“Selamat malam. Selamat datang di supermarket Impian.”Petugas di kasir memberikan sapaan ketika Claudia dan Ryuga masuk ke dalam supermarket. Claudia membalas dengan senyuman. Dia memutuskan membawa buket bunga pemberian Ryuga dalam pelukannya dibandingkan ditinggal di luar.Saat akan mengambil keranjang, kulit tangan Ryuga dan Claudia tak sengaja bersentuhan kala Claudia dan Ryuga secara bersamaan akan mengambil sebuah keranjang. Pandangan Claudia naik, menatap Ryuga yang lebih tinggi darinya.“Aku saja yang bawa,” tegas Ryuga yang membuat Claudia menurunkan tangannya.“O-oke.” Claudia tak mempermasalahkan. Toh, tangannya juga sedang memegang buket.Lalu langkah Claudia menyusuri lorong kabinet camilan. Dia hanya mengambil empat bungkus dengan varian yang berbeda untuk kedua adiknya itu.Ryuga tak mengatakan apa pun setelah menyadari Claudia sudah selesai mengambil apa yang dibutuhkannya.“Sudah, Claudia?”Kepala Claudia menoleh lantas mengangguk. “Aland Dirga cuma suka camilan yan
Usai dari supermarket dan Claudia mendapatkan izin dari Ryuga untuk pulang sendiri saja, wanita itu bergegas agar Aland dan Dirga tak mencurigai kepergiannya yang terlalu lama.Tadinya Ryuga bersikukuh ingin mengantarkan Claudia, hanya saja Claudia takut jika Aland dan Dirga melihatnya.‘Ryuga sama aku kayak punya hubungan yang nggak direstui keluarga, jadinya ngumpet-ngumpet,’ pikir Claudia.Saat Claudia hendak membuka pintu rumah, Dirga mengirimkan pesan padanya.[Dirga: Mbak kesasar di supermarket? Gue susulin, ya?]“Cish, yakali aku kesasar. Dirga ada-ada aja,” cibir Claudia memasukan ponselnya ke saku depan sweater Aruna tanpa membalas pesan pemuda itu.Sejurus kemudian Claudia meringis. Sweater Aruna tidak akan dikenali oleh Dirga ‘kan?Baru berpikir demikian, sosok Dirga langsung muncul begitu pintu terbuka dari dalam. Dirga sudah mengenakan hoodie kesayangannya.“Kenapa lama, Mbak?”Mendapati Dirga yang memandang Claudia dengan khawatir malah membuat wanita itu terkekeh. Dia i
Paginya, Claudia sudah bersiap pergi ke kampus. Dia sudah tidak menemukan Aland dan Dirga di seluruh sudut rumah. Hanya ada catatan kecil yang ditempel di pintu kulkas. [Dirga: Gue jemput Aruna.] [Aland: Gue ada kelas pagi, Mbak. Jaga diri dan selalu hati-hati.] “Mbak ‘kan belum kasih uang jajan sama kamu, Al,” gumam Claudia sambil berlalu pergi. Wanita itu hanya perlu mengambil tasnya saja yang ditaruh di sofa. Claudia bisa mengirimkan uang melalui rekening nanti pada Aland. Meskipun uang Claudia sudah sangat menipis, dia tetap ingin memberikan uang saku pada adiknya itu. Maka, setelah selesai mengunci pintu rumah, Claudia melangkahkan kaki ke luar pekarangan. Netra matanya menangkap kehadiran mobil mewah Ryuga yang terparkir tepat di depan rumah Dirga. “Untung saja Aland Dirga sudah pergi.” Claudia menghela napas lega. Pintu belakang mobil sudah terbuka, itu artinya Ryuga membawa sopir. Buru-buru Claudia masuk ke dalam sebelum ada banyak pasang mata yang tak sengaja memperhati
Melalui sentuhan tangan Ryuga, rambut Claudia disulap menjadi model french braid yang membiarkan rambut panjang bawahnya dibiarkan menjuntai setelah mengepang dua bagian atas rambutnya.Melalui cermin kecil miliknya, Claudia tersenyum. Ryuga menarik tubuh wanita itu agar menghadap padanya.Pada akhirnya, Claudia lebih memilih membalik tubuhnya dibandingkan duduk di pangkuan pria itu. Yang benar saja, Claudia masih waras.“Kok kamu jago, sih?” heran Claudia menatap manik hitam Ryuga. Semakin lama Claudia mengenal Ryuga, pria yang tampak dingin dari luar itu punya kelebihannya tersendiri.Claudia memberikan dua jempolnya. “Aku suka. Terima kasih ya, Ryuga.”Ryuga menatap puas melihat hasil pekerjaan tangannya pada rambut Claudia. Dia mendengus, “Terima kasih saja?”‘Ternyata ada maunya,’ keluh Claudia menggelengkan kepala. Namun, karena dia senang, mangkanya Claudia bertanya, “Ya sudah, kamu mau apa Ryuga?”Sejurus kemudian, Claudia terpikirkan satu hal. Buru-buru dia menambahkan, “Bole
Di sisi lain, Aruna baru ke luar lima menit setelah kedatangan Dirga ke kediamannya. Seperti yang sudah-sudah, Dirga tak pernah mau masuk ke dalam rumah.Siapa coba yang tidak kesal mendapati sikap kekasihnya seperti itu? Untung stok kesabaran yang Aruna miliki sedalam lautan, jadi itu bukan masalah besar.“Pagi, Dirga sayangggg!” sapa Aruna tiba di hadapan kekasihnya. Dalam sekali lihat, perawakan Aruna tampak menarik perhatian. Gadis itu terlihat segar dengan senyum manis yang selalu terpatri di bibirnya juga matanya yang kerap kali berbinar.Dirga hanya menganggukkan kepala tanpa membalas sapaan kekasihnya. Dia menyodorkan helm yang biasa digunakan Aruna.“Ambil,” kata Dirga dengan nada suaranya yang lempeng. Namun, Aruna menggeleng ragu. Dia menaikkan pandangan untuk menatap manik hitam Dirga.“Aku boleh nggak pake helm nggak? Soalnya takut kepangannya berantakan, Dir,” keluh gadis itu seraya meraba dua kepangan di kepalanya.Sontak itu membuat Dirga menaikkan satu alisnya, menatap
Mudah saja membuat Aruna yang berisik tiba-tiba menjadi pendiam seperti itu. Dirga sampai melirik berkali-kali, menilai ekspresi wajah yang ditunjukkan Aruna.“A-aku lagi salting, Dir. Jangan kamu lihatin terus!” Diam-diam Aruna sadar jika Dirga memperhatikannya. Aruna membawa kedua tangannya untuk menjadi pembatas agar Dirga tak bisa melihat wajahnya.Sisi wajah Aruna panas.Dirga hanya menggelengkan kepala. Begitu saja salting? Dasar berlebihan.Manik hitamnya fokus ke depan. Keduanya sudah berada di kampus. Dirga sedang mencari tempat parkir.“Lo turun. Gue mau parkir di basemen,” suruh Dirga dengan nadanya yang datar. “Dan langsung ke kelas duluan.”“Nggak bareng? Aku bisa nunggu kamu di sini selagi kamu parkir,” sahut Aruna sedikit kecewa. Dia sudah menurunkan tangannya.“Nggak, Aruna,” tolak Dirga. “Kita pisah di sini.” Maksudnya setelah ini pasti Aruna dan Dirga sibuk dengan kehidupan kampusnya sendiri.Meskipun satu kelas, Dirga selalu menghindari satu kelompok atau berdekatan
Kedatangan Bellanca Grey tentu membuat orang-orang yang ada di Gymnasium heboh. Namanya sedang diberitakan di platform sosial media. Baik itu soal kejuaraan-kejuaraan yang telah diraihnya maupun soal asmara cintanya.Bu Yuli yang sudah kembali dari kamar mandi juga terkejut melihat sosok Bellanca yang tengah membagikan satu dua tips.“Loh? Mentornya diganti? Kenapa Ibu nggak tahu?” Bu Yuli tampak terkejut sendiri.Perhatian Claudia teralihkan dari yang sedang menyimak Bellanca menjadi menatap Bu Yuli. “Tante … nggak tahu?”Cepat-cepat Bu Yuli menganggukkan kepala ke arah Claudia. Matanya yang sedikit membola menunjukkan kalau Bu Yuli juga sama terkejut. Wanita paruh baya itu tidak berbohong.“Sebentar, Clau, Tante cek group dulu,” ucap Bu Yuli mengeluarkan ponselnya untuk mengecek pesan.Siapa tahu dia melewatkan informasi penting mengenai pergantian mentor yang sudah ditetapkan sebelumnya. Dan Bu Yuli menaikkan alisnya tinggi-tinggi membaca informasi pergantian itu baru diberitahukan
Seharusnya Claudia hanya sebentar saja berada di dalam toilet. Wanita itu sedang mencuci tangannya di wastafel dan berencana kembali ke Gymnasium.Namun, ada panggilan masuk dari Ryuga sehingga mau tak mau Claudia mengangkat panggilan tersebut.Detik setelah Claudia menerima telepon dengan menjepit ponsel di antara pundak dan telinganya, Claudia membatin, ‘Kenapa aku secepat ini terima telepon dari Ryuga!?’“Claudia Mada, di mana kamu?”Suara tegas Ryuga mengudara. Claudia merespons cepat. “Aku di toilet. Kenapa, Ryuga?”“Sendirian?” Ryuga kembali mengajukan tanya.“Iya … sendirian. Masa rame-rame,” sahut Claudia tidak habis pikir. Dia mengeringkan tangannya menggunakan tissue.“Ada apa, Ryuga? Kamu menelepon untuk menanyakan itu?” Samar Claudia mengerutkan dahinya. Rasanya tidak penting saja menurut Claudia.“Tidak, aku dengar Bella jadi mentor di sana.”Ah, sekarang Claudia mengerti. Bibirnya tersenyum lemah. Dia memandang dirinya sendiri di cermin. Kebetulan di toilet ini hanya ada
Claudia seringkali masih kesulitan untuk menolak permintaan Ryuga dalam urusan ranjang. Akan tetapi, sebagian besar alasannya adalah Claudia sendiri juga menikmati aktivitas keduanya.Seperti yang terjadi beberapa saat lalu, Claudia ikut dengan Ryuga ke perusahaan dan menuruti permintaannya. Mengingat itu kembali membuat Claudia tidak tahan untuk menjambak sisi rambutnya.Dia menghela napas. “Aku rasa aku sudah tidak waras!” cibir Claudia sambil menatap dirinya di depan cermin toilet. Pakaiannya sedikit berantakan dengan beberapa kancing atas yang terbuka. Ketika Ryuga menyentuhnya tadi, itu terasa tidak nyaman bagi Claudia. Tidak seperti biasanya. Demikian, dia meminta Ryuga untuk tidak menjangkau bagian dada. Setengah penasaran, Claudia mencoba menyentuh salah satu dadanya sendiri.‘Kenapa terasa sakit, ya?’ batin Claudia sambil mengernyitkan dahinya samar. Kedua alisnya bertaut. Namun, Claudia tidak ingin memikirkannya lebih lanjut.Cepat-cepat Claudia merapikannya lalu turun ke b
“Sudah dua bulan ….”Pagi itu tiba-tiba saja Aruna bernyanyi dengan suara yang sumbang. Mata besarnya menatap Ryuga dan Claudia bergantian. Kepalanya miring ke arah kiri. Dia pun menyeletuk, “Kapan Aruna bisa tidur bareng Daddy sama Mommy Clau?”Dua bulan waktu yang cukup bagi Ryuga dan Claudia memiliki waktu berdua. Apalagi beberapa kali Aruna mengungsikan dirinya menginap di mansion agar orang tuanya bisa bebas berpacaran. Bukankah Aruna cukup pengertian?Sekarang, Aruna juga ingin bermanja-manja pada Ryuga dan Claudia. Masa bodoh dengan umur. Toh, Aruna setuju ‘Umur hanyalah angka.’Kemudian gadis itu bertopang dagu menggunakan kedua tangan. Mata besarnya mengerjap beberapa kali seraya memasang wajah yang penuh harap layaknya emoji.Claudia yang melihat itu terkekeh pelan. Dia menaikkan satu tangannya di atas meja makan untuk bertopang dagu. Dia berpikir sejenak, “Mmm, tanya Daddy saja, Aruna,” jawab Claudia sambil melirik Ryuga penuh maksud.“Kalau Mommy sendiri, malam ini juga ay
Ada pun, di sisi lain seorang gadis muda juga wajahnya ikut memanas dibalik selimut yang dikenakan. Beberapa detik lalu, dia mendengar suara yang memanggilnya dari luar kamar. “Anjani Ruby.”DEGSuara berat itu lagi-lagi mengudara di dalam kamar hotel yang ditempatinya. Anjani menahan napas dibalik selimut. Itu … jelas-jelas bukan suara Aruna.“Gue tahu lo nggak sakit, lo cuma menghindar dari gue ‘kan?”Mata Anjani memejam erat-erat dengan debar jantung berdebar keras mendengar celetukkan suara berat familier itu di luar kamar. Anjani merasa gamang, haruskah dia menyudahi aksi menghindarinya ini?‘Tapi, aku terlalu malu untuk menunjukkan wajah di hadapan Aland hiyaaaa!’ batin Anjani menjerit. Bahkan sangking malunya, dia tidak sanggup menceritakan hal itu pada Aruna tadi. Sangking malunya, Anjani bahkan memutuskan tidak ikut dalam acara resepsi pesta Ryuga dan Claudia.Gadis itu hanya bisa berguling-guling di atas ranjang tidur sambil memikirkan kejadian di kolam renang yang terus b
Malam itu acara resepsi berjalan lancar dan terkendali. Para tamu undangan terus berdatangan dan memberikan ucapan selamat pada kedua pengantin. Kebanyakan tamu-tamu yang hadir didominasi oleh kenalan Rudi dan Aji. Pun, Ryuga sendiri hanya mengundang kolega bisnis yang dia percaya. Kini, Tirta datang beserta istri untuk memberikan ucapan selamat. Sosok Tirta memeluk Ryuga erat-erat. “Selamat sekali lagi, Ryu.” Terdengar nada suara Tirta yang mengatakannya penuh keharuan. Akhirnya setelah sekian lama menduda, teman dekatnya itu pun menikah. Keharuan lain dirasakan Tirta karena menyaksikan sendiri perjalanan kisah cinta Ryuga dan Claudia yang cukup berliku. Ryuga menyunggingkan senyum tipisnya. Dia balas menepuk punggung Tirta. “Mmm, terima kasih, Ta.” Selagi masih berpelukan, Tirta berkesempatan untuk berbisik di telinga Ryuga, “Kamu akan suka hadiah dariku, Ryu. Jangan lupa digunakan sebaik-baiknya dengan Claudia!” Mendengar ucapan Tirta, tampaknya Ryuga tahu apa yang dihadiahkan
Beberapa jam kemudian, saat malam menjelang acara resepsi dimulai, Aruna yang baru selesai dirias langsung tergopoh-gopoh melangkah menuju sebuah ruangan yang sudah dipersiapkan menjadi ruang tunggu pengantin.‘Pokoknya harus sempat ketemu Mommy Clau dulu!’ batin Aruna bertekad. Sebab sudah dipastikan nanti malam dia tidak akan bertemu dengan ibu sambungnya.Di sisi lain, Aruna senang karena akhirnya Ryuga dan Claudia menikah sehingga bisa hidup bersama. Di sisi lain, Aruna juga ingin memiliki banyak waktu bersama Claudia lebih lama. Tapi, Aruna lihat-lihat Ryuga sering kedapatan tidak mau berbagi Claudia dengannya.Aruna memasang senyum lemah begitu menemukan Ryuga dan Riel yang tengah mengobrol di depan ruangan pengantin. Tangannya terangkat, melambaikan tangan. “Daddy!” seru Aruna. Mata besarnya memicing, “Mommy Clau mana, Dad?” sambungnya sambil celingukan.Ditodong pertanyaan seperti itu, Ryuga langsung menjawab, “Masih di dalam, Aruna,” tunjuknya sambil mengangkat jari dan menga
Di sisi lain restoran, terdapat dua kolam renang dalam hotel Azzata. Satu berada di luar dan satu berada di dalam. Kolam renang privat di dalam ruangan terhubung dengan toilet dan ruangan ganti. Meskipun di luar juga terdapat fasilitas yang sama. Tapi, tadi … Anjani pergi ke kamar mandi yang berada dalam untuk menyelesaikan urusan pribadinya. Siapa sangka dia akan menemukan dua sosok pemuda yang sedang berenang berduaan?! Tanpa menyapa, Anjani terburu memasuki salah satu bilik kamar mandi. ‘Ada hal penting yang lebih darurat!’ Begitu Anjani ke luar dari toilet sekitar sepuluh menit kemudian, dia bermaksud menyapa dua sosok pemuda yang dikenalinya itu. Namun, pandangannya hanya bisa menangkap satu sosok pemuda saja yang masih di area kolam renang. ‘Loh, kok cuma Aland aja, sih? Perasaan tadi sama Dirga ‘kan?’ batin Anjani terdiam di depan pintu kamar mandi. Sesaat, dia merasa gamang untuk meneruskan langkah. Jantungnya berdebar lebih cepat mendapati pemuda itu sendirian. Suara bati
Keterdiaman Aruna membuat Larissa paham. Bagaimanapun, perasaan milik Aruna bukan kehendaknya. Bibirnya tersenyum penuh maklum. Dia kembali menepuk-nepuk pelan tangan Aruna dengan lembut.Mata besar Aruna tampak nanar saat beradu tatap dengan Larissa. Air wajahnya juga murung. Demikian, Larissa merasa sedikit bersalah.“Tante tidak bermaksud ikut campur, Aruna. Lagipula yang menjalani hubungan itu kamu dan Dirga. Jadi, keputusan tetap ada di kamu dan Dir–“Mama ngapain sama Aruna?”Sosok yang menjadi topik pembicaraan Larissa dan Aruna tiba-tiba saja muncul menyela ucapan Larissa. Kedatangannya tidak disadari baik Aruna maupun Larissa yang larut dalam pembicaraan. Refleks Aruna menarik tangannya dari Larissa.“Lagi ngomongin kamu nih, Dir,” jawab Larissa dengan santai.Sontak mata Aruna terbelalak. Dia pikir Larissa akan berdalih, tapi malah mengakui terang-terangan?! Mata besar Aruna melirik Dirga sekilas.Pemuda itu menyugar rambut depannya yang basah ke belakang. Dirga memamerkan j
Masih di restoran hotel, Aruna dan Anjani baru saja menyelesaikan sarapan keduanya yang terlambat. Pun, susu kotak yang diberikan Emma dihabiskan. Aruna tetap berprinsip jika semua makanan yang diberikan padanya harus dihabiskan sebagai bentuk dari rasa bersyukur. Baru saja keduanya berdiri, tiba-tiba Anjani melihat sosok yang tampak familier baru saja masuk ke dalam restoran hotel. Matanya langsung menatap Aruna lurus-lurus. “Runa, lihat ke belakang deh!” bisik Anjani. Dia menggerakkan ekor matanya. Tidak mungkin langsung menunjuk menggunakan jari tangan. “Itu … Mamanya Dirga bukan, sih?” sambungnya dengan bisikan yang semakin lirih. Tidak ada yang tidak kenal dengan eksistensi orang tua Dirga di dunia entertainment. Terlebih beberapa artis-artis muda yang berada di bawah naungan perusahaan ayah Dirga juga sedang mengenyam pendidikan di Universitas Tunggal Utama. Aruna tidak langsung menoleh. ‘Aku harus gimana, ya?’ pikirnya. Dia menyadari kehadiran orang tua Dirga pada acara pemb
Pemandangan indah hari ini bagi Claudia adalah saat kelopak matanya terbuka, hal yang pertama kali dia temukan adalah sosok Ryuga yang tengah berbaring di sebelahnya. Meskipun pandangannya belum begitu jelas karena baru saja terbangun, tapi tetap tidak mengurangi kadar ketampanan suaminya.Claudia mengerjapkan mata. ‘Aaaaaaaa suami?’ batinnya sambil menarik kedua sudut bibir cherry-nya untuk tersenyum. Menyadari Ryuga sudah menjadi suaminya saja membuat Claudia salah tingkah. Dan saat dia berusaha menyembunyikan wajah, tak sengaja pandangan Claudia jatuh bahkan wajahnya mengenai dada Ryuga. Sesaat, Claudia mematung usai menabraknya.Jantung Claudia mulai berdebar tidak karuan. Tiba-tiba saja muncul keinginan untuk menyentuhnya. Rasa-rasanya semalam Claudia juga sudah menyentuhnya, hanya saja masih sedikit malu-malu. Lantas Claudia menggigit bibir bawah bagian dalamnya.‘Ya ampun, Claudia! Mikir apa, sih, kamu ini!’ rutuknya sambil meringis pelan. Tidak ingin larut oleh pemikiran aneh