Carver merasa seperti orang hilang yang duduk di depan restoran sendirian tanpa ada yang menemani. Kalaupun dia langsung pulang ke rumah, Violeth dapat dipastikan menganggap Carver meninggalkan dirinya di restoran lagi dan malah pulang sendiri. Beberapa mobil terlihat di jalanan berlalu lalang dengan cepat. Bahkan lama-lama beberapa orang yang masuk ke dalam restoran mulai semakin banyak. Carver berdecak kesal dengan apa yang telah dialaminya. Mendapatkan harta yang begitu besar tersimpan di bank, tapi nanti dirinya pasti akan mendapatkan kemarahan dari Violeth. Dari arah jalanan, terdengar suara raungan mobil yang tidak lain adalah supercar milik Violeth. Mobil itu pun memotong jalan menuju area parkir kendaraan mobil di depan restoran. Setelah mobil itu berhenti di area parkir, Carver meraih sebuah pembungkus berbentuk kotak yang dibelinya sebelum duduk di tempat itu. Violeth menutup pintu dengan cepat sampai terdengar seperti membanting. "Kamu kemana saja? Aku mencarimu sam
Carver menarik napas lega ketika Violeth mengajak untuk pulang tanpa menanyakan suatu hal lagi yang bersangkutan dengan kepergiannya secara mendadak."Tidak ingin makan lagi di restoran?" tanya Carver. "Aku akan mentraktirkanmu sampai puas. Atau kamu ingin membeli apa saja ... kalung berlian yang lebih bagus lagi atau gelang mewah limited edition." Carver terus menawari apapun yang diminta oleh Violeth. Sampai akhirnya ketika Violeth membuka pintu mobil, dia menoleh ke arah Carver. "Kamu menawariku untuk membeli barang-barang yang mahal? Apa kamu punya uang? Bukankah ayah hanya menggajimu sedikit?" Carver tidak mengira jika ternyata Violeth mengetahui berapa gajinya yang dibayarkan oleh Edward. Meski sebelumnya Violeth telah mengetahui jika Carver adalah menantu yang digaji oleh Edward. Violeth mendekati Carver dengan rona wajah tersenyum. Tampak kalung emas putih yang dibeli oleh Carver telah melilit sempurna di lehernya yang halus dan menggoda untuk disentuh. "Tidak perlu terk
Violeth membawa koper kecil keluar dari kamarnya. "Kamu bawa koper yang besar ya, kamu kan suamiku." Carver menarik koper dan membawa keluar bersama Violeth. "Ayah rasa satu minggu untuk kalian sudah lebih dari cukup," ucap Edward dari tempat duduknya. "Ayah, kami berangkat dulu." Carver mengulurkan tangan untuk bersalaman pamit dengan mertuanya. "Jaga Violeth dengan baik, Carver." ucap Edward. Pukul 20.30 Sampai ke Fletcher Resort .... Senyum merekah dikala sebuah bangunan megah gemerlapan dengan nuansa yang sangat nyaman berada di depan merekaDi tempat itu hanya ada satu bangunan megah dengan dominan warna jingga yang menerangi bagian dinding kaca dan jendela. Carver mengikuti Violeth menuju ke sebuah rumah yang di sampingnya terdapat sebuah kolam yang sangat indah. Carver membuka bagian pintu utama dua daun pintu setelah kunci diberikan oleh Violeth. Beberapa kursi tertata rapi dengan meja berkilauan yang berada di bagian tengahnya. Carver memandang ke sekeliling isi r
Carver hanya memandang dengan sudut pandang lain. Baginya tempat tidur seluas itu sangat cocok untuk tiduran tanpa takut terjatuh jika berguling-guling ke kanan maupun ke kiri. Carver mengajak berpindah ke kamar itu. "Kamu yakin?" tanya Violeth. "Memangnya kenapa? Aku suka dengan tempat tidur yang luas, setidaknya kita bisa tidur leluasa. Daripada di atas, ukurannya sangat kecil." Jam dinding berbentuk lingkaran yang berada di sisi kanan tempat tidur kamar itu telah menunjukkan pukul sepuluh malam. Tiba-tiba Carver merasakan kantuk yang membuat matanya meredup. Sejak melihat kamar itu, dirinya semakin merasa ingin merebahkan diri untuk menghilangkan lelah seharian. "Mau tidur di kamar ini?" tanya Violeth sembari menatap Carver yang langsung menjatuhkan diri di atas ranjang empuk berukur. "Aku sangat mengantuk, aku ingin tidur disini saja yang lebih nyaman dan luas. Tapi kalau kamu ingin tidur di atas, tidak apa-apa." Carver memiringkan tubuhnya membelakangi Violeth. Violeth ti
Carver semakin cepat menghentakkan miliknya bersamaan dengan suara gesekan yang terdengar cukup nyaring. "Aku akan menunggumu hingga keluar, Violeth."Tubuh Violeth menggelinjang dan menjerit. "Aahhhhh ...."Violeth mengeluarkan cairan yang sangat banyak dari vaginanya hingga muncrat ke lantai. "Violeth, apa kamu sudah puas?" Carver meraba wajah Violeth. Carver memasukkan dua jarinya kembali masuk ke dalam lubang kenikmatan milik ViolethGerakan Carver yang semakin cepat membuat Violeth menggeliat dan membusungkan tubuhnya. "Ah, sayang, beri aku kenikmatan yang lebih." Violeth melentangkan tubuhnya yang merasa lelah setelah menikmati sentuhan Carver yang membuatnya tidak mau berhenti selama beberapa jam ke depan. "Violeth, sepertinya sebentar lagi kau akan hamil," ucap Carver. "Apa? Hamil?" tanya Violeth, yang tempak histeris. "Maksudmu aku akan hamil setelah kita melakukan ini?""Iya," jawab Carver singkat.Violeth bangkit dan menutup tubuhnya dengan selimut tebal. Carver yang
"Aaaahhh, sayang ... Aku suka caramu memanjakan tubuhku. Carver, aku berharap kamu memberi sentuhan di puting payudaraku hingga aku tidur dengan bahagia." Violeth berkata sambil mendesah. Dia sesekali memasukkan jarinya ke vaginanya dengan sangat fulgar. Keesokan paginya .... Carver terbangun ketika pancaran sinar matahari menembus kaca jendela menerangi wajahnya. Dia menatap tubuhnya yang terbangun tanpa menggunakan pakaian apapun. Di sampingnya, Violeth tengah tidur dalam keadaan telanjang tanpa memakai selimut dan seperti wanita jalang. "Dia masih tidur." Carver mengusap wajah Violeth yang semalaman menikmati bercinta bersama dirinya sebagai pasangan suami istri. "Aku mandi duluan saja daripada menunggunya terbangun entah jam berapa." Carver melangkah ke kamar mandi yang letaknya tidaklah jauh dari kamar itu, hanya dengan mengenakan handuk dan membawa pakaian ganti, lalu menghidupkan shower dan mengguyurkan ke tubuhnya.Selesai mandi, Carver kembali ke kamar untuk mengecek apa
Di kamar mandi, guyuran air shower mengalir begitu deras. Carver menjauhkan wajahnya dari guyuran air yang membuat dirinya hampir kesulitan bernapas. "Aku lupa membawa sabun." "Sepertinya masih berada di koper," balas Carver tanpa mau bergerak sedikitpun untuk mengambil body wash berbentuk botol yang masih berada di dalam koper."Ambilkan! Aku kedinginan kalau harus naik ke kamar lantai dengan kondisi basah seperti ini," perintah Violeth. Carver terpaksa mengambil body wash di kamar lantai atas tempat semula yang akan menjadi kamar mereka. "Iya, iya sebentar." Ketika beberapa langkah hampir menuju ke tangga, Carver terkejut dengan adanya sekelibatan seseorang yang seperti melangkah di luar rumah. Bayangan itu terlihat melalui jendela. Seketika Carver terdiam dan menatap ke arah jendela. Sosok sekelibatan bayangan seseorang itu sudah menghilang di balik dinding. Dirinya mengira jika seseorang itu memiliki niat yang tidak baik. Carver menatap ke sekujur tubuhnya, untunglah telah
Violeth menyodorkan kartu debit milik Carver. Carver berdiri lemas dengan habisnya uang miliknya untuk membelanjakan kebutuhan Violeth sebagai istrinya. Padahal itu adalah gaji sebagai menantu bayaran dari Edward, tapi semua uang itu kini dihabiskan oleh Violeth tinggal sisa yang tidaklah seberapa. "Ayo kita makan di restoran!" Violeth menarik tangan Carver meninggalkan toko penjualan pakaian dalam wanita itu. "Kenapa lewat sini? Pintu keluar mall berada di sana." Carver menunjuk ke arah pintu yang sudah berada di kejauhan. Violeth berhenti di depan toko yang menjual beberapa jas milik Tuan Thomas. Tampak seorang lelaki jangkung tengah berdiri di antara deretan rak tergantungnya puluhan jas lelaki. "Permisi, Tuan. Apa Tuan Thomas berada di sini?" tanya Violeth pada lelaki jangkung itu. Lelaki jangkung itu tidak langsung menjawab, dengan matanya yang redup, lelaki itu menatap Violeth begitu lama. Carver merasa tidak nyaman saat Violeth menanyakan seseorang yang pernah diajak