Share

Panggil Ryuga

Author: catatanintrovert
last update Huling Na-update: 2024-10-29 19:42:56

“Bapak nggak mau nunggu di mobil aja?” Claudia menjawab pertanyaan Ryuga dengan pertanyaan. Karena bagi Claudia rasanya aneh apabila Ryuga ikut dengannya ke apartemen Claire.

Apa kata Claire nanti?

“Nggak, saya ikut. Saya bilang sandiwaranya bisa dimulai sekarang,” tegas Ryuga.

Maka, Claudia tidak ada pilihan lain selain mengiakan ucapan Ryuga.

Keduanya berjalan melewati meja resepsionis untuk menuju lift. Lantas Claudia merogoh ponsel di dalam tasnya untuk menghubungi Claire.

“Aku udah sampe di apart, Claire. Tapi, lupa apart kamu ada di lantai berapa,” keluh Claudia.

“Sering ke sini tetep aja lo lupa. Clau … Clau. Apart gue lantai 31,” ucap Claire ketus.

Melalui ekor matanya, Ryuga melirik Claudia yang sedang meringis menanggapi ucapan Claire. Entah apa maksud tatapannya itu.

Claudia berucap, “Maaf, aku beneran lupa. Ya udah aku ke situ sekarang ya, Claire.”

Masuk ke dalam lift bersama Ryuga
Locked Chapter
Ituloy basahin ang aklat na ito sa APP
Mga Comments (16)
goodnovel comment avatar
Dwiyani Ketaren
syukaaaa cara ryugaa
goodnovel comment avatar
Tin Arifin
bagus alur ceritanya
goodnovel comment avatar
nuraini yusoff
bagus ryuga, claire ternyata sengaja banget
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

  • Pesona Presdir Posesif   Jangan Ganggu Tunanganku Lagi

    Claire tampak kaget dengan balasan ketus pria tersebut, begitu pula dengan Claudia. Wanita tersebut menyikut lengan pria itu, mengisyaratkan agar dia diam. Namun, Ryuga malah semakin menjadi. “Apa? Apa aku salah?” tanya pria tersebut sembari menatap Claire. “Sudah minta tolong, tapi tidak bisa menyambut dengan lebih baik. Tidak tahu diri.” Dia melipat tangan dan membuang wajah kesal. Claudia menggigit bibirnya, tidak tahu lagi harus bicara apa. Akhirnya, dia menatap Claire dengan wajah tak berdaya. “T-tolong abaikan dia, Claire. Aku baru tiba, kok.” Dia mengeluarkan dokumen yang telah dicetak kepada Claire. “Ini dokumennya.” “O-oh, ya ….” Claire tampak masih terkejut dengan sosok pria tampan yang datang bersama Claudia. Dia sama sekali tidak menyangka temannya itu akan tiba dengan orang lain. Seorang pria tampan pula! Penasaran, Claire pun bertanya, “Ini … siapa, Clau?” Mata Claire menggerayangi sosok Ryuga, m

  • Pesona Presdir Posesif   Membuatku Mual

    Usai mengatakan itu, Ryuga langsung menarik tangan Claudia dan pergi dari tempat tersebut. Dia tidak membiarkan Claudia membenarkan ucapannya atau menambahkan apa pun lagi. Ditinggal seperti itu, Claire mengepalkan tangannya. Walau bibirnya tersenyum, tapi tubuhnya bergetar dengan tidak nyaman, tampak marah. Bukan hanya rencananya untuk membuat Claudia cemburu dengan keromantisannya bersama Sambara gagal, wanita itu malah membawa seorang pria yang dengan berani menegurnya! Seumur-umur, ini baru pertama kali ada orang yang memperingatinya seperti itu! Untuk membela Claudia yang selama ini tidak berani melawannya pula! Yang benar saja! Claire tidak terima! ‘Claudia! Awas saja kamu!’ seru Claire dalam hati dengan penuh kebencian. “Claire?” panggil sebuah suara membuat Claire tersentak. Dia menoleh dan melihat Sam yang menatapnya bingung. “Kamu kenapa?” Claire terdiam sesaat, lalu memasang senyuman tipis. “Nggak apa-apa, Kak.

  • Pesona Presdir Posesif   Bukan Siapa-Siapa, Tapi Mengantarkan Pulang?!

    Kaget dengan kehadiran Dirga yang menatapnya tajam, Claudia memaksakan senyumnya. “Loh, kok kamu belum tidur, Dir?” Dirga tertawa hambar. Masih dengan tatapan tajamnya, Dirga kembali bertanya, “Itu yang namanya Ryuga?” Nada bicaranya terdengar tidak ramah. “Siapa dia dan apa hubungannya sama Mbak?” Tak ada senyum sama sekali di wajah tampan pemuda itu. Posisi Claudia bak tengah diinterogasi oleh ayahnya yang kedapatan pulang malam bersama seorang pria. Hal itu sedikit membuat Claudia terintimidasi, tapi saat sadar Dirga hanya pemuda yang dia anggap adik kecil, wanita itu tersenyum tipis. “Bukan siapa-siapa, Dir.” Dirga yang tadinya bersandar pada pintu rumahnya perlahan mendekati Claudia yang tampak mematung di tempatnya. Kini jarak keduanya hanya tersisa tiga langkah, cukup dekat. Claudia menaikkan pandangan dan Dirga menundukkan kepala untuk dapat bersinggungan mata dengannya, “Bukan siapa-siapa tapi mengantarkan pulang?” tanya Dir

  • Pesona Presdir Posesif   Berhenti Memberikanku Perhatian

    “Kak Sam,” lirih Claudia saat melihat sosok tampan itu berdiri di hadapannya. “Pagi, Clau.” Sam menyapa ramah dengan senyuman tipis. Dengan terus-terang, Claudia bertanya, “Kak Sam ngapain ke sini?” Ini pertama kalinya Sam berkunjung kemari. Claire saja belum pernah singgah ke kamar loteng tempat tinggalnya. “Ketemu Om Anton sama Tante Larissa.” Mendengar itu, Claudia merasa sedikit lega. Benar juga, Sam adalah sepupunya Dirga dan keponakannya Anton dan Larissa–orang tua Dirga. “Oh, ya, ya. Masuk, Kak.” Claudia mempersilakan pria itu masuk, lalu membawanya ke arah ruang tamu. “Clau panggilin Om sama Tante dulu.” Namun, belum ada dua langkah, Sam malah menghentikannya. “Clau, tunggu.” “Ya?” “Kakak mau bicara soal semalam …,” ucap Sam menggantung. Demi mendengar itu Claudia menahan napas. Dia terkejut Sam akan lanjut membahas masalah di malam yang lalu, tapi berusaha tetap tenang. “Mau

  • Pesona Presdir Posesif   Dilarang Menjalin Hubungan dengan Pria Lain!

    Hari ini, Claudia seharusnya berangkat lebih siang ke kampus karena dirinya mengajar di kelas malam. Namun, karena keberadaan Sam di rumah yang masih membuatnya sedikit tidak nyaman, Claudia memutuskan untuk tetap datang lebih awal. Tiba di ruangan dosen, saat Claudia hendak masuk, dia berpapasan dengan Claire. Sepertinya Claire akan masuk kelas jam selanjutnya. Claudia pun menyapa, “Hai, Clai–” WHOOSH Claudia membeku. Claire hanya melewati dirinya tanpa sedikit pun melirik ke arahnya. Alis Claudia berkerut dan dia pun menoleh ke belakang, melihat Claire berjalan pergi bersama dengan dua orang lain yang tertawa kecil saat melihat wajah terkejut Claudia. Hal tersebut membuat Claudia agak kebingungan. Namun, kemudian dia menepis pikiran buruk dan hanya membatin, ‘Mungkin, dia terburu-buru ….’ Tapi, ternyata tidak berhenti sampai di sana. Sampai jam makan siang tiba, keduanya sama sekali belum bicara sepatah kata pu

  • Pesona Presdir Posesif   Daddy

    Digoda seperti itu, Claudia malu setengah mati. Wajahnya terasa panas dan tiba-tiba membuatnya kegerahan sehingga Claudia mengibas-ngibaskan tangannya di udara. Tanpa menatap wajah Ryuga, Claudia menjawab dengan penuh percaya diri, “Poin ini tidak seharusnya ada. Aku tidak merasa ini perlu!” Sudut bibir Ryuga terangkat. “Kamu … yakin?” Melihat Ryuga dengan tampang yang seolah tengah mengejek dirinya, membuat Claudia kesal. ‘Sial,’ rutuk Claudia dalam hatinya lantas menatap Ryuga. Pria ini sengaja menggodanya ‘kan!? Sejenak, Claudia terdiam. Dia berpikir percuma saja membantah Ryuga, toh pria itu selalu mempunyai cara untuk membuatnya menyetujui syarat ini, bukan? “Cepat selesaikan sebelum makanannya datang,” tegas Ryuga membuat Claudia kembali tersadar dari lamunannya. ‘Ah! Masa bodolah!’ seru Claudia dalam hati seraya langsung menandatangani dokumen pertunangan kontrak tersebut. “Sudah,” ucap

  • Pesona Presdir Posesif   Perubahan Claudia

    “Apa yang kamu pikirkan, Claudia?” Bisa-bisanya Ryuga bertanya seperti itu dengan entengnya. “A-Aruna p-putrimu, Ryuga?” Claudia dengan gugup memberanikan diri bertanya. Jari telunjuknya mengambang dan mengarah ke luar jendela. Raut wajah Ryuga terlihat berbeda. Pria itu biasanya memasang wajah datar atau dingin. Namun, kali ini tampak agak ramah. “Mmm.” Ryuga mengangguk-anggukkan kepalanya pelan. Dia menatap Claudia dan bertanya, “Ingin bertemu dan berkenalan, Claudia?” Belum sempat merespons, tangan Ryuga lebih dulu membuka kunci pintu mobil. “R-Ryuga!” desis Claudia tertahan. “J-jangan!” tahan Claudia kemudian memegangi pergelangan tangan Ryuga. Namun, Claudia terlambat. Matanya terbelalak saat pintu sebelah Ryuga terbuka. Dengan gerakan cepat dan terburu, Claudia menarik tangannya lalu membuka pintu mobil sebelahnya dengan kasar. Saat Claudia turun dari mobil, saat itulah Aruna melihat punggung belak

  • Pesona Presdir Posesif   Apakah Pertemanan Kita Seburuk Ini?!

    Claire dan dua dosen muda itu terkejut dengan keyakinan Claudia. Mereka tidak menyangka Claudia akan bersikap begitu keras. Namun, walau tahu ucapan Claudia benar, mana mungkin mereka bersedia kalah semudah itu dari Claudia yang hanya seorang diri? Salah satu dosen muda pun mendengus. “Kami dengar dari Claire kamu menyukai tunangannya, dan ternyata sekarang terbukti kalau itu benar. Apa kamu nggak merasa malu sama sekali, Clau? Kulihat-lihat, kamu bahkan tidak menyangkal hal tersebut!” ujarnya dengan nada menyindir. Dosen kedua pun tertawa sinis. “Astaga, konyol sekali. Teman dekat macam apa yang menyimpan rasa untuk tunangan sahabatnya?!” Claudia memasang wajah datar dan menjawab, “Aku tidak akan menyangkal bahwa aku pernah menyukai tunangan Claire, itu kenyataannya.” Dia menambahkan, “Akan tetapi, perlu kalian ketahui kalau itu hanyalah masa lalu.” Tak berhenti sampai di sana, Claudia lanjut berkata selagi menatap Claire lurus, “Sebaliknya,

Pinakabagong kabanata

  • Pesona Presdir Posesif   Prioritas Claudia

    Karena pertolongan dua pemuda itu, Aruna dibaringkan di sisi lapangan tepat di bawah pohon yang cukup rindang sehingga tidak terpapar sinar matahari secara langsung.Usai membaringkan Aruna, Aland menatap ke arah gadis yang diduga sebagai teman larinya Aruna.“Kenapa Aruna bisa sampai pingsan segala?!” protesnya.Ditodong pertanyaan seperti itu, siapa yang tidak kesal? Anjani tidak merasa dirinya salah, alhasil dia menyahut santai. “Mana aku tahu. Kamu tanya Aruna saja.”Aland yang hendak menyahut lagi tertahan karena tangannya disentuh oleh pemuda yang bersamanya. “Tidak perlu marah-marah segala, Al. Mending kamu belikan Aruna minuman hangat.”“Sekalian sama minyak kayu putih, ya!” tambah Anjani. Takut disemprot lagi, Anjani menambahkan, “Biar Aruna cepet sadar ‘kan?!”Kalau bukan untuk Aruna, Aland mana mau. Mengembuskan napas berat, Aland pun berdiri lalu pergi meninggalkan keduanya.Entah kenapa Anjani merasa lucu melihat wajah kesal Aland yang tertahankan. Namun, fokusnya langsun

  • Pesona Presdir Posesif   Dari Sisi Aruna

    Tidak ingin menyia-nyiakan hari terakhir libur sebelum masuk perkuliahan, Aruna dan Anjani pagi-pagi sekali sudah siap dengan setelan training dan sweater rajut.Ya, keduanya memutuskan untuk berjalan sehat mengitari lapangan lari yang jaraknya tidak jauh dari kampus.“Nggak diantar Daddy kamu, Runa?” tanya Anjani begitu melihat Aruna yang datang turun dari ojek online.Aruna menggelengkan kepalanya. “Daddy lagi nggak ada.”“Emang Daddy kamu ke mana?” tanya Anjani lagi. Dia merasa penasaran. Anjani mengimbangi langkah Aruna untuk berjalan santai. Bukan berarti Anjani memutuskan tidak berlari seperti orang-orang di sekitarnya karena tahu Aruna memiliki asma, tapi itu karena Anjani malas saja. Dasar.Mata besar Aruna melirik teman dekatnya dengan senyum yang terlihat mengerikan. “Cari Mommy baru buat aku.”TUKKK“Aww, Anjani sakit!” ringis Aruna saat mendapatkan jitakan di pinggir dahinya.Tidak ada tanda-tanda Anjani menunjukkan perasaan bersalahnya. Dia malah mengajukan pertanyaan lag

  • Pesona Presdir Posesif   Cinta Satu Malam

    Jika bukan karena alarm yang sudah menjerit-jerit, sepasang pria dan wanita yang tidur dalam satu ranjang itu tidak akan terbangun dalam bersamaan.Sang wanita berhasil membuka matanya lebih dulu. Dengan nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul, dia merasakan pergerakan dari sisi ranjangnya yang memang tidak begitu besar.Begitu menoleh, dia mendapati sesosok pria tampan yang tanpa mengenakan atasan juga tengah menolehkan kepalanya. Keduanya bertukar pandangan.“Saya bisa jelaskan–“Nggak perlu, gue inget apa yang terjadi semalam kok,” selanya dengan santai. Bibirnya menyunggingkan senyum tipis. Dia kembali berucap, “Gue nggak akan minta pertanggung jawaban apa pun dari lo.” Nada bicaranya terdengar sangat serius sehingga membuat Sang pria mengerutkan dahinya samar.“Seharusnya saya bisa membantu Anda dengan cara yang lain, Nona Lilia.” Sang pria menyebutkan nama wanita yang terbaring di sebelahnya.‘Cara lain?’ batin Lilia sambil mendengus kasar. Satu-satunya cara yang ampuh untuk melep

  • Pesona Presdir Posesif   Aksi

    Dilihat dari sudut mana pun, jika dari luar Claudia tampak baik-baik saja. Wanita itu baru saja berdiri dari kursi meja riasnya dan tengah memunguti kapas kotor untuk dibuangnya ke dalam tong sampah kecil di sudut ruangan.Namun, belum sempat beranjak pergi, ada sepasang tangan yang melingkari perutnya.“Ryuga,” tegur Claudia dengan suara yang mengalun lembut.Alih-alih mengerti maksud teguran halus itu, Ryuga malah sengaja mengeratkan pelukannya pada pinggang ramping Claudia.“Biarkan seperti ini dulu. Aku masih merindukanmu, Claudia.” Suara rendah Ryuga yang berbisik tepat di belakang cuping telinga Claudia membuat wanita itu merasa kegelian.Pandangan keduanya beradu tatap melalui cermin rias milik Claudia. Manik hitam pria itu menyorotnya lembut. Dan sudah bisa dipastikan itu memicu debar di dada Claudia.Untuk mengalihkan itu, Claudia memutuskan bertanya selagi dirinya teringat, “Apa aku tidak salah dengar kamu menyebut nama Lilia, Ryuga? Apa terjadi sesuatu padanya?”Ryuga mende

  • Pesona Presdir Posesif   Salah Target

    Dibalik Ryuga dan Claudia yang kini sudah tiba di flat, lain lagi Riel yang harus terjebak bersama Idellia. Pria itu kesulitan mencari celah untuk melarikan diri sebab Idellia yang kini setengah mabuk tampak gelonjotan di lengannya.Kewarasan Idellia pasti berkurang sebab dia dengan berani menyentuh lengan bisep Riel yang tampak berotot. Idellia bergumam, “Wow, ototmu besar juga!”Ekspresi Riel menunjukkan kerisihannya. Dia belum pernah bertemu wanita seagresif Idellia. Maka, sehalus mungkin Riel mencoba menepis lengan Idellia.Selain dia tidak suka bersikap kasar pada wanita, Idellia adalah teman dari Claudia.“Saya harus pergi, Nona Idellia. Sepertinya Pak Ryuga dan Bu Claudia juga sudah tidak lagi di Club,” beritahu Riel sambil menundukkan wajah untuk melihat ke arah kepala Idellia yang sekarang tengah bersandar di sebelah pundaknya.Pria itu mengembuskan napas beratnya. Kalau seperti ini, bagaimana caranya agar dia pergi?“Kamu … pergi?” lirih Idellia. “Jangannnn~,” jawabnya denga

  • Pesona Presdir Posesif   Memperbaiki Hubungan

    Untuk apa menghindar jika tidak mempunyai salah? Lagipula … percuma saja menghindari Ryuga. Ditambah posisi untuk Claudia kabur sangat tidak memungkinkan karena kedua tangan Ryuga mencengkram sisi-sisi kursi yang diduduki Claudia. Wanita itu merasakan detak jantungnya meningkat kala bersinggungan mata dengan manik hitam Ryuga. Sesaat Claudia memejamkan matanya, ‘Astaga … jantungku.’ Rasanya seperti ingin meledak. Bertepatan Claudia membuka mata, suara berat Ryuga mengudara, “Ikut aku sekarang, Claudia!” Ucapannya jelas tidak ingin dibantah. Begitu tangan kiri Ryuga menyentuh lengannya, pandangan Claudia turun untuk melihat. Entah sejak kapan gips di tangan Ryuga berhasil dilepaskan. Tapi, yang pasti Claudia merasa bersyukur. Claudia tidak terlalu memperhatikan saat acara pameran berlangsung tadi. Sekarang, tahu-tahu saja Ryuga melepaskan lengan Claudia. Manik hitamnya menyorot Claudia tajam. “Mau aku gendong atau berjalan sendiri, Claudia?” tanyanya tidak sabar. Ditambah kedua

  • Pesona Presdir Posesif   Menolak Melupakan

    Pencahayaan lampu yang berkelap-kelip itu tidak terbiasa dilihat oleh netra mata Claudia sehingga dia membutuhkan waktu untuk bisa beradaptasi. Selain itu, ada hal lain yang membuat Claudia tiba-tiba saja menolak bergabung ke lantai dansa.“Nanti aku menyusul. Aku merasa haus, ingin pesan minuman,” beritahu Claudia beralibi.Untung saja yang lain tidak curiga. Zoya menyahut, “Oke, Clau.” Lantas Zoya, Praya, dan Fanya berlalu pergi. Meninggalkan Claudia dan Lilia yang berdiri bersisian.Claudia menolehkan wajahnya ke arah Lilia. “Kamu … mau pesan minuman juga, Lilia?”Wanita itu merespons dengan menganggukkan kepala. Lalu Lilia baru menolehkan wajahnya. Tanpa mengatakan apa pun, dia menyambar lengan Claudia dan menariknya pergi menuju meja bartender.Claudia pasrah saja tangannya ditarik karena sejujurnya dia sudah tidak memiliki energi apa pun. Pandangannya tampak kosong dan Claudia tidak memperhatikan kondisi sekitar, termasuk ekspresi wajah Lilia yang tampak berubah sedikit gelisah.

  • Pesona Presdir Posesif   Miwa Club

    Miwa Club.Claudia kedapatan menghela napas saat melihat papan nama dari tempat Club tersebut."Masih memikirkan Ryuga, Clau?"Mendengar pertanyaan itu, Claudia menolehkan kepalanya ke arah sesosok wanita seusianya yang menunjukkan raut wajah polosnya. Begitulah Idellia.Kedua sudut bibir Claudia tersenyum tipis. "Kenapa aku harus memikirkan Ryuga?" jawabnya dengan pertanyaan lagi.Idellia belum sempat memprotes karena Claudia kembali menyambung ucapannya. "Ah, gara-gara ucapanku tadi, ya?" tebaknya. Kepala Claudia mengangguk. "Aku memang merindukannya. Tapi, itu tadi."Tentu lain lagi tadi dan sekarang. Claudia kembali tersenyum. Pandangannya turun dan tangannya menyambar lengan Idellia. Dengan santainya, Claudia berucap, "Let's go, Idel. Kita akan bersenang-senang 'kan malam ini?"Setengah tidak percaya dengan jawaban dan sikap Claudia, Idellia hanya mengangguk pasrah dan diam saja ketika Claudia setengah menyeret langkahnya.Wanita itu membatin sambil menatap punggung Claudia lamat

  • Pesona Presdir Posesif   Rencana Idellia

    Bohong jika tidak satu hari pun Ryuga tidak memikirkan Claudia. Bahkan ketika Ryuga tertidur, dia sampai memimpikannya.Apa yang Claudia katakan hari itu masih membekas dalam ingatan Ryuga. Setiap ucapan yang terucap dari bibir cherry Claudia dan juga air wajah yang diperlihatkan wanita itu.‘Aku tidak bisa melanjutkan hubungan ini lagi, Ryuga. Aku ingin … kita selesai.’“Kita sudah sampai, Pak Ryuga.” Perkataan Riel menyudahi aksi lamunan Ryuga yang sedikit menggores permukaan hatinya. Selain mengenai Aruna, hal yang bisa menyakitinya adalah Claudia.Ryuga berdehem lalu bertanya, “Claudia dan teman-temannya belum sampai ‘kan?”Manik hitamnya melirik Riel yang kini tengah duduk dibalik stir kemudi. Pria yang lebih muda darinya itu meraih ponsel di saku kemeja dan mengotak-atiknya sesaat sebelum menatap Ryuga dan memberikan jawaban.“Belum, Pak Ryuga. Idellia bilang mereka baru saja berangkat dari restoran menuju club,” papar Riel. “Idellia bilang dia sudah menyiapkan sesuatu. Kita han

DMCA.com Protection Status