Selepas meninggalkan Bellanca, Ryuga mengajak Claudia keluar dari area hotel. Diam-diam Claudia menghela napas karena itu artinya Ryuga betulan hanya menggodanya saat di telepon pagi tadi.“Sekarang aku tahu kenapa jalanmu bisa secepat atlet, Ryuga.” Ucapan Claudia sukses menghentikan langkah Ryuga. Pun, Claudia di belakangnya yang mengekor ikut menghentikkan langkah.Belum sempat menanyakan maksudnya, Claudia lebih dulu berucap, “Mantan kekasihmu atlet atletik.”Sungguh konyol. Mendengarnya, Ryuga mendengus.“Cara jalanku memang seperti ini, Claudia. Bukan karena Bella seorang atlet, itu sama sekali tak ada hubungannya.” Ryuga menolehkan kepala juga bicaranya yang lembut.Claudia mengerjapkan mata. “Benarkah? Bukan karena kalian sering latihan bersama?”“Cemburu, Claudia?” Ryuga menautkan alisnya dengan senyum yang menyeringai. Hal itu langsung membuat Claudia menggelengkan kepalanya kuat-kuat bahkan terkekeh hambar.“A-ku hanya bertanya Ryuga, bukan cemburu,” ucap Claudia membenarka
‘Tidakkah ada mantra untuk menghilang atau teleportasi!?’Claudia tak punya banyak wajah untuk menghadapi Ryuga setelah dia salah paham untuk yang kesekian kali. Rasanya Claudia benar-benar malu. Apa yang Claudia pikirkan, berbeda dengan yang Ryuga maksud.Setelah mendengar pertanyaan Claudia sebelumnya, Ryuga membawa tangannya untuk menyelipkan anak rambut ke belakang telinga Claudia.Ekspresi Ryuga berubah menjadi hangat. Sama hangatnya dengan senyum tipis menggodanya. “Aku hanya ingin mengajakmu makan malam, Claudia.”Langkah Ryuga mendekat. Jaraknya hanya menyisakan satu langkah dari Claudia. Kepalanya menunduk, mengarah pada telinga wanita itu. Lalu Ryuga berbisik dengan suara dalamnya yang membuat Claudia tergelitik, “Tapi, kalau kamu menginginkan lebih, sebaiknya bergegas sekarang agar waktunya tidak terlalu malam.”BRAKKClaudia melemparkan majalah yang menutupi wajahnya ke sofa apartemen Ryuga. Niatnya beristirahat malah tidak bisa karena terlintas hal memalukan saat hendak m
Claudia mengembuskan napas berat. Dia menggeleng kecil sebagai responsnya.“Tapi, raut wajahmu mengatakan yang sebaliknya,” dengus Ryuga. Pria itu menyaksikan perubahan raut wajah Claudia yang berubah murung.Tubuh Ryuga menegak lalu tanpa mengatakan apa-apa membalikkan badan. Namun, siapa sangka tangan mungil Claudia menahan lengan kanan Ryuga.“Ada yang ingin aku katakan, Ryuga,” celetuk Claudia dalam satu tarikan napas.Tapi, Ryuga tak kunjung membalikkan tubuhnya menghadap Claudia. “Soal apa?” Ryuga menyahut singkat. Suaranya yang terdengar dingin dan terkesan tak acuh menciptakan suasana yang menegangkan.Claudia tidak bisa mundur. Dia sudah memikirkan matang-matang untuk memberitahu Ryuga yang sebenarnya mengenai hilangnya cincin Peony tersebut. Sesuai saran Aruna.Pandangan Claudia yang turun kini naik sebab tangan Ryuga melepaskan tangannya. Tubuh pria itu juga sudah menghadap Claudia. Jarak di antara keduanya tipis sekali.Sepasang manik hitam Ryuga menunduk, tepat menatap n
“Clau! Yang bener aja kamu!”Claudia rasanya memiliki dua orang dalam tubuhnya. Yang satu ingin mengejar Ryuga dan melanjutkan apa yang pria itu mulai. Yang satunya lagi menyuruh Claudia untuk tidak melakukan hal gila tersebut.Namun, yang terjadi selanjutnya Claudia menyeret kakinya mengikuti jejak Ryuga untuk masuk ke dalam. Dia mendapati pria itu tengah bersiap dengan mengenakan jasnya.“Kita pulang sekarang, Ryuga?” tanya Claudia mengerutkan dahinya.“Ya. Atau kamu mau menginap, Claudia?” sahut Ryuga tanpa menolehkan wajah.Claudia menggeleng. Dia memperhatikan aktivitas Ryuga dengan perasaannya yang bingung, “Soal cincinnya–“Lupakan saja.” Jawaban enteng Ryuga entah kenapa membuat perasaan Claudia terluka.Mungkin bagi Ryuga, cincin semahal itu bisa dibeli kembali dengan uang sehingga dia tidak mempermasalahkan Claudia kehilangan cincin tersebut.“Sejak semalam aku terus merasa bersalah memikirkan itu,” aku Claudia dengan suara yang serak. Dia takut Ryuga marah besar padanya. Bu
“Kalau lo cuma mau main ponsel, nggak usah paksa gue buat ke luar, Aruna. Buang-buang waktu gue aja.”Aruna menaikkan pandangan saat mendapat teguran dari Dirga, kekasihnya yang rupawan. Alhasil, Aruna menaruh ponselnya di atas meja dengan posisi layar kaca menghadap meja.“Maaf, Dirga. Barusan Daddy kirimin foto sama calon mommy-ku. Mereka romantis banget deh, malam malam berdua,” cerita Aruna.Gadis itu mulai menyantap ayam yang sudah dipesannya sejak beberapa saat lalu dengan senyum mengembang di bibirnya. Sementara Dirga sudah menghabiskannya dua potong selagi Aruna memainkan ponselnya.“Daddy lo mau nikah lagi?” Dirga bertanya tanpa menatap Aruna. Lebih baik melihat potongan-potongan ayam besar yang menggoda.Padahal Aruna selalu tampak cantik … di mata orang lain. Lihat saja ke beberapa meja yang ada di sana, beberapa pemuda meliriknya terang-terangan karena kelihatannya Dirga sangat tak acuh.“Iya, Daddy harus nikah lagi. Pokoknya harus!” seru Aruna dengan antusias. “Soalnya ak
Esok harinya, pagi-pagi sekali berita gosip sudah wara-wiri di layar televisi. Sosok Ratih sengaja bangun pagi demi melihat gosip terbaru yang langsung menjadi trending topik.“Aku yakin cara ini pasti berhasil,” ucapnya seraya berlalu dari kamar dengan raut wajah puas karena rencana kedua kini mulai berjalan.Dia buru-buru turun ke bawah menuju ruang makan. Di sana sudah ada Eyang Ila, Rudi, dan Emma. Suaminya Angga tidak pulang semalam. Maka, pagi ini tidak menunjukkan batang hidungnya.“Selamat pagi semuanya,” sapa Ratih kepada keluarganya itu. Wanita itu mengedarkan pandangan menatap wajah-wajah itu bergantian. Tampaknya mereka sudah melihat kabar berita pagi ini dilihat dari ekspresi wajahnya.“Aku tadi melihat berita tentang Bellanca Grey yang terbaru.” Ratih membuka suaranya lagi. “Kakak sudah lihat beritanya?” Baik Rudi maupun Emma mengangguk. Orang kepercayaannya melapor dengan segera jika itu berhubungan dengan keluarga Daksa.“Semoga saja Claudia tidak melihat beritanya,”
“Kamu lebih suka siapa, Aruna? Claudia atau Bella?” Alih-alih menjawab pertanyaan putrinya, Ryuga malah mengajukan pertanyaan. Daddy satu anak itu melemparkan senyum menggoda sebelum meneguk air putih, menandakan dirinya telah selesai sarapan. “Bu Claudia dong, Daddy. Aruna cuma mau Bu Claudia yang jadi Mommynya Aruna,” rengeknya sambil mempoutkan bibirnya. Claudia sudah mengambil hatinya Aruna tanpa bersusah payah. Gadis itu juga merasa jika Claudia adalah wanita yang tepat untuk bersama Ryuga. Sepasang manik hitamnya menyorot lembut ke arah putrinya. “Memang Claudia mau?” “Daddy harus bikin Bu Claudia maulah pokoknya. Aruna nggak mau tau, ya.” Gadis itu lalu menggembungkan pipinya. Ryuga hanya balas terkekeh. Tangannya maju untuk mengusap puncak kepala Aruna. Sesi perbincangan pagi ini harus berakhir karena Ryuga harus segera berangkat ke kantor. “Mau berangkat sekarang atau nanti?” Masih dalam posisi duduk, Aruna melirik jam di tangannya. “Aruna nanti aja. Masuk kelasnya jam
Fyuhhhh~Claudia membuang napasnya setelah menyadari jika apa yang dia tanyakan pada dirinya sendiri adalah pertanyaan bodoh.Dia kembali melanjutkan langkah, segera keluar dari rumah setelah mengucapkan, “Aku pergi,” yang langsung disahuti Larissa dengan teriakan, “Hati-hati.”Jika berita itu benar, Ryuga dan Bellanca akan menikah, maka itu bagus untuk Claudia. Kontrak pertunangan keduanya akan berakhir. Bukankah itu kabar baik?“Berangkat sekarang, Mbak?” Claudia memfokuskan pandangan ke arah Dirga lalu mengukir senyum di bibir cherry-nya.“Uhm I-iya,” angguk Claudia.“Mbak dijemput siapa?” tanya Dirga penasaran.Claudia mengangkat kedua alisnya, “Haa?”Lalu jari telunjuk Dirga menunjuk ke luar pekarangan rumahnya, tepat pada sebuah mobil hitam yang sudah terparkir di sana. Mata Claudia memelotot seketika.‘Kok Ryuga cepat banget datangnya!?’ Batin Claudia tak habis pikir.Dia memutar otaknya cepat. Lagi-lagi Claudia harus menciptakan kebohongan di depan pemuda ini.“Mbak … pesan l
“Aman kok, Clau, aman.”Jawaban Lilia tampak sangat meyakinkan. Bahkan untuk membuat Claudia percaya jika dirinya baik, Lilia mendaratkan satu tangannya di atas punggung tangan Claudia lantas mengusapnya lembut.“Lihat wajah gue … emang nggak kelihatan baik-baik aja, Clau?” Selagi bertanya, air wajah Lilia menunjukkan bahwa dirinya terlihat baik.Itu dia masalahnya. Jika Idellia sangat ekspresif, Lilia adalah kebalikannya. Kedua sepupu itu memiliki sifat yang berbanding terbalik. Jadi, Claudia tidak bisa memastikan. Ditambah Claudia belum terlalu mengenal Lilia lebih jauh lagi. Claudia sendiri tipe manusia yang cukup tertutup dan sulit membuka diri. Pun, dia juga merasa Lilia masuk ke dalam tipe tersebut. Itu sebabnya keduanya cocok berteman.Claudia berdehem, “Oke, aku berusaha percaya semuanya baik.” Hatinya merasa sedih. Dia paling dekat dengan Lilia dibandingkan teman-teman dosennya yang lain.Senyum Lilia mengembang, walau kelihatan agak sedikit canggung. Kepalanya mengangguk pel
Siang itu, Claudia sudah memiliki janji akan makan siang bersama Lilia. Dan sesuai janji Ryuga, dia tidak akan membiarkan Claudia kehilangan waktu bersama temannya meskipun sudah menikah. Hanya saja, ini tidak sesuai yang dibayangkan Claudia. Pandangannya melirik Ryuga yang melangkah bersamanya ke dalam cafe. Mendadak langkahnya berhenti. Otomatis, di sebelahnya Ryuga juga menghentikkan langkah. “Tidak bisakah kamu meninggalkanku berdua saja dengan Lilia, Ryuga?” Suara Claudia terdengar putus asa. Satu kakinya menghentak kesal. Bukan apa-apa, pertemuan makan siang ini hanya untuk dia dan Lilia. Pasti ada sesuatu, duga Claudia, mengingat Lilia tidak mengikutsertakan teman-temannya yang lain. Sebuah masalah karena Ryuga ‘kan tidak diajak. Belum sempat Ryuga memberikan respons, suara Claudia mengudara lagi. “Ayo berpisah di sini saja, Ryuga.” Ekspresi Ryuga tampak kesulitan. Dia sedikit keberatan harus meninggalkan Claudia seorang diri. Tapi, itu pilihan Claudia. Dengan suara yang en
Claudia seringkali masih kesulitan untuk menolak permintaan Ryuga dalam urusan ranjang. Akan tetapi, sebagian besar alasannya adalah Claudia sendiri juga menikmati aktivitas keduanya. Seperti yang terjadi beberapa saat lalu, Claudia ikut dengan Ryuga ke perusahaan dan menuruti permintaannya. Mengingat itu kembali membuat Claudia tidak tahan untuk menjambak sisi rambutnya. Dia menghela napas. “Aku rasa aku sudah tidak waras!” cibir Claudia sambil menatap dirinya di depan cermin toilet. Pakaiannya sedikit berantakan dengan beberapa kancing atas yang terbuka. Ketika Ryuga menyentuhnya tadi, itu terasa tidak nyaman bagi Claudia. Tidak seperti biasanya. Demikian, dia meminta Ryuga untuk tidak menjangkau bagian dada. Setengah penasaran, Claudia mencoba menyentuh salah satu dadanya sendiri. ‘Kenapa terasa sakit, ya?’ batin Claudia sambil mengernyitkan dahinya samar. Kedua alisnya bertaut. Namun, Claudia tidak ingin memikirkannya lebih lanjut. Cepat-cepat Claudia merapikannya lalu turun
“Sudah dua bulan ….”Pagi itu tiba-tiba saja Aruna bernyanyi dengan suara yang sumbang. Mata besarnya menatap Ryuga dan Claudia bergantian. Kepalanya miring ke arah kiri. Dia pun menyeletuk, “Kapan Aruna bisa tidur bareng Daddy sama Mommy Clau?”Dua bulan waktu yang cukup bagi Ryuga dan Claudia memiliki waktu berdua. Apalagi beberapa kali Aruna mengungsikan dirinya menginap di mansion agar orang tuanya bisa bebas berpacaran. Bukankah Aruna cukup pengertian?Sekarang, Aruna juga ingin bermanja-manja pada Ryuga dan Claudia. Masa bodoh dengan umur. Toh, Aruna setuju ‘Umur hanyalah angka.’Kemudian gadis itu bertopang dagu menggunakan kedua tangan. Mata besarnya mengerjap beberapa kali seraya memasang wajah yang penuh harap layaknya emoji.Claudia yang melihat itu terkekeh pelan. Dia menaikkan satu tangannya di atas meja makan untuk bertopang dagu. Dia berpikir sejenak, “Mmm, tanya Daddy saja, Aruna,” jawab Claudia sambil melirik Ryuga penuh maksud.“Kalau Mommy sendiri, malam ini juga ay
Ada pun, di sisi lain seorang gadis muda juga wajahnya ikut memanas dibalik selimut yang dikenakan. Beberapa detik lalu, dia mendengar suara yang memanggilnya dari luar kamar. “Anjani Ruby.”DEGSuara berat itu lagi-lagi mengudara di dalam kamar hotel yang ditempatinya. Anjani menahan napas dibalik selimut. Itu … jelas-jelas bukan suara Aruna.“Gue tahu lo nggak sakit, lo cuma menghindar dari gue ‘kan?”Mata Anjani memejam erat-erat dengan debar jantung berdebar keras mendengar celetukkan suara berat familier itu di luar kamar. Anjani merasa gamang, haruskah dia menyudahi aksi menghindarinya ini?‘Tapi, aku terlalu malu untuk menunjukkan wajah di hadapan Aland hiyaaaa!’ batin Anjani menjerit. Bahkan sangking malunya, dia tidak sanggup menceritakan hal itu pada Aruna tadi. Sangking malunya, Anjani bahkan memutuskan tidak ikut dalam acara resepsi pesta Ryuga dan Claudia.Gadis itu hanya bisa berguling-guling di atas ranjang tidur sambil memikirkan kejadian di kolam renang yang terus b
Malam itu acara resepsi berjalan lancar dan terkendali. Para tamu undangan terus berdatangan dan memberikan ucapan selamat pada kedua pengantin. Kebanyakan tamu-tamu yang hadir didominasi oleh kenalan Rudi dan Aji. Pun, Ryuga sendiri hanya mengundang kolega bisnis yang dia percaya. Kini, Tirta datang beserta istri untuk memberikan ucapan selamat. Sosok Tirta memeluk Ryuga erat-erat. “Selamat sekali lagi, Ryu.” Terdengar nada suara Tirta yang mengatakannya penuh keharuan. Akhirnya setelah sekian lama menduda, teman dekatnya itu pun menikah. Keharuan lain dirasakan Tirta karena menyaksikan sendiri perjalanan kisah cinta Ryuga dan Claudia yang cukup berliku. Ryuga menyunggingkan senyum tipisnya. Dia balas menepuk punggung Tirta. “Mmm, terima kasih, Ta.” Selagi masih berpelukan, Tirta berkesempatan untuk berbisik di telinga Ryuga, “Kamu akan suka hadiah dariku, Ryu. Jangan lupa digunakan sebaik-baiknya dengan Claudia!” Mendengar ucapan Tirta, tampaknya Ryuga tahu apa yang dihadiahkan
Beberapa jam kemudian, saat malam menjelang acara resepsi dimulai, Aruna yang baru selesai dirias langsung tergopoh-gopoh melangkah menuju sebuah ruangan yang sudah dipersiapkan menjadi ruang tunggu pengantin.‘Pokoknya harus sempat ketemu Mommy Clau dulu!’ batin Aruna bertekad. Sebab sudah dipastikan nanti malam dia tidak akan bertemu dengan ibu sambungnya.Di sisi lain, Aruna senang karena akhirnya Ryuga dan Claudia menikah sehingga bisa hidup bersama. Di sisi lain, Aruna juga ingin memiliki banyak waktu bersama Claudia lebih lama. Tapi, Aruna lihat-lihat Ryuga sering kedapatan tidak mau berbagi Claudia dengannya.Aruna memasang senyum lemah begitu menemukan Ryuga dan Riel yang tengah mengobrol di depan ruangan pengantin. Tangannya terangkat, melambaikan tangan. “Daddy!” seru Aruna. Mata besarnya memicing, “Mommy Clau mana, Dad?” sambungnya sambil celingukan.Ditodong pertanyaan seperti itu, Ryuga langsung menjawab, “Masih di dalam, Aruna,” tunjuknya sambil mengangkat jari dan menga
Di sisi lain restoran, terdapat dua kolam renang dalam hotel Azzata. Satu berada di luar dan satu berada di dalam. Kolam renang privat di dalam ruangan terhubung dengan toilet dan ruangan ganti. Meskipun di luar juga terdapat fasilitas yang sama. Tapi, tadi … Anjani pergi ke kamar mandi yang berada dalam untuk menyelesaikan urusan pribadinya. Siapa sangka dia akan menemukan dua sosok pemuda yang sedang berenang berduaan?! Tanpa menyapa, Anjani terburu memasuki salah satu bilik kamar mandi. ‘Ada hal penting yang lebih darurat!’ Begitu Anjani ke luar dari toilet sekitar sepuluh menit kemudian, dia bermaksud menyapa dua sosok pemuda yang dikenalinya itu. Namun, pandangannya hanya bisa menangkap satu sosok pemuda saja yang masih di area kolam renang. ‘Loh, kok cuma Aland aja, sih? Perasaan tadi sama Dirga ‘kan?’ batin Anjani terdiam di depan pintu kamar mandi. Sesaat, dia merasa gamang untuk meneruskan langkah. Jantungnya berdebar lebih cepat mendapati pemuda itu sendirian. Suara bati
Keterdiaman Aruna membuat Larissa paham. Bagaimanapun, perasaan milik Aruna bukan kehendaknya. Bibirnya tersenyum penuh maklum. Dia kembali menepuk-nepuk pelan tangan Aruna dengan lembut.Mata besar Aruna tampak nanar saat beradu tatap dengan Larissa. Air wajahnya juga murung. Demikian, Larissa merasa sedikit bersalah.“Tante tidak bermaksud ikut campur, Aruna. Lagipula yang menjalani hubungan itu kamu dan Dirga. Jadi, keputusan tetap ada di kamu dan Dir–“Mama ngapain sama Aruna?”Sosok yang menjadi topik pembicaraan Larissa dan Aruna tiba-tiba saja muncul menyela ucapan Larissa. Kedatangannya tidak disadari baik Aruna maupun Larissa yang larut dalam pembicaraan. Refleks Aruna menarik tangannya dari Larissa.“Lagi ngomongin kamu nih, Dir,” jawab Larissa dengan santai.Sontak mata Aruna terbelalak. Dia pikir Larissa akan berdalih, tapi malah mengakui terang-terangan?! Mata besar Aruna melirik Dirga sekilas.Pemuda itu menyugar rambut depannya yang basah ke belakang. Dirga memamerkan j