Selama di rumah besar ini, suasana hati Mayumi jadi tidak nyaman. Dia terus saja membayangkan saat-saat di mana Frans bercinta dengan para wanitanya. Frans sangat tampan, sudah pasti memiliki banyak mantan dalam hidupnya. Mayumi sudah beberapa kali berdecak dan itu membuatnya semakin merasa kesal. Dia bersikap tenang, tapi tetap saja otaknya tidak mau diajak bekerja sama. Di sini hal itu memang lumrah, tapi tetap saja Mayumi merasa tidak ikhlas. Why? Mungkin saja Mayumi merasa minder dengan dirinya.“Apa aku benar-benar sudah mencintainya?” gumam Mayumi.Ketika kemarin melihat Grace masuk ke dalam kamar Frans, hati Mayumi sungguh terasa sakit. Ada rasa kesal dan tidak terima, apa lagi melihat bagaimana watak Grace yang sangat judes dan semaunya. Tidak berbeda jauh dengan kekasih Drako yang bernama Jessy. Wanita bernama Jessy bahkan bukan wanita baik-baik.“Aaih! Kupikir tidak ada orang baik di dalam rumah itu!” decak Mayumi sambil menjitak kepalanya sendiri. “Mereka semua memiliki
Tamu sudah mulai berdatangan menghadiri pesta. Mereka yang hadir hampir semua datang bersama pasangannya masing-masing. Tentu saja, karena mereka lebih banyak dari kalangan sahabat dan teman bisnis Tuan Jeff dan Nona Sarah. Ada beberapa anak muda yang tidak lain para karyawan kantor. Jika sudah hadir semua, kemungkinan ada sekitar tiga ratus tamu yang datang. Rumah mewah ini kini begitu terlihat sangat ramai dan mulai sesak. Untungnya rumah begitu luas dan masih mudah untuk berhalu lalang, karena memang pusat pesat ada pada dua ruangan. Mulai dari ruangan tengah hingga terbuka lebar sampai ke ruang taman belakang.Kursi dan meja sudah tertata dengan rapi, menu makanan juga sudah tersaji di meja Panjang beserta beberapa pilihan minuman dan di meja dekat tempat utama, sebuah roti besar bertengger di atasnya. Roti besar yang sudah dihias secantik mungkin dengan tulisan Happy Anniversary yang ke 45 tahun.Tuan dan Nyonya besar belum muncul, mereka masih bersiap-siap di kamarnya. Lalu, p
Mayumi kembali sambil membawa nampan dengan gelas berkaki berisi minuman. Dia membawanya pada tamu yang sampai saat ini masih mengobrol dengan tuan rumah. Sementara Grace dan Frans, Mayumi tidak melihatnya. Mungkin mereka sedang menghabiskan waktu berdua di tempat lain, begitu pikir Mayumi.“Menurutmu apa Frans dan Grace akan menikah?” tanya Jessy yang masih duduk bersama Drako.“Aku tidak tahu.”“Sepertinya Frans memang tidak mencintai Grace sama sekali,” ucap Jessy lagi. “Aku rasa Frans masih belum bisa melupakan Rose.”Drako masih mencoba untuk tidak peduli dengan kalimat itu. Tidak jauh di sampingnya, Rachel ikut bicara. Wanita itu meneguk lebih dulu minumannya.“Cinta pertama memang terkadang sangat sulit untuk dilupakan.”“Benar juga,” sahut Jessy. “Rose itu cinta pertama Frans, tapi malan Rose lebih mencintai kamu.” Tatapan Jessy kini mengarah pada Drako yang masih terdiam acuh.“Kamu sedang tidak berniat berselingkuh dari Jessy kan?” tanya Rachel dengan nada menyelidik.
Mayumi merentangkan kedua tangannya sambil menguap. Dia kemudian mengerjap-ngerjapkan kedua matanya sebelum akhirnya membelalak dan spontan terduduk.“Astaga!” dengan cepat Mayumi kembali menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang ternyata polos tidak berpakaian.“Apa yang sudah terjadi?” pekik Mayumi kemudian. Mayumi menyapu mengangkat selimut dan menundukkan kepala masuk ke dalam selimut. Benar, dirinya tidak memakai apa pun sekarang.“Semalam ….” Mayumi terbengong seraya mencoba mengingat-ingat kejadian semalam.“Kamu sudah bangun?”Mayumi kembali terperanjat mendengar suara dari arah kamar mandi. Frans muncul dari dalam sana hanya mengenakan handuk yang melingkar pada pinggangnya seperti biasa. Mayumi sudah tidak terlalu kaget, tapi saat ini kondisinya sedang berbeda. Di sini, di atas ranjang Mayumi hanya tertutup selimut.“Tu-Tuan ….”Frans melempar handuk satunya ke arah keranjang yang ada di dekat pintu kamar mandi. “Tidak usah khawatir. Semalam, Emely yang membantu ka
“Kenapa wajahmu berubah kusut begitu tadi?” tanya Jessy.Drako diam saja dan masih focus menyetir. Meski begitu, sebenarnya pikiran dia sedang terbang entah ke mana. “Apa kamu cemburu melihat Frans dengan pelayan itu?” tanya Jessy lagi.Drako menoleh sekilas. “Apa maksud kamu? Aku sedang tidak mood untuk bicara hal yang tidak penting sekarang.”Jessy tersenyum miring kemudian mencangklong tasnya. Dia menoleh ke arah Drako dan menatapnya datar. “Aku tahu seperti apa kamu, Drako. Kamu akan coba mengambil apa yang menjadi milik Frans.”Drako menelan ludah tapi tetap mencoba tenang dan seolah tidak peduli. Dan Ketika mobil sudah menepi dan Jessy sudah turun, Drako kembali melaju tanpa mengucapkan kalimat sepatah pun.“Brengsek!” umpat Jessy sambil menendang jalan beraspal. “Apa istimewanya pelayan itu sampai kamu juga mau mengambilnya?”Jessy sudah terlalu dibuat kesal hari ini. Kelakuan dan sikap Drako benar-benar sudah membuatnya ingin menyerah saja. Mencintai orang yang tidak b
Saking kesal dan kecewanya melihat sang suami bercinta dengan Wanita lain, Rachel langsung berlari ke luar meninggalkan hotel. Dia bahkan sampai melupakan teman kencannya sendiri. Perlakuan sama, tapi terkadang tidak ada yang mau disalahkan. Andai kata Johny tahi sang istri juga sedang berkencan, tentu ia akan marah, tapi sayangnya nasib sial malah menimpanya.Jessy yang masih di dalam kamar hotel, sudah kembali memakai pakaiannya. Dia menata rambutnya yang berantakan di depan cermin. Sudah sedari tadi ia mengomel tanpa ada lawan bicaranya sejak ditinggal begitu saja oleh Johny. Tadi pria tolol itu berlari hanya memakai celana kolor, lalu kembali dan memakai pakaiannya lalu pergi begitu saja.“Aku malah senang karena akhirnya Bibi Rachel tahu. Biar para lelaki itu bisa memutuskan akan memilih aku atau tidak.”Setelah tampilannya sudah kembali rapi, barulah Jessy meninggalkan kamar tersebut. Entah ke mana dia akan pergi, mungkin menuju restoran untuk makan siang.“Brengsek kamu!” s
Sekitar pukul Sembilan pagi—saat rumah kosong—Sarah menemui Mayumi. Sarah mengajak Mayumi mengobrol di taman belakang karena kebetulan memang Mayumi sedang ada di sana menyapu dan merapikan tanaman.“Aku tidak mengganggumu, kan?”Mayumi tidak keberatan, tapi ia hanya merasa gugup sekarang. Tidak perlu bertanya, Mayumi tahu apa yang pasti akan dibicarakan Nyonya besarnya itu. Intinya Mayumi tidak bisa menghindar sekarang.“Tidak, Nyonya.” Mayumi membungkuk sopan masih sambil memegangi sapunya.“Kemari sebentar.” Sarah melambai satu tangan, lalu menepuk kursi kosong di sampingnya. “Aku ingin bicara dengan kamu.”Mayumi menelan ludah. Wajah ramah Nyonya besarnya itu tampak begitu serius. Mayumi meletakan sapu dan gunting tanaman di tempat semula ia berdiri lalu melangkah mendekat. Mayumi tidak duduk di kursi, melainkan di atas rerumputan.“Duduk saja di atas,” ucap Sarah.Mayumi tersenyum. “Tidak, Nyonya. Akan tidak sopan kalau aku duduk sejajar dengan majikanku. Tidak enak diliha
Johny membungakan mulut Mayumi menggunakan satu telapak tangannya, sementara satu tangannya lagi masih melingkar erat pada perut Mayumi. Mayumi sudah mulai menangis, tapi Johny tidak kunjung melepaskannya. Beberapa kali Mayumi berteriak tadi, tetap saja tidak ada orang yang datang.“Diam atau aku akan melakukan lebih dari ini,” bisikan penuh ancaman itu kembali Mayumi dengar.Tidak peduli bagaimana perut terasa sakit karena dekapan yang begitu kuat, Mayumi terus coba memberontak. Dia masih belum bisa berteriak karena mulutnya masih didekap. Tidak lama setelah itu. Johny memutar tubuh Mayumi dan melemparnya di atas ranjang. Johny menarik dasi yang ia kenakan, lalu dengan cepat ia ikatkan pada mulut Mayumi supaya tidak berteriak saat dirinya mulai beraksi.Mayumi terus mencoba untuk membuka mulutnya meski ia hanya bisa mengeluarkan suara erangan yang tidak kuat. Di bawah—sementara kedua tangan sudah diikat menggunakan kemeja—Mayumi menendang-nendang kedua kakinya berharap bisa terle
Frans sudah menarik Mayumi ke luar dan memutuskan untuk membawa pulang. Reaksi Frans itu, sempat membuat semuanya bingung dan bertanya-tanya. Rencananya, Bastian akan langsung menjelaskan, tapi sayangnya Frans malah langsung pergi begitu saja.“Ada apa, Ian?” tanya Kate.Mereka semua yang di sini menatap serius ke arah Bastian menunggu jawaban. Sebelum bicara, Bastian duduk dan terdiam beberapa saat. Kemungkinan ia masih syok atau tidak menyangka kalau Wanita yang sempat ia cari ternyata sudah menikah dengan saudaranya.Sudah sekitar satu tahun Bastian menyerah mencari Mayumi. Bastian berharap bertemu lagi, tapi kalau keadaannya seperti ini, sebaiknya tidak usah bertemu. Bastian sebenarnya juga sudah memiliki kekasih, dia menghampiri Mayumi mungkin hanya melepas rindu dan ingin menyampaikan maaf.“Dia orang yang aku cari.”“Apa maksud kamu?” tanya Jiel.“Istri Frans. Dia Wanita jepang yang pernah menjadi kekasihku.”Mereka semua seketika tercengang dengan bibir terbuka dan semp
“Bagaimana mungkin kamu bisa mencintai seorang pelayan?” tanya satu Wanita yang sedari tadi sibuk makan camilan. Dia Keysha, saudara kembar Harrys.“Apa ada yang salah?” tanya Frans malas. Kedua mata Frans lurus mengarah pada sang istri yang sedang ikut bakar-membakar bersama ibunya dan juga bibi Jane.“Bukan apa-apa, aku hanya heran dan yang lain juga pasti heran sepertiku. Ayolah, Frans, kita semua tahu seperti apa tipemu.” Keysha terkekeh.Frans yang sontak menoleh membuat mereka menutup mulut. “Ada apa dengan tipeku? Aku tidak pernah memilih-milih Wanita.”“Oh, ya? Lalu bagaimana dengan Lucy dan Rose.”“Jangan membicarakan mereka!” Frans melotot.“Tenanglah, Frans. Kita hanya ingin tahu tentang kamu dan istrimu. Tidak apa kan kalai kita sedikit membahas hal sebelumnya? Sebagai sepupumu, aku hanya ragu dengan istrimu itu.”“Why?” sungut Frans sambil menyingkirkan tangan Harrys yang mendarat di pundaknya.Keysha berpaling dar camilannya kemudian melipat kedua tangan di atas
Hari berikutnya, Frans dan Mayumi diundang ke rumah untuk sekedar makan malam. Mungkin ayah dan ibu sudah rindu karena satu mingguan mereka berdua tidak datang untuk berkunjung. Di dalam kamar, Mayumi sudah sibuk mencari pakaian, sementara Frans sudah duduk santai di sofa sambil menatap layar ponselnya.“Kenapa kamu santai sekali? Tidak bisakah membantuku?” Mayumi mulai mengoceh. Dia mendengkus dan menghentak kaki karena tak kunjung menemukan pakaian yang cocok.Frans mendesah lalu meletakkan ponselnya. “Memang aku harus apa, hm?”Mayumi mendengkus lagi. “Huh! Kamu sangat menyebalkan!”Frans berdiri lalu merangkul sang istri dari belakang. Ia sandarkan dagu pada pundak yang polos belum berpakaian itu. Bukan telanjang, melainkan saat ini Mayumi masih memakai handuk yang melingkar di badannya.“Semua baju yang kamu belikan untukku, terlalu mahal. Aku takut tidak akan cocok.”“Oh, Ya?” Frans menaikkan satu alisnya dan memiringkan kepala hingga bisa melihat Sebagian wajah Mayumi. “K
Mayumi masih membuang muka, ia duduk di tepi ranjang dengan wajah merengut dan kedua tangan terlipat di depan dada. Mayumi ingin marah, tapi tidak tahu caranya. Ini baru dua hari menikah tapi kenapa sudah ada hal yang membuat kecewa dan kesal.Frans menghela napas kemudian mendekat. “Kamu marah?”Mayumi berdecak dan masih enggan membuka mulut. Dia kesal kenapa Frans harus bertanya, padahal jelas sekali tidak pulang tanpa memberi kabar adalah sebuah kesalahan.“Untuk apa aku marah,” kata Mayumi kemudian. “Memang kalau aku marah, aku akan menang?”Frans duduk di samping Mayumi. “Jadi kamu memang sedang marah? Aku minta maaf, aku tidak bisa pulang semalam.”Mayumi tersenyum tipis dengan tatapan sengit. “Lalu dengan begitu apa tidak bisa memberi kabar? Meneleponku, misalnya.”“Aku kehilangan ponselku semalam. Aku melupakan ponselku di ruang makan, jadi aku tidak mendengar kalau ada panggilan masuk karena mode getar saja.”“Ruang makan? Ruang makan mana maksud kamu?” Mayumi melotot.
Frans sampai di rumah sekitar pukul sepuluh siang, dia mampir lebih dulu ke pusat perbelanjaan membeli sesuatu untuk Mayumi. Mungkin dengan membelikan sesuatu, akan membuat Mayumi urung marah. Bagaimana Frans bisa tahu kalau Mayumi marah? Hal itu terbukti dari panggilan dan pesan yang tidak Mayumi balas dan jawab.Sampai di rumah, Frans menyelonong begitu saja masuk ke dalam, bahkan tidak bicara apa pun saat berpapasan dengan Leo. Leo yang harusnya bicara, urung karena melihat Tuannya berjalan begitu cepat.Sampai di lantai atas, Frans meletakkan belanjaannya di atas sofa, sementara mulutnya sudah berteriak memanggil sang istri.“Mayumi!”Tidak ada jawaban sama sekali, yang terdengar hanya suara tokek yang entah di mana keberadaannya. Frans coba memeriksa ke balkon dan kamar mandi, tetap saja tidak menemukan siapa pun. Frans lantas berjalan meninggalkan kamar, lalu berhenti di pinggir lantai atas.“Liana!”Liana masih di belakang dan sedang sibuk menata pakaian yang sudah bersi
Pagi harinya, Mayumi tidak mendapati sang suami ada di sampingnya. Mayumi pikir Frans sudah bangun lebih dulu dan berangkat bekerja, atau mungkin sedang sarapan di bawah.Mayumi mengikat rambut panjangnya, kemudian duduk dengan kedua kaki menggantung di bibir ranjang. Mayumi hendak meraih ponselnya, tapi urung karena mendadak perutnya berbunyi. Sepertinya rasa lapar sudah datang tanpa rasa sabar.Mayumi menghela napas kemudian beranjak. Dia pergi meninggalkan kamar masih memakai piamanya. Tenang saja, piama itu tidak akan terlihat terbuka saat memakai jubahnya, jadi Mayumi tetap akan nyaman berjalan di rumah ini.“Selamat pagi, Nona?” sapa pelayan yang sedang mengelap lemari kaca di dekat tangga menuju ruang tengah.Mayumi tersenyum dan mengangguk membalas sapaan itu. Sebelum kembali melangkah, Mayumi bertanya lebih dulu pada pelayan itu.“Maaf, apa Frans ada di ruang makan?”“Em, maaf, Nona, Saya belum melihat Tuan Frans sedari tadi. Saya pikir Tuan Frans belum turun.”Kepala
Tidak ada yang Frans katakana setelah kembali pulang. Mayumi yang sampai ketiduran menunggu waktu itu pun, tidak bertanya yang macam-macam karena memang yakin kalau Frans tidak berbuat aneh-aneh. Namun, ada sesuatu yang mengganjal di hati Mayumi beberapa hari yang lalu di mana Frans seperti bertingkah mengacuhkannya. Mayumi tidak mau ambil pusing, toh dia tahu kalau itu memang sifat Frans yang lebih sering acuh dengan siapa pun. Hingga hari-hari berikutnya, Mayumi dikejutkan dengan sebuah dekor indah di rumah ini. Sebuah dekor bernuansa putih membuat Mayumi bertanya-tanya dengan perasaan heran.Mayumi tidak menyangka kalau hari itu akan menjadi hari di mana ia menjadi ratu sehari yang di sambut begitu banyak orang. Menggunakan gaun putih berlengan brokat, rambut panjang yang digulung ke atas dihiasi kain tile, membuat Mayumi begitu cantik bak Cinderella.Mayumi ingin menangis. Menangis mengingat bagaimana saat Frans mengucapkan ikrar janji cinta yang suci di depan pendeta dan disaks
Satu minggu kemudian, Frans kembali pulang ke rumah tanpa membawa Mayumi bersamanya. Sampai di sini, mungkin sekitar pukul tuju malam, di mana semua orang sedang berada di rumah. Kedatangan Frans sama sekali tidak disambut oleh Rahel. Wanita itu pasti menyimpan dendam karena sudah menjebloskan suami dan putranya ke dalam penjara.“Kenapa kamu baru kembali?” tanya Jeff Ketika dengan santainya Frans duduk dan langsung meneguk satu gelas jus milik Pete.Frans tidak memperhatikan pertanyaan itu, melainkan langsung menatap Pete. “Kamu baik-baik saja, kan?”Pete yang sedang mengunyah makanan mengangguk.Frans tahu kalau Pete sudah sejak lama dimusuhi oleh Rachel dan Drako. Meski mereka tidak pernah melakukan kekerasan pada Pete, tapi sikap mereka membuktikan kalau Pete tidak disambut dengan baik.“Frans, ayah sedang bicara denganmu di sini,” hardik Jeff sambil menepuk meja. “Kamu menghilang sejak seminggu dan tidak memberi kabar, tapi kamu memasukkan paman dan sepupumu ke dalam penjara
Mayumi muncul dari balik lemari besar yang di dalamnya ada barang-barang milik Frans. Dia melangkah perlahan sambil mengamati tampilannya yang kini memakai baju tidur. Ini masih jam tiga sore, tapi kepalang tanggung, jadi Mayumi memutuskan untuk memakai piama saja. Mayumi wajib bersyukur karena piama yang tersedia tidak terlalu terbuka saat jubahnya ia kenakan.“Makanlah!” ucap Frans saat Mayumi sudah mendekat.Mayumi mengusap piama di bagian belakang—pada pantatnya—ke bawah, baru kemudian duduk dengan kaki rapat. “Terima kasih,” ucapannya.Mayumi mengambil satu lembar roti itu dan langsung memakannya tanpa selai. Dia lebih suka makan roti polosan, atau sebenarnya kalau bisa Mayumi lebih ingin makan buah dan daging. Sayur juga mau kalau ada.“Tidak suka?” tanya Frans.Mayumi mendongak melebarkan tatapan. “Suka, kok. Terima kasih.”Suasana kembali sunyi tak ada yang bicara lagi. Frans duduk diam membiarkan Mayumi menghabiskan rotinya lebih dulu. Sementara Mayumi, dia yang ingin s