ba

  • Pesona Presdir Posesif   Teman Terdekat

    “Maksud Ibu … saya tidak jadi mengajar di kelas siang?” tanya Claudia dengan alis tertaut. Sekarang, Claudia sudah berada di ruangan prodi dan sedang berbicara dengan Bu Rika, sang kepala program studi. Namun, di luar dugaan, Bu Rika menyampaikan adanya perubahan yang membuat Claudia memasang wajah kecewa. “Benar, Bu Claudia. Saya paham Ibu pasti kaget karena perubahannya mendadak, tapi ini perintah dari atas. Saya harap Ibu bisa menerima,” ujar Bu Rika selagi menampakkan wajah bersalah. Claudia termenung. Sungguh tak dia sangka, dirinya yang seharusnya mengajar di kelas reguler atau kelas siang, malah diubah menjadi pengajar di kelas non-reguler atau kelas malam. Itu tidak sesuai keinginan Claudia. Bukan hanya karena jadwalnya agak sulit, tapi dia juga takut kemampuannya tidak mumpuni. Kelas non reguler dihuni oleh mahasiswa dengan usia beragam dan mayoritas adalah pekerja, rata-rata dari mereka pasti memiliki lebih banyak pengalaman dibandingkan dirinya. Kalau misal Claudia me

  • Pesona Presdir Posesif   Ryuga?!

    Setelah sesaat terdiam, Claudia tertawa bercanda. “Kamu? Minta ke Kak Liam?” ulangnya. “Aku lebih percaya kalau Kak Liam yang memaksa kamu bekerja,” sindirnya sembari tertawa, membuat Claire yang tadi memasang wajah menyelidik, ikut tertawa. “Aku cuma kecapean aja,” imbuh Claudia akhirnya. “Ah, syukurlah. Gue juga kurang istirahat sebenernya. Semalem acara pertunangannya sampe larut banget,” cerita Claire membuka topik yang Claudia paling hindari. “Oh iya, kemarin lo balik duluan, ya? Kenapa?” Ditanya seperti itu, Claudia merasa dadanya tercekat. Tidak mungkin ‘kan dia berkata dia pulang karena sakit hati melihat pertunangan sahabatnya dan memutuskan mencari gigolo!? Claudia pun berusaha menjawab dengan tenang. “Aku kemarin kecapekan aja, jadi pulang duluan. Maaf, ya,” ucapnya lemah. Sungguh, Claudia merasa dirinya adalah teman terburuk sedunia. Teman baiknya bertunangan, tapi dia malah pulang lebih dulu. Di tengah-tengah percakapan Claudia dan Claire, mendadak sebuah suara bers

  • Pesona Presdir Posesif   Presdir Daksa Company

    Claudia kehilangan kata-katanya saat netranya beradu dengan manik hitam milik Ryuga. Ya, itu Ryuga. Mau sebanyak apa pun Claudia mengedipkan mata, sosok yang sedang duduk di sofa itu tetaplah Ryuga. Tidak berubah bentuk menjadi seekor kucing, siluman jadi-jadian, atau pun menghilang layaknya hantu. Sadar akan hal itu, Claudia langsung memekik dalam hati, ‘KENAPA PRIA ITU BISA DI SINI!?’ Claudia bertanya-tanya, sedang apa Ryuga di ruangan Dekan? Tidak mungkin kalau pria itu tahu identitas soal Claudia, bukan? Lagi pula, Mami sudah berjanji, bahkan dibayar mahal oleh Claudia agar privasinya itu terjaga dan aman! Detik berikutnya, Claudia menutup mulutnya tak percaya. Apa jangan-jangan Ryuga adalah satu satu dosen juga di sini? Kebetulan macam apa ini!? Bu Yuli yang sedari tadi melihat Claudia melirik ke arah Ryuga menangkap sinyal-sinyal asmara. Dia kira putri teman baiknya ini menyukai Ryuga. Alhasil, dia langsung berkata, “Claudia, sini masuk!” Bu Yuli membuka pintu lebar-leb

  • Pesona Presdir Posesif   Mengejar Ryuga

    “Kami tidak saling kenal.” Claudia menghela napas, bersyukur Ryuga masih memiliki kebaikan hati. Bisa gawat nasibnya kalau masalah kemarin malam terbongkar! Namun, detik berikutnya, Claudia mendengar pria itu menambahkan, “Hanya saja, dia tampak amatir.” Ucapan itu membuat Claudia menatap Ryuga dengan pelipis berkedut. Pria ini … sedang menyindirnya seperti saat kejadian di malam yang lalu! Tidak terima disindir seperti itu, Claudia membalas, “Saya rasa, Bapak tidak berhak menilai saya seperti itu. Bukankah Bapak tidak mengenal saya? Atas dasar dan bukti apa Bapak bisa menyimpulkan bahwa saya amatir?” “Apakah ucapan saya menyinggung perasaan Bu Claudia?” ‘YA MENURUT BAPAK!?’ Claudia merengut dalam hatinya sebagai respons ucapan Ryuga. Bu Yuli sadar bahwa tampaknya terjadi kesalahpahaman. Dia menatap Ryuga lalu Claudia, dan akhirnya memutuskan untuk mengambil alih menjelaskan, “Claudia, maksud Pak Ryuga bukan seperti itu. Pak Ryuga taunya kamu dosen baru di sini, jadi mungkin Pa

  • Pesona Presdir Posesif   Habis Bertemu Singa, Malah bertemu Ular

    Melihat Claudia mematung karena terlewat kaget, Ryuga berujar dengan suara dalam yang menggelitik telinga, “Bernapas, Claudia.” Sadar dengan dirinya yang tidak bernapas sedari tadi, detik itu Claudia langsung menarik napas sebanyak mungkin. Usai membenarkan napasnya, Claudia yang telah kembali tenang pun langsung menjauhkan tangan Ryuga dari mulutnya. Dia pun bertanya, “Kenapa Anda menarik saya ke sini? Apa yang Anda ingin lakukan?!” Claudia sedikit waspada. Ryuga menatap Claudia dengan mata memicing, tampak sangat mengintimidasi. “Kamu tidak sadar apa kesalahanmu pada saya?” Pertanyaan itu membuat Claudia bingung. “Saya tidak paham maksud Bapak,” balasnya. Ryuga menautkan alis. “Tidak paham?” Tangan Ryuga memukul tembok di sisi kepala Claudia, dan dia mendekatkan wajahnya ke wajah gadis itu. “Haruskah aku mengucapkan setiap hal yang salah dari ulahmu yang melarikan diri dari hotel?!” Ah, tentu saja. Claudia pergi meninggalkan Ryuga tanpa berpamitan, dan hal itu pasti membuat Ryu

Bab terbaru

  • Pesona Presdir Posesif   Titik Terang Part 4 (Kita Selesai)

    Baru saja Ryuga hendak mencari kamar mandi yang Claudia pakai–instingnya mengatakan tata letak kamar mandi masih ada di lantai bawah dan kebetulan manik hitam Ryuga tertuju pada satu pintu di bawah tangga.Namun, langkahnya tertahan setelah mendengar pintu masuk rumah dibuka dari luar. Alis Ryuga naik sebelah, dia baru menyadari sesuatu: kemana perginya anggota keluarga Claudia yang lain dan yang terpenting … di mana Aruna?Kedua alis Ryuga langsung menukik tajam. Apakah sosok yang membuka pintu adalah Aruna?“Aru–Ucapan Ryuga terputus sendiri sebab sosok dibalik pintu bukanlah berwujud Aruna, melainkan sosok wanita tambatan hatinya.“Claudia …,” panggil Ryuga menggeram tertahan.Tubuh Claudia mematung. Dia memandangi Ryuga lamat-lamat. "Ryuga ...," batinnya berbisik lirih.Wajah Claudia tampak jauh lebih murung dibandingkan ketika dirinya ada di kamar tamu tadi. Netra matanya langsung bersinggungan dengan Ryuga.Claudia menggigit bibir bawah bagian dalamnya tanpa bisa mengatakan se

  • Pesona Presdir Posesif   Titik Terang Part 3

    “Tante Emma ….” Sosok tersebut adalah Emma. Wanita itu melemparkan senyum tipis yang mirip sekali dengan pria yang Claudia cintai: Ryuga Daksa. “Claudia … sayang,” panggil Emma dengan suara yang terdengar lirih. Claudia segera memalingkan wajah. Kedua tangannya mengepal di sisi tubuhnya. Claudia berusaha menghempas ingatan akan kejadian satu bulan lalu yang telah merubah banyak hal dalam kehidupannya sekarang. *Kembali ke hari di rumah Claudia Suasana dalam kamar tamu itu menjadi keruh dan menegangkan. Apalagi setelah Aland memanggil anggota keluarga inti: Aji, Bahtiar, dan Rudi untuk masuk dan mendengar klarifikasi Emma atas tindak pidana yang dilakukannya pada Lani Mada sebelum Ryuga menelepon Tirta. Siapa yang tidak terkejut dengan klarifikasi itu? Bahu Aji sampai naik turun karena napasnya memburu, menahan amarah. “Tega sekali kamu melakukan hal kotor itu pada istriku!” komentar Aji dengan mata yang sudah memerah. Posisi Claudia masih di dekat Emma dan Ryuga. Dia sedikit m

  • Pesona Presdir Posesif   Perubahan Sikap Aruna

    Jika Anjani sudah sampai di komplek perumahannya, maka Aruna masih dalam setengah perjalanan. Ryuga mengemudikan mobilnya dengan penuh kehati-hatian.“Pundakmu pasti pegal, Claudia,” ucap Ryuga selagi manik hitamnya memperhatikan dibalik spion tengah mobil.Claudia menggelengkan kepalanya. “Aku masih bisa menahannya, Ryuga,” balasnya sambil menundukkan pandangan agar bisa menatap wajah menggemaskan Aruna yang tampak damai.Bibir Claudia menyunggingkan senyum. Tangannya gatal untuk tidak menyentuh ujung hidung Aruna. Meskipun bukan putri kandung Ryuga, tapi Claudia rasa hidung Aruna dan Ryuga sangat mirip.Dan siapa sangka sentuhan jari telunjuk Claudia di hidung Aruna membuat gadis itu mengerutkan dahinya samar.“Aruna …,” panggil Claudia mengerjapkan matanya. Karena detik setelah itu, gadis yang sedang menyandarkan kepalanya di pundak Claudia mulai membuka mata.Suara erangan pelan terdengar. “Daddy ….” Pandangan Aruna yang sedikit mengabur mulai tampak jelas. Dia melihat Ryuga duduk

  • Pesona Presdir Posesif   Nasib Aland

    Claudia gamang. Dia ingin menjawab, tapi takut salah. Tapi, tidak dijawab sepertinya lebih salah lagi. Ekor mata Claudia melirik Ryuga, ‘Bisa-bisanya Ryuga menanyakan itu di saat seperti ini?’Kepala Ryuga menatap lurus ke depan. Dia mendengus tidak percaya. Rasa-rasanya Ryuga tidak akan berpikir selama itu jika Claudia menanyakan hal yang serupa.“Akan aku pikir-pikir dulu, Ryuga,” jawab Claudia pada akhirnya. Tepat setelah Claudia meluruskan pandangannya, matanya memicing untuk melihat dua orang gadis yang terlihat duduk di bawah pohon, lebih tepatnya yang satu tengah berbaring.Mulut Ryuga terbuka, hendak menimpali. Namun, tertahan oleh suara Claudia. Wanita itu juga mengarahkan jari telunjuknya ke depan, membuat manik hitam Ryuga bergerak mengikutinya.“I-itu Aruna dan Anjani, Ryuga!” seru Claudia. Wanita itu sama sekali tidak sedang berusaha mengalihkan topik. Karena untuk sekarang, lebih baik fokus pada Aruna.Ryuga memarkirkan mobilnya di tepi jalan tidak jauh dari tempat Aruna

  • Pesona Presdir Posesif   Prioritas Claudia

    Karena pertolongan dua pemuda itu, Aruna dibaringkan di sisi lapangan tepat di bawah pohon yang cukup rindang sehingga tidak terpapar sinar matahari secara langsung.Usai membaringkan Aruna, Aland menatap ke arah gadis yang diduga sebagai teman larinya Aruna.“Kenapa Aruna bisa sampai pingsan segala?!” protesnya.Ditodong pertanyaan seperti itu, siapa yang tidak kesal? Anjani tidak merasa dirinya salah, alhasil dia menyahut santai. “Mana aku tahu. Kamu tanya Aruna saja.”Aland yang hendak menyahut lagi tertahan karena tangannya disentuh oleh pemuda yang bersamanya. “Tidak perlu marah-marah segala, Al. Mending kamu belikan Aruna minuman hangat.”“Sekalian sama minyak kayu putih, ya!” tambah Anjani. Takut disemprot lagi, Anjani menambahkan, “Biar Aruna cepet sadar ‘kan?!”Kalau bukan untuk Aruna, Aland mana mau. Mengembuskan napas berat, Aland pun berdiri lalu pergi meninggalkan keduanya.Entah kenapa Anjani merasa lucu melihat wajah kesal Aland yang tertahankan. Namun, fokusnya langsun

  • Pesona Presdir Posesif   Dari Sisi Aruna

    Tidak ingin menyia-nyiakan hari terakhir libur sebelum masuk perkuliahan, Aruna dan Anjani pagi-pagi sekali sudah siap dengan setelan training dan sweater rajut.Ya, keduanya memutuskan untuk berjalan sehat mengitari lapangan lari yang jaraknya tidak jauh dari kampus.“Nggak diantar Daddy kamu, Runa?” tanya Anjani begitu melihat Aruna yang datang turun dari ojek online.Aruna menggelengkan kepalanya. “Daddy lagi nggak ada.”“Emang Daddy kamu ke mana?” tanya Anjani lagi. Dia merasa penasaran. Anjani mengimbangi langkah Aruna untuk berjalan santai. Bukan berarti Anjani memutuskan tidak berlari seperti orang-orang di sekitarnya karena tahu Aruna memiliki asma, tapi itu karena Anjani malas saja. Dasar.Mata besar Aruna melirik teman dekatnya dengan senyum yang terlihat mengerikan. “Cari Mommy baru buat aku.”TUKKK“Aww, Anjani sakit!” ringis Aruna saat mendapatkan jitakan di pinggir dahinya.Tidak ada tanda-tanda Anjani menunjukkan perasaan bersalahnya. Dia malah mengajukan pertanyaan lag

  • Pesona Presdir Posesif   Cinta Satu Malam

    Jika bukan karena alarm yang sudah menjerit-jerit, sepasang pria dan wanita yang tidur dalam satu ranjang itu tidak akan terbangun dalam bersamaan.Sang wanita berhasil membuka matanya lebih dulu. Dengan nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul, dia merasakan pergerakan dari sisi ranjangnya yang memang tidak begitu besar.Begitu menoleh, dia mendapati sesosok pria tampan yang tanpa mengenakan atasan juga tengah menolehkan kepalanya. Keduanya bertukar pandangan.“Saya bisa jelaskan–“Nggak perlu, gue inget apa yang terjadi semalam kok,” selanya dengan santai. Bibirnya menyunggingkan senyum tipis. Dia kembali berucap, “Gue nggak akan minta pertanggung jawaban apa pun dari lo.” Nada bicaranya terdengar sangat serius sehingga membuat Sang pria mengerutkan dahinya samar.“Seharusnya saya bisa membantu Anda dengan cara yang lain, Nona Lilia.” Sang pria menyebutkan nama wanita yang terbaring di sebelahnya.‘Cara lain?’ batin Lilia sambil mendengus kasar. Satu-satunya cara yang ampuh untuk melep

  • Pesona Presdir Posesif   Aksi

    Dilihat dari sudut mana pun, jika dari luar Claudia tampak baik-baik saja. Wanita itu baru saja berdiri dari kursi meja riasnya dan tengah memunguti kapas kotor untuk dibuangnya ke dalam tong sampah kecil di sudut ruangan.Namun, belum sempat beranjak pergi, ada sepasang tangan yang melingkari perutnya.“Ryuga,” tegur Claudia dengan suara yang mengalun lembut.Alih-alih mengerti maksud teguran halus itu, Ryuga malah sengaja mengeratkan pelukannya pada pinggang ramping Claudia.“Biarkan seperti ini dulu. Aku masih merindukanmu, Claudia.” Suara rendah Ryuga yang berbisik tepat di belakang cuping telinga Claudia membuat wanita itu merasa kegelian.Pandangan keduanya beradu tatap melalui cermin rias milik Claudia. Manik hitam pria itu menyorotnya lembut. Dan sudah bisa dipastikan itu memicu debar di dada Claudia.Untuk mengalihkan itu, Claudia memutuskan bertanya selagi dirinya teringat, “Apa aku tidak salah dengar kamu menyebut nama Lilia, Ryuga? Apa terjadi sesuatu padanya?”Ryuga mende

  • Pesona Presdir Posesif   Salah Target

    Dibalik Ryuga dan Claudia yang kini sudah tiba di flat, lain lagi Riel yang harus terjebak bersama Idellia. Pria itu kesulitan mencari celah untuk melarikan diri sebab Idellia yang kini setengah mabuk tampak gelonjotan di lengannya.Kewarasan Idellia pasti berkurang sebab dia dengan berani menyentuh lengan bisep Riel yang tampak berotot. Idellia bergumam, “Wow, ototmu besar juga!”Ekspresi Riel menunjukkan kerisihannya. Dia belum pernah bertemu wanita seagresif Idellia. Maka, sehalus mungkin Riel mencoba menepis lengan Idellia.Selain dia tidak suka bersikap kasar pada wanita, Idellia adalah teman dari Claudia.“Saya harus pergi, Nona Idellia. Sepertinya Pak Ryuga dan Bu Claudia juga sudah tidak lagi di Club,” beritahu Riel sambil menundukkan wajah untuk melihat ke arah kepala Idellia yang sekarang tengah bersandar di sebelah pundaknya.Pria itu mengembuskan napas beratnya. Kalau seperti ini, bagaimana caranya agar dia pergi?“Kamu … pergi?” lirih Idellia. “Jangannnn~,” jawabnya denga

DMCA.com Protection Status