Share

Sadar Diri

last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-06 00:22:48

“Dan kamu tidak keberatan dengan tingkah wanita macam itu?” Dari nada bicaranya, Bellanca bertanya dengan santai. Dia memangku dagunya dengan satu tangan di atas meja. “Sewaktu kita masih menjadi sepasang kekasih, bukankah kamu benci jika aku bersiap demikian, Ryuga?”

Kali ini Bellanca menatap ke arah Claudia, jelas itu tatapan tidak senang.

Ditatap seperti itu, Claudia merasa tidak terima. Ingin menjawab, tapi rasanya tidak sopan saja jika menyahut secara langsung.

‘Katakan kamu tidak keberatan, Ryuga.” Batin Claudia gemas sendiri melihat Ryuga cukup lama merespons Bellanca.

Ryuga menggelengkan kepala, “Selama wanita itu Claudia, aku tidak keberatan.”

BLUSH

Ekor mata Claudia melirik Ryuga. Pipinya memanas. Padahal apa yang diucapkan Ryuga tak lebih dari kebohongan.

Lagi-lagi Claudia membatin, ‘Sepertinya ini efek sudah lama menyendiri, mangkanya aku mudah salah tingkah.’

Ya, pasti karena itu. Claudia yakin sekali!

“Jadi, dia beneran tunanganmu?” Bellanca tampak bersikap menyebalkan.
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Binti Suciati
Claudia keren kata² nya sederhana tapi sangat menohok
goodnovel comment avatar
KARTIKA55582181
up yg banyak dong
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pesona Presdir Posesif   Ganti Hotel ke Apartemen

    Selepas meninggalkan Bellanca, Ryuga mengajak Claudia keluar dari area hotel. Diam-diam Claudia menghela napas karena itu artinya Ryuga betulan hanya menggodanya saat di telepon pagi tadi.“Sekarang aku tahu kenapa jalanmu bisa secepat atlet, Ryuga.” Ucapan Claudia sukses menghentikan langkah Ryuga. Pun, Claudia di belakangnya yang mengekor ikut menghentikkan langkah.Belum sempat menanyakan maksudnya, Claudia lebih dulu berucap, “Mantan kekasihmu atlet atletik.”Sungguh konyol. Mendengarnya, Ryuga mendengus.“Cara jalanku memang seperti ini, Claudia. Bukan karena Bella seorang atlet, itu sama sekali tak ada hubungannya.” Ryuga menolehkan kepala juga bicaranya yang lembut.Claudia mengerjapkan mata. “Benarkah? Bukan karena kalian sering latihan bersama?”“Cemburu, Claudia?” Ryuga menautkan alisnya dengan senyum yang menyeringai. Hal itu langsung membuat Claudia menggelengkan kepalanya kuat-kuat bahkan terkekeh hambar.“A-ku hanya bertanya Ryuga, bukan cemburu,” ucap Claudia membenarka

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-06
  • Pesona Presdir Posesif   Menghabiskan Waktu Berdua

    ‘Tidakkah ada mantra untuk menghilang atau teleportasi!?’Claudia tak punya banyak wajah untuk menghadapi Ryuga setelah dia salah paham untuk yang kesekian kali. Rasanya Claudia benar-benar malu. Apa yang Claudia pikirkan, berbeda dengan yang Ryuga maksud.Setelah mendengar pertanyaan Claudia sebelumnya, Ryuga membawa tangannya untuk menyelipkan anak rambut ke belakang telinga Claudia.Ekspresi Ryuga berubah menjadi hangat. Sama hangatnya dengan senyum tipis menggodanya. “Aku hanya ingin mengajakmu makan malam, Claudia.”Langkah Ryuga mendekat. Jaraknya hanya menyisakan satu langkah dari Claudia. Kepalanya menunduk, mengarah pada telinga wanita itu. Lalu Ryuga berbisik dengan suara dalamnya yang membuat Claudia tergelitik, “Tapi, kalau kamu menginginkan lebih, sebaiknya bergegas sekarang agar waktunya tidak terlalu malam.”BRAKKClaudia melemparkan majalah yang menutupi wajahnya ke sofa apartemen Ryuga. Niatnya beristirahat malah tidak bisa karena terlintas hal memalukan saat hendak m

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-06
  • Pesona Presdir Posesif   Memutuskan Jujur

    Claudia mengembuskan napas berat. Dia menggeleng kecil sebagai responsnya.“Tapi, raut wajahmu mengatakan yang sebaliknya,” dengus Ryuga. Pria itu menyaksikan perubahan raut wajah Claudia yang berubah murung.Tubuh Ryuga menegak lalu tanpa mengatakan apa-apa membalikkan badan. Namun, siapa sangka tangan mungil Claudia menahan lengan kanan Ryuga.“Ada yang ingin aku katakan, Ryuga,” celetuk Claudia dalam satu tarikan napas.Tapi, Ryuga tak kunjung membalikkan tubuhnya menghadap Claudia. “Soal apa?” Ryuga menyahut singkat. Suaranya yang terdengar dingin dan terkesan tak acuh menciptakan suasana yang menegangkan.Claudia tidak bisa mundur. Dia sudah memikirkan matang-matang untuk memberitahu Ryuga yang sebenarnya mengenai hilangnya cincin Peony tersebut. Sesuai saran Aruna.Pandangan Claudia yang turun kini naik sebab tangan Ryuga melepaskan tangannya. Tubuh pria itu juga sudah menghadap Claudia. Jarak di antara keduanya tipis sekali.Sepasang manik hitam Ryuga menunduk, tepat menatap n

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-06
  • Pesona Presdir Posesif   Meminjamkan Bahu Secara Gratis

    “Clau! Yang bener aja kamu!”Claudia rasanya memiliki dua orang dalam tubuhnya. Yang satu ingin mengejar Ryuga dan melanjutkan apa yang pria itu mulai. Yang satunya lagi menyuruh Claudia untuk tidak melakukan hal gila tersebut.Namun, yang terjadi selanjutnya Claudia menyeret kakinya mengikuti jejak Ryuga untuk masuk ke dalam. Dia mendapati pria itu tengah bersiap dengan mengenakan jasnya.“Kita pulang sekarang, Ryuga?” tanya Claudia mengerutkan dahinya.“Ya. Atau kamu mau menginap, Claudia?” sahut Ryuga tanpa menolehkan wajah.Claudia menggeleng. Dia memperhatikan aktivitas Ryuga dengan perasaannya yang bingung, “Soal cincinnya–“Lupakan saja.” Jawaban enteng Ryuga entah kenapa membuat perasaan Claudia terluka.Mungkin bagi Ryuga, cincin semahal itu bisa dibeli kembali dengan uang sehingga dia tidak mempermasalahkan Claudia kehilangan cincin tersebut.“Sejak semalam aku terus merasa bersalah memikirkan itu,” aku Claudia dengan suara yang serak. Dia takut Ryuga marah besar padanya. Bu

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-07
  • Pesona Presdir Posesif   Menyusun Rencana

    “Kalau lo cuma mau main ponsel, nggak usah paksa gue buat ke luar, Aruna. Buang-buang waktu gue aja.”Aruna menaikkan pandangan saat mendapat teguran dari Dirga, kekasihnya yang rupawan. Alhasil, Aruna menaruh ponselnya di atas meja dengan posisi layar kaca menghadap meja.“Maaf, Dirga. Barusan Daddy kirimin foto sama calon mommy-ku. Mereka romantis banget deh, malam malam berdua,” cerita Aruna.Gadis itu mulai menyantap ayam yang sudah dipesannya sejak beberapa saat lalu dengan senyum mengembang di bibirnya. Sementara Dirga sudah menghabiskannya dua potong selagi Aruna memainkan ponselnya.“Daddy lo mau nikah lagi?” Dirga bertanya tanpa menatap Aruna. Lebih baik melihat potongan-potongan ayam besar yang menggoda.Padahal Aruna selalu tampak cantik … di mata orang lain. Lihat saja ke beberapa meja yang ada di sana, beberapa pemuda meliriknya terang-terangan karena kelihatannya Dirga sangat tak acuh.“Iya, Daddy harus nikah lagi. Pokoknya harus!” seru Aruna dengan antusias. “Soalnya ak

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-07
  • Pesona Presdir Posesif   Berita Sampah

    Esok harinya, pagi-pagi sekali berita gosip sudah wara-wiri di layar televisi. Sosok Ratih sengaja bangun pagi demi melihat gosip terbaru yang langsung menjadi trending topik.“Aku yakin cara ini pasti berhasil,” ucapnya seraya berlalu dari kamar dengan raut wajah puas karena rencana kedua kini mulai berjalan.Dia buru-buru turun ke bawah menuju ruang makan. Di sana sudah ada Eyang Ila, Rudi, dan Emma. Suaminya Angga tidak pulang semalam. Maka, pagi ini tidak menunjukkan batang hidungnya.“Selamat pagi semuanya,” sapa Ratih kepada keluarganya itu. Wanita itu mengedarkan pandangan menatap wajah-wajah itu bergantian. Tampaknya mereka sudah melihat kabar berita pagi ini dilihat dari ekspresi wajahnya.“Aku tadi melihat berita tentang Bellanca Grey yang terbaru.” Ratih membuka suaranya lagi. “Kakak sudah lihat beritanya?” Baik Rudi maupun Emma mengangguk. Orang kepercayaannya melapor dengan segera jika itu berhubungan dengan keluarga Daksa.“Semoga saja Claudia tidak melihat beritanya,”

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-07
  • Pesona Presdir Posesif   Jemputan Pagi

    “Kamu lebih suka siapa, Aruna? Claudia atau Bella?” Alih-alih menjawab pertanyaan putrinya, Ryuga malah mengajukan pertanyaan. Daddy satu anak itu melemparkan senyum menggoda sebelum meneguk air putih, menandakan dirinya telah selesai sarapan. “Bu Claudia dong, Daddy. Aruna cuma mau Bu Claudia yang jadi Mommynya Aruna,” rengeknya sambil mempoutkan bibirnya. Claudia sudah mengambil hatinya Aruna tanpa bersusah payah. Gadis itu juga merasa jika Claudia adalah wanita yang tepat untuk bersama Ryuga. Sepasang manik hitamnya menyorot lembut ke arah putrinya. “Memang Claudia mau?” “Daddy harus bikin Bu Claudia maulah pokoknya. Aruna nggak mau tau, ya.” Gadis itu lalu menggembungkan pipinya. Ryuga hanya balas terkekeh. Tangannya maju untuk mengusap puncak kepala Aruna. Sesi perbincangan pagi ini harus berakhir karena Ryuga harus segera berangkat ke kantor. “Mau berangkat sekarang atau nanti?” Masih dalam posisi duduk, Aruna melirik jam di tangannya. “Aruna nanti aja. Masuk kelasnya jam

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-08
  • Pesona Presdir Posesif   Panggilan Akrab

    Fyuhhhh~Claudia membuang napasnya setelah menyadari jika apa yang dia tanyakan pada dirinya sendiri adalah pertanyaan bodoh.Dia kembali melanjutkan langkah, segera keluar dari rumah setelah mengucapkan, “Aku pergi,” yang langsung disahuti Larissa dengan teriakan, “Hati-hati.”Jika berita itu benar, Ryuga dan Bellanca akan menikah, maka itu bagus untuk Claudia. Kontrak pertunangan keduanya akan berakhir. Bukankah itu kabar baik?“Berangkat sekarang, Mbak?” Claudia memfokuskan pandangan ke arah Dirga lalu mengukir senyum di bibir cherry-nya.“Uhm I-iya,” angguk Claudia.“Mbak dijemput siapa?” tanya Dirga penasaran.Claudia mengangkat kedua alisnya, “Haa?”Lalu jari telunjuk Dirga menunjuk ke luar pekarangan rumahnya, tepat pada sebuah mobil hitam yang sudah terparkir di sana. Mata Claudia memelotot seketika.‘Kok Ryuga cepat banget datangnya!?’ Batin Claudia tak habis pikir.Dia memutar otaknya cepat. Lagi-lagi Claudia harus menciptakan kebohongan di depan pemuda ini.“Mbak … pesan l

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-08

Bab terbaru

  • Pesona Presdir Posesif   Sesi Curhat

    Membutuhkan waktu sekitar setengah jam dari flat Diana menuju kediaman Ryuga. Selagi menunggu kedatangan sekretarisnya, Ryuga kembali masuk ke dalam kamar. Manik hitamnya langsung menyorot ke arah Claudia yang tengah menyisir rambut panjangnya di depan meja rias. Ada banyak pertimbangan dalam kepala Ryuga sampai dia menyeletuk, “Temui Diana besok saja. Kamu perlu istirahat yang cukup malam ini, Claudia.” Refleks, Claudia menolehkan wajahnya ke arah Ryuga yang saat ini berjalan menghampiri. Sorot mata Claudia penuh akan protes. “Loh, kenapa? Aku sudah cukup istirahat tadi siang, Ryuga.” Tiba di hadapan Claudia, Ryuga mendaratkan kedua tangannya di bahu Sang wanita. Tubuh tegapnya setengah membungkuk dan kepalanya saling bersejajar. Suara dalam Ryuga berbisik, “Diana sepertinya mengalami patah hati jilid kedua. Aku tidak ingin kamu merasa terbebani ketika mendengarkan cerita Diana nanti.” Melalui meja rias itu pandangan Claudia dan Ryuga saling bersinggungan. Butuh waktu beberapa det

  • Pesona Presdir Posesif   Izin Ryuga

    Panggilan telepon tersambung. Namun, alih-alih suara Ryuga yang terdengar, suara lembut Claudia yang menyapa, “Halo, Diana.” Ketika Claudia sedang asyik-asyiknya memainkan sebuah permainan salon di ponsel Ryuga, nama Diana tertera di layar. Tanpa berpikir panjang, Claudia menggeser ibu jarinya ke arah tombol berwarna hijau. “Kamu masih di sana, Diana? Mau berbicara dengan Ryuga, ya?” Karena tidak ada respons dari lawan bicaranya, Claudia bertanya lagi. “Ryuga sedang di kamar mandi. Nanti aku sampaikan jika kamu menghubungi.” “E–eh, kalau begitu, aku bicara dengan Mbak Clau saja,” ucap Diana dengan suara yang terdengar serak. Hal itu disadari Claudia. Sesaat dia terdiam sebelum kembali menyahut, “Ada apa, Diana?” Entah karena mendapati pertanyaan singkat itu atau karena mendengar suara Claudia yang khawatir, Diana hampir menangis dalam sambungan telepon. Dengan satu tangan yang memegang ponsel dan tangan lainnya meremas gaun di bagian dadanya yang terasa sesak, Diana menimpali,

  • Pesona Presdir Posesif   Berbesar Hati

    Sepanjang perjalanan pulang, Diana benar-benar mengunci mulutnya rapat. Kepalanya menghadap ke arah jendela mobil, enggan menatap Riel yang sedang menyetir. Isi pikirannya sedang membuat keributan sehingga Diana memutuskan diam.‘Tidak bisa, Diana. Tidak bisa kalau begini!’Sementara Riel terus-menerus melirik ke arah Diana dengan perasaan khawatir. Pria itu mengembuskan napas berat saat mobil yang dikendarainya tiba di parkiran flat. Lantas Riel membuka suara, “Beritahu aku apa yang membuatmu tidak nyaman.”Mendengar Riel menyeletuk demikian, Diana menyunggingkan senyum getirnya. “Kamu masih boleh berubah pikiran, Riel.”Usai mengatakan hal tersebut, baru Diana menolehkan wajah. Riel menatapnya tidak mengerti. Dan reaksi itu membuat Diana tiba-tiba saja tertawa dengan miris.Pada satu titik, Diana merasa tidak bisa menahan kegilaannya. Tubuhnya mulai bergetar, menahan tangis yang ingin wanita itu ledakan. Belakangan, Diana terlalu dibuat bahagia. Sekarang, Diana tahu jika kebahagian

  • Pesona Presdir Posesif   Diana, Lilia, dan Keluarga Waluyo

    Diana hanya pernah bertemu wanita itu satu kali di malam resepsi pernikahan Ryuga Claudia. Untuk pertama dan terakhir kali itu, wanita tersebut sudah menegaskan bahwa dia dan Riel tidak memiliki hubungan apa pun.“Kenapa Lilia juga ada di sini, Yel?” tanya Diana tidak bisa menahan rasa penasarannya.“Aku belum menceritakan padamu soal Lilia dan Kak Nuel. Nanti saja, Diana,” jawab Riel seadanya karena langkahnya sudah semakin dekat di meja makan. Tangan Riel menggenggam tangan Diana lebih erat daripada sebelumnya seiring semua pandangan mata tertuju ke arah keduanya.Memberanikan diri, Diana membalas tatapan itu satu persatu hingga terakhir Diana bertukar tatapan dengan Lilia Lua Latesha. Refleks, Diana juga melemparkan senyum.Kala itu Lilia bereaksi di luar kendalinya. Dia membuang wajah karena tidak sengaja menatap ke arah tangan Diana dan Riel yang saling bertautan. Lilia membatin, ‘Ada apa sama lo sebenarnya, Li!’Karena entah ada apa masalahnya, perasaannya seperti tengah dicubit

  • Pesona Presdir Posesif   Kisah Kita Bukan Drama Korea

    Sesi perpisahan Aruna dan Dirga sudah berakhir. Pemuda itu melerai pelukannya pada tubuh Aruna dengan berat hati. Kedua sudut Dirga tertarik ke atas, memperlihatkan senyum yang Aruna inginkan sejak dulu.Merasa diperhatikan, refleks Aruna ingin menolehkan wajah. Akan tetapi, aksinya tertahan oleh tangan besar yang mendarat di puncak kepalanya. Suara Dirga mengudara, “Berani menolehkan wajah, aku akan menganggapmu ingin kembali padaku, Aruna.”Mata besar Aruna menyipit. ‘Apaan, sih, Dirga,’ ucapnya tidak habis pikir.Detik berikutnya, Aruna merasakan kepalanya diusap dengan sayang. Sesuatu yang tidak pernah Dirga lakukan sekali pun. Mata besar Aruna memejam, dia mengepalkan kedua tangan. Dengan sikap tegas dan berani, dia menepis lengan Dirga, membuatnya cukup terkejut dengan reaksi Aruna.“Udah ‘kan? Aku mau masuk.” Aruna tidak ingin terbawa suasana hanya karena sikap Dirga yang satu itu.Sementara Dirga tampak mengembuskan napas berat. “Kamu bisa masuk sekarang.” Karena Dirga tidak m

  • Pesona Presdir Posesif   Mari Jangan Pernah Bertemu Lagi

    Tampan tapi tidak berperasaan. Julukan itu cocok disematkan untuk seorang Dirga Disastra. Akan tetapi, sejujurnya Dirga hanya cukup payah mengakui apa yang dia rasakan. Apa dia cemburu melihat kedekatan Aruna dan Pras? Dirga hanya menautkan kedua alisnya sambil mendengus kasar begitu mobil yang dikendarainya berhenti tepat di posisi Aruna dan Pras berdiri. Tanpa menatap Aland, Dirga berkata, “Turun duluan, Al.” Suara rendahnya terdengar dingin. Pun, ekspresinya. Mengembuskan napas, Aland menganggukkan kepala, “Oke.” Sementara di luar mobil, Aruna terang-terangan melihat ke arah jendela kaca mobil yang terbuka. Dia tidak menyadari jika Pras sudah menurunkan kepala untuk berbisik rendah di telinganya, “Kamu berhutang penjelasan, Aruna.” Kedua tangan Aruna mengepal di sisi tubuh. Dia sama sekali tidak menyesali tindakannya pada Pras. Gadis itu membatin, ‘Cuma ini satu-satunya cara.’ “Apalagi, Al?” tanya Dirga keheranan melihat Aland yang tidak kunjung ke luar dari mobil. Saat Dirga

  • Pesona Presdir Posesif   Dilarang Cemburu

    Aruna memiliki niatan akan pergi menemui Diana setelah kepulangan Ryuga ke rumah. Karena sekarang ini, Aruna akan fokus menjaga Claudia. Meskipun Emma juga ikut menemani, Aruna tetap ingin bersama Claudia. Bahkan ketika Claudia berbaring dan tertidur, Aruna juga ada di sampingnya. Dia memeluk Claudia dari samping dan menunjukkan sisi manjanya, membuat Emma yang baru kembali dari dapur menggelengkan kepala. “Grammie lihat-lihat kamu nempel terus sama Mommy-mu.” Mendengar itu, Aruna menjawab dengan santai, “Aruna lagi puas-puasin momen, Grammie. Besok-besok, pasti yang nempelin Mommy adik bayi.” Pandangan Aruna turun untuk melihat perut rata Claudia. Dia juga mengangkat sedikit kepalanya. Menyadari satu hal, Aruna mengembuskan napas berat. Dia menambahkan, “Belum Daddy ….” Suaranya terdengar lesu. Meskipun Ryuga adalah Daddy-nya, tetapi pria itu juga adalah saingan terberatnya. “Cari pengganti Dirga sana, biar nggak kesepian,” celetuk Emma dengan entengnya. Dia bertukar pandangan de

  • Pesona Presdir Posesif   Berhenti

    Ada banyak hal yang terjadi dan tidak diketahui Garvi kala dirinya dalam keadaan koma. Pun, persahabatan yang terjalin di antara dirinya, Dirga, Pras, dan Aland yang sudah banyak mengalami perubahan.Dia menatap Aland dan Dirga bergantian. Keduanya sudah tampak jauh lebih dewasa dan juga keren. Salah satu sudut bibir Garvi terangkat, tersenyum menyeringai.Aland berdeham melihat Garvi tampak memiliki dunianya sendiri. “Eh, Kak, gimana keadaan lo?” tanyanya. Dia tidak lupa jika kedatangannya kembali ke Indonesia untuk menjenguk Garvi. Mengenai Anjani bisa diurus nanti.Garvi pun menjelaskan secara singkat mengenai kondisinya. Dia hanya harus menjalani pemulihan selama beberapa waktu.Begitu mendengarnya, terbesit perasaan bersalah dalam benak Dirga. Pemuda itu menyeletuk, “Gue usahakan balik ke sini kalau waktunya libur–“Ck, nggak usah!” sela Garvi disertai kekehan geli. Dia tidak ingin merepotkan teman dekatnya itu. “Fokus aja sama studi lo di sana. Gue ada yang jagain kok.” Saat men

  • Pesona Presdir Posesif   Kakak Beradik

    “Boleh diulangi lagi nggak, Kak?”Barangkali Anjani salah mendengar. Dia perlu memastikannya sekali lagi. Dan supaya tidak mencurigakan, Anjani mau membagikan tentang pikirannya. “Namanya familier dengan seseorang yang aku kenal–“Dimitrio, ya?” potong Garvi dengan senyum menyeringai di salah satu sudut bibirnya.Anjani mengerjapkan mata. Dia menganggukkan kepalanya kuat-kuat hingga membuat poninya mengayun, tampak menggemaskan di mata Garvi. Suaranya yang halus mengudara, “Pak Dimitri– maksudku Pak Dimitrio dosen di kampusku. Kak Garvi kenal?”Di tengah pergerakan Garvi yang terbatas, tangannya gatal untuk tidak menyentuh poni Anjani lantas mengacaknya pelan.“Eh–Sentuhan tangan besar Garvi seketika membuat Anjani terkejut. Gadis itu terdiam dengan mata yang membola.Garvi terkekeh pelan. “Aku tidak mengenali Dimitrio. Tapi, aku kenal Dimitrian–pemuda barusan yang kamu lihat … dia temanku.” Hanya sebatas itu Garvi bisa memberitahu.Mata Anjani memicing lantas menganggukkan kepalanya

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status