Pagi harinya, Lila terbangun dengan rasa mual yang tidak biasa. Tubuhnya juga terasa begitu lemas seolah tak memiliki tenaga. Padahal waktu masih pagi dan mentari juga belum terlihat muncul dari ufuk timur."Ughhh ... Apa yang sebenarnya terjadi?" gumam Lila sembari memegangi perutnya.Wanita itu segera beringsut dari atas kasur dan berlari menuju ke kamar mandi. David yang juga baru bangun pun menoleh ke arah ranjang tempat sang istri tidur sudah kosong, kemudian menoleh ke arah pintu kamar mandi yang terbuka sebagian."Lila?" gumamnya heran dengan kedua mata masih terasa berat."Hoek ...."Kedua mata David langsung membulat saat mendengar suara Lila yang tengah memuntahkan sesuatu. "Hoek ...." Lagi-lagi Lila memuntahkan sesuatu di dalam kamar mandi. David pun terduduk dan dia ikut beringsut dari tempat tidur yang nyaman menuju ke kamar mandi menyusul istrinya. Tampak di sana Lila sedang berdiri di depan wastafel dengan kepala tertunduk. Rambut panjangnya pun tergerai menjulur ke
David menemani sang istri ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit terdekat, mereka berdua langsung menemui dokter spesialis kandungan yang sudah terpercaya.Lila melakukan pemeriksaan secara menyeluruh dan dilakukan oleh dokter wanita yang ramah dan sabar. Sengaja David mencarikan dokter kandungan wanita agar sang istri nyaman dan dia sebagai suami tidak mau istrinya disentuh oleh pria lain.Setelah selesai pemeriksaan, Lila menunggu hasil pemeriksaan dengan suaminya. Jantungnya berdebar kencang menunggu hasil yang akan segera muncul dengan harapan yang baik.Tak lama kemudian, hasil keluar dan menunggu diberitahukan."Dokter, apakah istri saya hamil?" tanya David yang nampaknya sudah tidak sabaran.Sang dokter wanita berusia sekitar empat puluh lima tahunan itu pun tersenyum menanggapi ketidak sabaran seorang calon ayah."Selamat, ya, Tuan David dan Nona Lilara. Nona Lilara positif hamil dan usia kandungannya memasuki tiga minggu," ujar dokter wanita tersebut dengan senyum hangat
"David ...?" panggil wanita tersebut. Sengaja dia menghentikan langkahnya di hadapan Davidson yang hendak keluar dari toko kue.Sementara anak laki-laki yang bersamanya menatap ke arahnya dan ke arah pria tampan di hadapannya secara bergantian. "Kau ...." gumam David dengan tatapan tak percaya.Dalam hatinya, David merasa kaget dan emosi yang membara campur aduk. 'Kenapa dia tiba-tiba muncul di sini? Setelah sekian lama, kenapa dia kembali muncul sekarang?' batinnya lagi dengan emosi lama yang kembali muncul di dalam hatinya.Dadanya tiba-tiba bergemuruh, tubuhnya menegang karena pertemuan yang tak terduga ini. Wanita cantik dengan rambut bergelombang dan panjangnya sebahu itu pun menarik napas, mencoba memberikan sebuah senyuman pada sang pria tampan yang kini menjadi pusat perhatian para wanita di dalam toko kue."Lama nggak bertemu, Davidson," sapanya dengan seramah mungkin, seolah-olah tak pernah ada sesuatu yang terjadi di antara mereka.David terlihat menenangkan dirinya. Ekspr
"Mamah nggak nyangka kalau kamu bakalan hamil secepat ini." Helena kini duduk di samping menantunya. "Apa David memaksamu?" sambungnya dengan berbisik.Lila menggeleng pelan. "Tidak, Mah. Mas David justru menjagaku," jawabnya dengan senyuman malu-malu.Weni juga duduk di samping anak angkatnya. Mereka kini tengah berkumpul di ruang keluarga."Ibu ikut senang kamu akhirnya hamil lagi. Semoga kehamilan kali ini lancar, sehat, dan tidak ada halangan apa pun. Ibu cuma ingin kamu dan David bahagia," ucap Weni dengan penuh kasih sayang yang terpancar di kedua matanya."Aamiin, Bu. Terima kasih." Lila tersenyum mendapatkan doa baik dari ibu angkatnya.Kedua keluarga, baik dari pihak Weni mau pun kedua mertua Lila, langsung datang ke rumah mereka setelah mendengar kabar bahagia yang disampaikan David mengenai kehamilan istrinya. Wajah bahagia mereka terpancar dengan jelas, antusiasme memenuhi hati semua yang hadir di rumah mewah itu. Lila pun merasa bersyukur dan bahagia melihat bagaimana kel
Malam itu Lila berbaring di atas tempat tidurnya. Wanita itu bahkan dilarang melakukan pekerjaan rumah atau pun pekerjaan kantor untuk sementara waktu."Apa ada yang kamu inginkan?" tanya David sebelum pria itu mengunci pintu kamarnya dan berjalan mendekati tempat tidur.Lila menatap suaminya. Wanita itu menggeleng pelan sebelum menjawab. "Nggak ada, Mas," jawabnya sembari tersenyum.David duduk di salah satu tepi tempat tidur. Pria itu menatap lembut sang istri yang berbaring memandangnya."Benar tidak ada yang kamu inginkan?" tanya David lagi."Iya, Mas. Aku hanya mau tidur. Aku ngantuk," jawab Lila kemudian."Baiklah kalau begitu. Tidurlah yang nyaman, Sayang," ucap David sembari membetulkan selimut untuk sang istri."Iya, Mas," jawab Lila.Pria itu segera ikut naik ke atas tempat tidur. Dia ikut berbaring di samping Lila dan mulai memeluknya dengan hangat.Aroma maskulin David kini dapat tercium oleh indera penciuman Lilara. Aroma maskulin lembut yang tidak membuatnya mual. Lila p
Setelah dua hari menemani sang istri yang hamil muda, David kembali bekerja ke kantornya. Pria itu kini berjalan sendiri tanpa didampingi Lila. Dan terlihatlah beberapa orang yang mulai penasaran atas absennya istri dari sang direktur yang selalu ada bersamanya.David berjalan melewati lobi perusahaan. Di depan dia melihat ada banyak orang yang sedang berdiri mengantri. Hal ini karena hari ini diadakan perekrutan pegawai baru dan dia pun ikut mengawasi prosesnya.Namun, tanpa dia sadari, ada sepasang mata yang terus menatap ke arahnya. Mata itu terus memerhatikan sang pria tampan dengan aura dingin yang menguar dari tubuhnya. Seolah pria itu memang tidak dapat didekati oleh sembarang orang."Dia siapa? Kenapa keren banget ....""Bener ... Tapi dia serem," sahut rekannya.Kini David menjadi pusat perhatian dari para calon karyawan dan karyawati kantor DR."Lihat ini ... Ternyata dia direkturnya," ujar seorang wanita sembari menunjukkan layar ponselnya. Dan tampaklah wajah David di hala
Seorang wanita cantik kini duduk di depan meja kerja. Rambutnya yang bergelombang dia ikat dengan rapih. Dengan blouse biru muda dan rok hitam selutut membuatnya bertambah cantik.'Kali ini aku akan mendapatkan kamu kembali, David. Karena kamu pasti masih merindukanku,' gumam wanita tersebut dalam hati. Dia menatap ke layar laptopnya yang sudah menyala. Kini tujuannya sebenarnya bukan pekerjaan, melainkan mendekati sang direktur DR yang merupakan mantan pacarnya."Gladys, ini dokumen yang harus kamu kerjakan," ucap seorang wanita berusia sekitar empat puluh tahunan dengan kacamata bundar dan rambut digelung sembari menyerahkan sebendel dokumen pada karyawan barunya."Baik, Bu," sahut Gladys dengan senyuman.Wanita itu segera menerima dokumen berisi pekerjaan pertamanya.Sementara itu, sang direktur baru saja tiba. Dia masih datang sendiri selama satu pekan karena sang istri yang masih dia minta di rumah. David masih melarang Lila bekerja karena tak mau istrinya kelelahan. "Pak David
Gladys baru saja pulang dari bekerja. Kini dia memasuki rumahnya yang terbilang 'cukup' mewah. Wanita itu segera masuk untuk beristirahat setelah lelah bekerja."Ughhh," gumamnya terlihat kesal.'David, bisa-bisanya kamu bersikap seperti itu padaku! Awas saja nanti, aku akan membuat perhitungan denganmu!' geramnya dalam hati.Setelah melepaskan sepatu berhak tinggi, langkahnya berlanjut menuju ke dalam rumah. Dia melihat rumahnya yang berantakan. Membuat dia bertambah kesal."Mamah!" Tiba-tiba saja anaknya berteriak dan berlari menghampirinya."Mamah lihat! Tadi Lucas dapat nilai A di pelajaran berhitung!" seru anak laki-laki dengan pipi tembam dan rambut sedikit bergelombang. Dia menunjukkan selembar kertas tugasnya pada sang ibu dengan begitu antusias. Nampaknya dia sudah menantikan kepulangan sang ibu.Gladys menatap tak suka pada putranya. "Sudah Mamah bilang kalau Mamah pulang jangan teriak-teriak! Mamah capek!" sinisnya."Tapi ... Lucas kan hanya ingin lihatin kalau Lucas bisa .