Share

Kabar Tentang Voli

last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-20 20:12:58

Setelah berpamitan dengan Profesor Yedi, Claudia menyeret kakinya untuk menghampiri Lilia dan yang lain.

Dia penasaran, mengapa mereka menggunakan setelan kaos olahraga?

‘Lomba Lari Lintas Kampus kayaknya besok deh kalau nggak salah?’ pikir Claudia.

Baru Claudia tiba dan hendak bertanya, Idellia langsung menghampiri dan menubruk Claudia dengan sebuah pelukan. Membuat Claudia mundur beberapa langkah karena tidak siap dengan pelukan itu.

“Claudiaaaaaaaa,” pekik Idel tertahankan.

“Hati-hati dong, Del,” ucap Lilia memperingatkan. Dia melipat tangannya di dada.

Praya dan Zoya hanya terkekeh di tempatnya. Kebetulan meja mereka semua saling berdekatan, terkecuali meja Claudia yang berada di seberang.

Setelah terdiam beberapa saat, Claudia baru membuka suara. “Kamu kenapa, Idel?” Sambil bertanya, Claudia membalas pelukan Idellia.

Pun, setelah itu netra matanya mengedar ke arah yang lain sampai berhenti di sosok Fanya. Wanita itu memandang Claudia dengan canggung.

Kemarin Ryuga sudah mencerita
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Tresna Sumirat Hermiati
lanjuuuuuuut
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pesona Presdir Posesif   Sedang Sibuk?

    Sebenarnya … Ryuga tunanganku,” aku Claudia dengan suara yang terdengar kikuk.Lilia tak kuasa menahan tawa mendengarnya kala melihat perubahan ekspresi Idellia yang tadinya sumringah menjadi merengut.“Tuh dengar baik-baik, Del. Mau jadi pelakor?” ledek Lilia. Dia melemparkan setangkai bunga palsu yang ada pada meja ke arah Idellia. Wanita itu sama sekali tak menghindar hingga bunga tersebut mendarat tepat mengenai wajah Idellia.Yang lain mau tak mau tertawa, termasuk Claudia yang terkekeh geli.“Cish … bilang daritadi dong, Clau.” Setelah mengatakan itu, siapa sangka Idellia langsung menyenggol samping tubuh Claudia. Membuat tubuh Claudia oleng ke samping, untung Fanya menahan tubuhnya.Sedikit terkejut, tapi Claudia malah kian tertawa karena aksi Idellia tersebut. Tawanya tak pernah selepas itu sebelumnya.“Jadi pria yang jemput malam itu Ryuga, tunanganmu?” Kali ini Zoya yang bertanya, mengkonfirmasi.Pikir Claudia tak ada salahnya memberitahu. Toh salah Ryuga sendiri yang menamp

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-21
  • Pesona Presdir Posesif   Pembelaan Dirga

    “Pak Dimi juga sedang sibuk.” Tahu-tahu Claudia menyeletuk asal. Pandangannya menatap lurus ke arah pria itu. “Benar ‘kan, Pak?”Dari tatapan Claudia, Dimitri bisa membaca jika wanita itu tidak menginginkan Dimitri bicara dengan Ryuga. Selain itu, Dimitri merasa kesenangan karena Claudia memanggilnya ‘Dimi’. Itu nama akrab yang sering orang-orang lain lontarkan padanya.Demikian, Dimitri akan mengiakan permintaan tak tersirat Claudia.“Benar, saya ada kesibukan lain. Mohon maaf sebelumnya,” ucap Dimitri melirik Ryuga. “Saya permisi.”Jelas hal itu memancing kemarahan Ryuga. Dia merasa diabaikan. Selain itu, Ryuga merasa telinganya memanas kala Claudia memanggil nama dari pria saingannya tersebut.“Kamu bilang apa tadi, Claudia?” tanya Ryuga dengan suara yang rendah. Kini Ryuga menghadapkan tubuhnya agar bisa melihat Claudia dengan jelas.Sontak Claudia berpikir keras. Hanya butuh satu detik untuk menyadari kesalahannya. Namun, sebelum dia berusaha menjelaskan, suara Ryuga lebih dulu m

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-22
  • Pesona Presdir Posesif   Ups, Salah Tarik!

    Pengarahan tugas yang disampaikan Claudia berjalan lumayan lancar berkat ucapan Dirga sebelumnya.Padahal Claudia bukan menyampaikan materi, tapi dia merasa tekanan yang jauh lebih besar dibandingkan mengajar pada biasanya.Huft~Dosen muda itu langsung bergerak ke luar kelas setelah berpamitan. Claudia berusaha tak mempedulikan tatapan para mahasiswa yang dilayangkannya padanya.‘Lihat Aruna atau Dirga saja.’ Itu yang Claudia katakan pada dirinya sendiri. Rasanya jauh lebih baik saat melihat senyum Aruna yang tampak menenangkan.Sebenarnya Aruna ingin sekali menghampiri Claudia. Dia berdebat dengan batinnya. ‘Samperin Bu Clau sekarang atau nanti, ya?’Aruna menimbang karena dia menunggu pergerakan dari Dirga. Tapi, tak ada tanda kekasihnya itu turun dan berusaha mengejar Claudia.‘Aku pikir Dirga bakal khawatir yang gimana … gitu? Tapi, kok dia masih di sini dan nggak susulin Bu Claudia?’Otot di lehernya pegal, ingin menoleh ke belakang dengan penasaran. Tapi, Anjani menghentikan ni

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-22
  • Pesona Presdir Posesif   Claudia Aslinya ... Tidak Seperti Itu

    Pertanyaan Dirga tidak dihiraukan Aruna. Yang benar saja … cemburu?!“Jangan temui Bu Clau dulu,” cegah Aruna. Dia ingat, Daddy-nya akan menemui Claudia. Apa jadinya kalau Dirga melihat keduanya bersama?“Kalau lo nggak mau, yaudah.” Dirga berlalu setelah mengatakan itu.Mata besar Aruna terbelalak. Dia memutar otak mencari cara supaya Dirga tidak menemui Claudia sekarang.‘Aduh, gimana ini? Kalau Dirga nekat nemuin Bu Clau sekarang, bisa aja Bu Clau lagi sama Daddy.’Lalu tiba-tiba saja terdengar bunyi jatuh yang agak cukup keras di lantai. Otomatis itu menghentikan langkah Dirga yang belum terlalu jauh. Kepala pemuda itu menoleh ke belakang. Dia melihat Aruna yang sudah jatuh terduduk di lantai dengan napasnya yang pendek-pendek.“Arunaaa!” seru Dirga tanpa pikir panjang membalikkan tubuhnya agar kembali menghampiri Aruna.Cepat-cepat Dirga mengambil inhaler yang tergantung di tali tas bahu Aruna dan membantu menyemprotkan benda mungil itu ke dalam mulut Aruna.Dirga tidak mempeduli

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-23
  • Pesona Presdir Posesif   Tangga Darurat Ketiga Kalinya

    Entah apa yang dibicarakan Ryuga dan Bu Yuli, tapi setelah Claudia masuk lalu mengobrol satu dua hal dan memutuskan berpamitan karena Bu Yuli ada kesibukan lain, Ryuga lebih banyak diam dibandingkan biasanya.“Kamu sakit, Ryuga?” Claudia memutuskan bertanya.Kini keduanya sudah berada di luar, tepatnya di depan ruangan dekan.Claudia memandangi wajah Ryuga lamat-lamat. Kulit putih pria itu tampak kelihatan pucat. Manik hitam tajam itu juga tampak sendu kala bersinggungan mata dengan Claudia.Keterdiaman Ryuga membuat Claudia langsung berinisiatif mengangkat tangan untuk menempelkannya di dahi Ryuga.Tapi, pria itu lebih dulu menahan lengan Claudia dan menurunkannya. Sepasang manik hitamnya menyorot Claudia dalam.“Khawatirkan dirimu sendiri, Claudia.” Ryuga mengucapkannya dengan penuh kelembutan.Claudia menaikkan satu alisnya. Meskipun mentalnya tidak sepenuhnya baik, tapi fisik Claudia sangat prima. Ryuga terlihat aneh.“Aku–“Claudia!”Panggilan itu refleks membuat Claudia menolehk

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-23
  • Pesona Presdir Posesif   Saling Menekankan

    Semula Claudia sudah berpikir buruk mengenai Ryuga yang menyeretnya bahkan menyudutkannya ke dinding di bawah tangga darurat.Namun, seperti apa yang Ryuga katakan barusan, ini bukan pertama kalinya keduanya berada di tangga darurat. Dari yang sudah-sudah, Ryuga tidak melakukan hal yang membahayakan Claudia.‘Tidak bahaya apanya? Jantungku rasanya mau copot berkali-kali!’ seru Claudia cukup dalam batinnya saja.Dia berusaha menyingkirkan tangan Ryuga dan untungnya Ryuga segera menarik tangannya. Seketika itu, Claudia mengatur napasnya dengan baik dan teratur.“Sebenarnya kenapa, Ryuga?” tanya Claudia memutuskan bertanya dengan mengikuti cara Ryuga, berbisik di telinga pria itu.Tentu untuk melakukannya, Claudia harus menjinjitkan kaki. Dia berusaha untuk tidak menyentuh lengan kiri pria itu yang memakai gips. Claudia berhati-hati, sebab penerangan di tangga darurat begitu minim.Sepertinya belum kunjung selesai direnovasi.Belum sempat Ryuga memberitahu, suara seseorang terdengar di l

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-23
  • Pesona Presdir Posesif   Bertemu Aruna Dirga

    ‘Dimana letak kewarasanmu, Claudia?!’Sepanjang jalan menyusuri koridor, Claudia tak berhenti merutuki dirinya sendiri mengingat kebodohan apa yang dia lakukan bersama Ryuga di bawah tangga darurat beberapa saat yang lalu.Bagaimana kalau seseorang masuk dan memergoki keduanya sedang melakukan hal tidak senonoh di lingkungan kampus?Claudia merinding membayangkannya. Setelah tautan saliva keduanya terlepas tadi, Claudia meraup oksigen sebanyak mungkin. Ryuga melakukan hal yang sama dengan posisi kening dan hidung yang masih bergesekan dengan Claudia.Tidak, sebenarnya Ryuga melakukannya dengan sengaja. Kepalanya terasa pening. Tapi, detik berikutnya Ryuga membubuhi kecupan-kecupan kecil di bibir cherry Claudia.Ada senyum di bibir tipisnya yang menggoda.“Aku rasa, kamu tidak terlalu amatir lagi, Claudia.” Ryuga bisa merasakan Claudia mulai membalas, tidak pasif seperti yang sudah-sudah.Claudia membuang wajah ke sisi kiri. Malu sendiri mendengarnya. Apa Ryuga secara tidak langsung

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-24
  • Pesona Presdir Posesif   Bersebelahan

    ‘Sialan!’Dirga menggertakan giginya kesal mendengar pertanyaan atau lebih tepatnya sindiran Aruna padanya.“Lo merasa tersakiti selama jadi cewek gue, Aruna?” tanya Dirga disertai dengusan. Padahal Dirga tahu betul dia cukup buruk memperlakukan Aruna selama ini.Keduanya saling bertatapan satu sama lain.“Ya menurut kamu, gimana?” Aruna menjawab pertanyaan dengan pertanyaan. Sekon berikutnya, Aruna mempertanyakan itu pada dirinya sendiri. Dirga memang banyak menyakiti perasaannya, tapi Aruna yang memilih mengabaikan rasa sakit itu ‘kan?Sepertinya baik Aruna dan Dirga melupakan kehadiran Ryuga dan Claudia yang masih berada di sini.Selesai membeli minuman untuk dirinya dan Claudia, Ryuga mengajaknya duduk di salah satu meja yang kosong, terpaut dua meja dari Aruna dan Dirga.“Apa yang mereka bicarakan sebenarnya?” tanya Ryuga menekuk alisnya kesal setelah menghabiskan setengah air di botolnya.Masih dengan satu tangannya, Ryuga meremas botol tersebut. Claudia hanya bisa meneguk ludah

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-24

Bab terbaru

  • Pesona Presdir Posesif   Mari Jangan Pernah Bertemu Lagi

    Tampan tapi tidak berperasaan. Julukan itu cocok disematkan untuk seorang Dirga Disastra. Akan tetapi, sejujurnya Dirga hanya cukup payah mengakui apa yang dia rasakan.Apa dia cemburu melihat kedekatan Aruna dan Pras? Dirga hanya menautkan kedua alisnya sambil mendengus kasar begitu mobil yang dikendarainya berhenti tepat di posisi Aruna dan Pras berdiri.Tanpa menatap Aland, Dirga berkata, “Turun duluan, Al.” Suara rendahnya terdengar dingin. Pun, ekspresinya.Mengembuskan napas, Aland menganggukkan kepala, “Oke.”Sementara di luar mobil, Aruna terang-terangan melihat ke arah jendela kaca mobil yang terbuka. Dia tidak menyadari jika Pras sudah menurunkan kepala untuk berbisik rendah di telinganya, “Kamu berhutang penjelasan, Aruna.”Kedua tangan Aruna mengepal di sisi tubuh. Dia sama sekali tidak menyesali tindakannya pada Pras. Gadis itu membatin, ‘Cuma ini satu-satunya cara.’“Apalagi, Al?” tanya Dirga keheranan melihat Aland yang tidak kunjung ke luar dari mobil. Saat Dirga menol

  • Pesona Presdir Posesif   Dilarang Cemburu

    Aruna memiliki niatan akan pergi menemui Diana setelah kepulangan Ryuga ke rumah. Karena sekarang ini, Aruna akan fokus menjaga Claudia. Meskipun Emma juga ikut menemani, Aruna tetap ingin bersama Claudia. Bahkan ketika Claudia berbaring dan tertidur, Aruna juga ada di sampingnya. Dia memeluk Claudia dari samping dan menunjukkan sisi manjanya, membuat Emma yang baru kembali dari dapur menggelengkan kepala. “Grammie lihat-lihat kamu nempel terus sama Mommy-mu.” Mendengar itu, Aruna menjawab dengan santai, “Aruna lagi puas-puasin momen, Grammie. Besok-besok, pasti yang nempelin Mommy adik bayi.” Pandangan Aruna turun untuk melihat perut rata Claudia. Dia juga mengangkat sedikit kepalanya. Menyadari satu hal, Aruna mengembuskan napas berat. Dia menambahkan, “Belum Daddy ….” Suaranya terdengar lesu. Meskipun Ryuga adalah Daddy-nya, tetapi pria itu juga adalah saingan terberatnya. “Cari pengganti Dirga sana, biar nggak kesepian,” celetuk Emma dengan entengnya. Dia bertukar pandangan de

  • Pesona Presdir Posesif   Berhenti

    Ada banyak hal yang terjadi dan tidak diketahui Garvi kala dirinya dalam keadaan koma. Pun, persahabatan yang terjalin di antara dirinya, Dirga, Pras, dan Aland yang sudah banyak mengalami perubahan.Dia menatap Aland dan Dirga bergantian. Keduanya sudah tampak jauh lebih dewasa dan juga keren. Salah satu sudut bibir Garvi terangkat, tersenyum menyeringai.Aland berdeham melihat Garvi tampak memiliki dunianya sendiri. “Eh, Kak, gimana keadaan lo?” tanyanya. Dia tidak lupa jika kedatangannya kembali ke Indonesia untuk menjenguk Garvi. Mengenai Anjani bisa diurus nanti.Garvi pun menjelaskan secara singkat mengenai kondisinya. Dia hanya harus menjalani pemulihan selama beberapa waktu.Begitu mendengarnya, terbesit perasaan bersalah dalam benak Dirga. Pemuda itu menyeletuk, “Gue usahakan balik ke sini kalau waktunya libur–“Ck, nggak usah!” sela Garvi disertai kekehan geli. Dia tidak ingin merepotkan teman dekatnya itu. “Fokus aja sama studi lo di sana. Gue ada yang jagain kok.” Saat men

  • Pesona Presdir Posesif   Kakak Beradik

    “Boleh diulangi lagi nggak, Kak?”Barangkali Anjani salah mendengar. Dia perlu memastikannya sekali lagi. Dan supaya tidak mencurigakan, Anjani mau membagikan tentang pikirannya. “Namanya familier dengan seseorang yang aku kenal–“Dimitrio, ya?” potong Garvi dengan senyum menyeringai di salah satu sudut bibirnya.Anjani mengerjapkan mata. Dia menganggukkan kepalanya kuat-kuat hingga membuat poninya mengayun, tampak menggemaskan di mata Garvi. Suaranya yang halus mengudara, “Pak Dimitri– maksudku Pak Dimitrio dosen di kampusku. Kak Garvi kenal?”Di tengah pergerakan Garvi yang terbatas, tangannya gatal untuk tidak menyentuh poni Anjani lantas mengacaknya pelan.“Eh–Sentuhan tangan besar Garvi seketika membuat Anjani terkejut. Gadis itu terdiam dengan mata yang membola.Garvi terkekeh pelan. “Aku tidak mengenali Dimitrio. Tapi, aku kenal Dimitrian–pemuda barusan yang kamu lihat … dia temanku.” Hanya sebatas itu Garvi bisa memberitahu.Mata Anjani memicing lantas menganggukkan kepalanya

  • Pesona Presdir Posesif   Menemui Garvi

    Mata besar Aruna menatap ke arah Garvi, seolah meminta penjelasan tentang kehadiran sosok pemuda tersebut.“Dia siapa, Kak Garvi?”Pertanyaan Aruna langsung dijawab kontan oleh sosok pemuda itu. “Nggak perlu tahu,” jawabnya tidak ramah.Lalu dia menepuk bahu Garvi dan mengatakan, “Cepat sembuh.”Usai mengatakan hal tersebut, dia berlalu pergi melewati Aruna dan Anjani tanpa meliriknya sedikit pun. Pemuda itu malah semakin menurunkan topinya.Anjani memicingkan mata, ‘Sepertinya aku pernah melihat dia. Tapi, di mana?’ Mata bulatnya tampak familier. Dan juga, tato di lengannya.Sementara Anjani fokus mengingat-ngingat, Aruna sudah mendekat ke arah Garvi yang tengah duduk sambil bersandar. Gadis itu langsung mengajukan sejumlah pertanyaan, “Teman Kakak ya itu? Siapa namanya? Tadi aku ketemu dia loh di rumah dosenku. Iya ‘kan, Jani?”Barulah saat namanya dipanggil, Anjani mengerjapkan mata lantas menganggukkan kepala. Garvi menyunggingkan senyum kecilnya. “Sudah mengocehnya?”Padahal nad

  • Pesona Presdir Posesif   Pemuda Bertato di Rumah Dimitri

    Aruna sepakat jika sesuatu yang berharga perlu dilindungi. Dia belajar itu dari sosok Daddy-nya sendiri. Dan saat ini, bagi Aruna, sesuatu yang perlu dilindungi itu adalah Garvi.Pulang kuliah lebih cepat tak membuat Aruna bisa menemui Garvi lebih awal. Gadis itu dimintai tolong oleh seorang dosen yang sangat menyebalkan baginya belakangan ini.“Aku antar pake kurir motor aja ya, Pak Dimi?” tawar Aruna sambil menatap lamat-lamat berkas yang ada di tangannya. Beberapa saat lalu, dia mengambil itu di loker Dimitri yang kuncinya tergantung di sana.“Saya mau kamu yang antar, Aruna. Itu berkas berharga saya. Kalau nanti hilang, mau kamu tanggung jawab?”Di seberang sana, Dimitri tampak memprotes dengan suaranya yang menyebalkan. Aruna meninggikan satu alisnya, sekilas menatap Anjani yang juga menatapnya.“Apa?” tanya Anjani tanpa suara.Mengembuskan napas, Aruna tampak merengut pelan. “Kenapa jadi aku yang harus tanggung jawab, Pak Dimi?” Dia sama sekali tidak mengerti. Jika boleh menamba

  • Pesona Presdir Posesif   Memecat Riel

    Jika Ryuga mau, dia bisa saja tetap berada di dekat Claudia dengan duduk di sofa yang tak jauh darinya. Hanya saja Ryuga memutuskan ke luar, sengaja memberikan Claudia ruang untuk bersama kedua temannya.Sebelum pergi, Ryuga memberikan titipan pesan sambil menatap Lilia dan Idellia bergantian, “Tolong panggil aku jika Claudia membutuhkan sesuatu. Aku ada di luar.”“Siap, Ryuga!”Begitu Ryuga ke luar, jelas Lilia dan Idellia sibuk menggoda Claudia. Ryuga duduk di kursi tunggu rawat inap yang letaknya ada di depan ruangan inap Claudia. Tidak sendirian. Ada sesosok pria yang lebih muda darinya juga tengah duduk di sana seraya meneguk minuman kaleng.Tiba-tiba saja Ryuga merampasnya tanpa permisi. “Bukankah sudah aku katakan untuk mengurangi minuman bersoda?” dengusnya sambil menjauhkan minuman kaleng itu dari hadapan Riel.Jika tadi Ryuga mengatakan tanpa meliriknya, maka sekarang manik hitam Ryuga bersitatap dengan manik Riel. “Perlu aku hubungi Diana untuk memarahimu?”Bukan tanpa ala

  • Pesona Presdir Posesif   Geli~

    “Oke, Claudia.”Claudia sendiri tidak menduga dengan respons yang diberikan Ryuga. Bahkan ekspresinya tampak pasrah, tidak ada alis yang menukik kesal karena merasa tidak terima.Dia menggelengkan kepala, ‘Ryuga kok aneh?’“Ryuga!” panggil Claudia begitu netra matanya menemukan punggung Ryuga yang membelakangi, bersiap pergi meninggalkan Claudia seorang diri.Alih-alih Ryuga yang merasa kesal, malah justru Claudia yang dibuat kesal seperti ini. “Kamu benar-benar akan meninggalkanku sendirian, Ryuga? Membiarkan aku tidur sendirian malam ini?” Saat mengatakannya, suara Claudia terdengar gemetar menahan tangis.Tubuh Ryuga kembali berbalik, menghadap ke arah Claudia. Manik hitamnya menyorotnya dalam-dalam. Dengan suara yang lembut, Ryuga bertanya, “Jadi, maumu apa sebenarnya, Nyonya Daksa?”“Mmm? Mau ditinggalkan sendiri atau ditemani?” tawar Ryuga kemudian. Dia sendiri cukup kaget dengan respons Claudia sebelumnya. Ryuga sedikit tidak mengerti, tidak biasanya Claudia bersikap seperti ta

  • Pesona Presdir Posesif   Ribut Tipis ala Pasutri

    Saat Claudia berusaha membuka mata, samar-samar dia mendapati wajah gadis muda tepat di depan wajahnya. Lalu terdengar gadis itu berucap, “Mommy Clau bangun, Grammie!” Perlahan, Claudia membingkai senyum di bibir cherry-nya yang tampak lemah begitu menyadari jika gadis muda itu adalah Aruna, putrinya. Claudia mengerjapkan mata demi memastikan beberapa pasang mata yang kini menatapnya penuh rasa khawatir. Ada Aruna dan kedua sosok mertuanya, Emma dan Rudi. Hanya mereka. “Ibu …,” panggil Claudia dengan suara khas bangun tidurnya saat bertukar pandangan dengan Emma. Emma dengan sigap lebih mendekat ke arah menantu kesayangannya. “Ibu di sini, Clau,” bisiknya lembut. Rasanya hati Claudia menghangat saat tangan Emma mengusap kepalanya dengan sayang. Dia bisa kembali merasakan disayangi oleh seorang ibu melalui sosok Emma. Claudia menerima sedotan dan meminum air hangat yang disodorkan Emma. Selagi itu, Claudia memastikan kesadarannya benar-benar pulih. Satu tangannya yang tidak terpas

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status