Violeth menyodorkan kartu debit milik Carver. Carver berdiri lemas dengan habisnya uang miliknya untuk membelanjakan kebutuhan Violeth sebagai istrinya. Padahal itu adalah gaji sebagai menantu bayaran dari Edward, tapi semua uang itu kini dihabiskan oleh Violeth tinggal sisa yang tidaklah seberapa. "Ayo kita makan di restoran!" Violeth menarik tangan Carver meninggalkan toko penjualan pakaian dalam wanita itu. "Kenapa lewat sini? Pintu keluar mall berada di sana." Carver menunjuk ke arah pintu yang sudah berada di kejauhan. Violeth berhenti di depan toko yang menjual beberapa jas milik Tuan Thomas. Tampak seorang lelaki jangkung tengah berdiri di antara deretan rak tergantungnya puluhan jas lelaki. "Permisi, Tuan. Apa Tuan Thomas berada di sini?" tanya Violeth pada lelaki jangkung itu. Lelaki jangkung itu tidak langsung menjawab, dengan matanya yang redup, lelaki itu menatap Violeth begitu lama. Carver merasa tidak nyaman saat Violeth menanyakan seseorang yang pernah diajak
Dari sisi lain, seorang wanita berpakaian blazer, duduk bersama dua orang lelaki yang juga memakai setelan jas. Mereka duduk di meja nomor 4 yang kebetulan tidaklah jauh dari tempat duduk Carver yang berada di meja nomor 9.Betapa terkejutnya ketika seorang wanita itu adalah Clara yang terlihat meeting bersama dua lelaki yang mungkin adalah rekan bisnis. "Hei, kamu kenapa?" Violeth bertanya kepada Carver yang terlihat aneh. Carver membuang muka ke arah lain, membelakangi sosok Clara yang duduk berselang tiga meter dari tempatnya duduk bersama Violeth.Masalah akan semakin panjang jika sosok wanita yang akan dijodohkan dengan dirinya, mengetahui keberadaan Carver yang kini tengah bersama Violeth. Carver mencari-cari akal untuk pergi dari situ tanpa menimbulkan kecurigaan apapun terhadap Violeth, atau Clara yang kini tengah sibuk berbincang-bincang dengan dua lelaki yang memakai setelan pakaian formal. Sialnya, letak kasir pembayaran dan pintu keluar restoran harus melewati meja n
"Apa maksudmu?" Carver membalikkan tubuhnya ke belakang, dimana Clara saat itu berada di belakangnya. Clara tanpa malu melepas satu persatu persatu kancing pakaian miliknya sampai terbuka dan memperlihatkan kain hitam yang menutupi tubuh mulusnya.Tampak sepasang payudara yang berada di balik kain begitu menonjol ke atas menampakkan betapa kencang dan padat berisi. Carver terpaksa menatap gumpalan dada milik Clara, karena ukurannya yang begitu besar dan menggoda, meski tidak sebesar dan seindah milik Violeth yang menjadi santapan remasan kedua tangannya. Clara menjatuhkan blazernya ke lantai. Kini tubuhnya yang putih dan halus tinggal memakai tube top hitam yang menutupi sepasang bukti kembar yang terlihat begitu halus dan kenyal. Yang paling membuat Carver berdebar lebih kencang adalah bagian leher sampai bagian dada Clara terlihat begitu halus dan putih bersih terawat. Perlahan Clara membuka resleting rok nya yang begitu ketat memperlihatkan pinggang ke bawah yang begitu seks
"Apa kamu tidak tertarik dengan tubuhku? Aku rela melakukan ini demi mendapatkan kamu," ucap Clara. Wanita itu melepas satu-satunya kain yang masih menempel dan melindungi lipatan suci antara kedua pahanya. "Cukup! Pakailah lagi pakaianmu dan jangan lakukan ini!" ucap Carver.Tapi wanita itu sama sekali tidak menggubris apa yang dikatakan oleh Carver. Clara dengan senyuman dan tatapan ke arah wajah tampan Carver, menurunkan kain penutup mahkota kehormatannya sampai melorot dan terjatuh begitu saja di lantai. Carver hanya diam dengan mulut sedikit terbuka untuk mengeluarkan napasnya yang mulai tidak beraturan dengan detak jantung yang bercampur dengan desiran. Clara berdiri dengan tubuh polos tanpa sehelai benangpun di depan Carver yang hanya berjarak sekitar 50 sentimeter. Clara melangkah mendekat sampai hanya berjarak sejengkal dari buah dadanya dengan tubuh Clara. "Aku masih perawan, aku akan mempersembahkan kesucianku hanya untukmu." Carver menatap ke bawah. Lalu berpaling men
Carver menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan."Kamu adalah wanita yang cerdas dan berpotensi menjadi wanita idaman para pria. Aku yakin, suatu saat kamu pasti akan mendapatkan pria yang lebih baik dariku," ucap Carver."Tidak. Aku sudah mencintaimu, Carver. Aku lebih baik kehilangan harga diri dan kesucianku daripada kehilanganmu." Clara mengeratkan pelukannya pada tubuh lebar Carver yang memancarkan aroma maskulin. "Aku tidak akan membiarkanmu keluar sebelum kita menikmati tubuhku sebagai tanda ikatan kita!""Sayangnya aku tidak bisa."Clara yang muak dengan semua ucapan dan permintaan untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkannya, mulai melontarkan ancaman. "Bahkan jika kamu keluar dari sini, aku akan memastikan semua orang mengira kamu memperkosaku!""Aku tahu kamu sebenarnya malu dengan tubuh telanjangmu yang seperti ini, kan?" Alis Carver yang baik hati menyinggung wanita itu. "Aku tidak mungkin menyentuh wanita yang bukan istriku.""Biarlah aku yang malu asalkan
Ketika itu, Violeth melangkah ingin mengecek keadaan di dalam karena dirinya tidak percaya dengan ucapan lelaki itu."Kamu tidak boleh masuk! Di dalam ruangan ini hanya ada para pekerja yang sedang membenahi dua ruangan kamar kecil." Lelaki itu mengekang Violeth dan menutupi bagian pintu dengan berdiri di situ. "Memangnya kenapa? Aku hanya ingin mengecek apakah suamiku di dalam atau tidak," ucap Violeth. "Jangan ngeyel atau akan kupanggilkan pertugas keamanan untuk mengusirmu dari sini!" ancam lelaki itu yang kini berdiri di hadapan Carver dengan tinggi badan yang setara dengan tinggi badan wanita yang mencari keberadaan suaminya. "Menyingkirlah dari hadapanku!" geram Violeth sembari menghentakkan kakinya yang tengah memakai high heels ke arah salah satu kaki lelaki itu. "Aduuhh!" Lelaki itu terjatuh dan memekik menahan sakit di kakinya yang tampak melebam akibat hentakan bagian ujung bawah high heels yang begitu keras. Ceklek! Ceklek! Ceklek! "Ternyata pintunya terkunci," gu
Violeth masih mendengar dengan jelas suara desahan dan lenguhan seorang wanita, tapi dirinya berusaha melupakan dan beranggapan itu hanya halusinasi pendengarannya saja. "Hentikan, Clara! Jangan bodoh dengan mengeluarkan suara-suara seperti itu!" ucap Carver. "Turuti saja apa yang aku lakukan atau aku akan berteriak jika kamu telah memperkosaku." Dengan gerakan menggesek-gesek lubang berbentuk lipatan kenikmatan miliknya ke tubuh Carver, Clara merasakan sensasi yang luar biasa. "Ouh, ternyata senikmat ini rasanya." "Aaahhh ... aaaahhh ...." Clara mendesah dengan mulut sedikit terbuka, wajahnya tepat berada di hadapan muka Carver. Tanpa sadar, ternyata lubang kenikmatan milik Clara telah basah dan menampakkan warna merah merona. Baru pertama kali ini Clara merasakan kenikmatan di lubang kenikmatannya yang masih tersegel. "Tidak kusangka seenak ini ... aku ingin merasakan milikmu, Carver." Tanpa malu dengan mengeluarkan desahan, Carver menarik resleting celana Carver sampai berg
"Ayo, nikmatilah tubuhku!" pinta Clara dengan napas yang kembang kempis memperlihatkan sepasang payudaranya yang tampak begitu ranum. Sebenarnya Clara mulai ketakutan ketika tiba-tiba Carver mendaratkan kedua tangan di dadanya. Rasa geli dan risih dirasakan oleh wanita itu. Carver tak hanya mendaratkan kedua tangannya di sepasang gunung kembar milik Clara yang memiliki ujung merah merona, tetapi jari-jemari Carver bergerak berirama membentuk seperti meremas layaknya meremas payudara istrinya.. "Aaachh ... Kamu meremas payudaraku ...." Clara tampak terkejut sembari mencondongkan tubuhnya ke belakang, sehingga payudaranya tampak begitu bulat sempurna seperti terpasang implan di dalam payudaranya. Carver sudah kehilangan kesadaran dan kendali. Sosok wanita yang berada di bawah tubuhnya dilihatnya adalah Violeth. Sentuhan yang dilakukannya pun selayaknya ketika menyentuh dan memuaskan hasrat Kezia. Clara yang mendapati sepasang payudaranya diremas begitu kuat, tubuhnya menggelinjan
Carver meninggalkan beberapa tanda kepemilikannya di tubuh istrinya. "Buka pakaianmu sekarang! Aku ingin kamu melayaniku saat ini juga," ucap Carver sembari menyentil dan menarik lembut salah satu puncak bukit kembar Violeth yang menjumbul sangat padat. "Carver, jangan nakal." Violeth merasakan geli dan terangsang di bagian puncak dadanya yang tersentuh Carver. "Mana bisa aku ...." Dengan keadaan tubuh masih diperban, Violeth tak bisa bermain ranjang sebentarpun. Tapi kedua matanya melebar ketika Carver menurunkan rok panjang sampai bagian kain dalamnya. "Jangan, Carver! Jangan!" Carver tersenyum dan kembali men
"Nah, seperti itu, Bibi. Tapi maaf, aku tetap memanggil Bibi dengan Bibi Pearly saja." Ketika berbicara, Carver menghentikan mengaduk bahan makanannya. "Tidak apa-apa, Bibi memang seharusnya dipanggil dengan sebutan itu," ucap bibi Pearly. Wanita itu pun membantu Carver membuat makanan. Bibi Pearly sangat pandai menciptakan makanan lezat, dengan bahan apapun jika dimasak oleh wanita itu, akan menghasilkan makanan yang sangat lezat. Di dalam kamarnya, Violeth membuka kedua matanya setelah memejam beberapa menit menikmati empuknya ranjang di kamarnya. Dia membuka mata karena mencium aroma masakan selezat ini. "Ternyata Carver pintar memasak? Kukira dia hanya bisa membuat udang tepung saja," g
Carver menurunkan Violeth di atas tempat tidur, tak lupa memberikan kecupan hangat di wajah wanita yang memiliki wajah cantik paripurna. Tapi ada satu hal yang membuat Carver terdiam sesaat. Violeth adalah anak dari rahim seorang wanita yang kini bekerja sebagai pembantu di keluarga Fletcher, dari benih Tuan rumah keluarga Fletcher, yaitu Edward Fletcher. Carver mengetahui jika Violeth adalah anak dari hubungan tanpa pernikahan, tapi Violeth sendiri tak mengetahui tentang itu. Bahkan Edward sendiri sudah memberitahu kepada Carver untuk tidak mengatakan kepada Violeth tentang identitas itu, bahkan Edward memberitahunya untuk tidak mengatakan siapa pemberi donoran darah yang golongan da
Seketika adu tinju perkelahian antara dua pihak berhenti. Semua menatap ke arah petugas keamanan yang tampak tegas namun juga lemah dengan tubuh yang hanya sebesar para lelaki suruhan Jones. Melihat para pengawal berhadapan dengan petugas keamanan, Carver mendekat karena tak ingin kedua pengawalnya masuk ke dalam masalah besar jika sampai menyangkut ke pihak keamanan kota. "Apa yang kalian lakukan? Kenapa berkelahi di area rumah sakit? Apa yang kalian lakukan sangat membayahakan orang-orang yang beraktivitas di area rumah sakit!" Petugas keamanan memelototkan mata memberanikan diri memarahi beberapa orang yang telah melanggar aturan ketertiban. "Maaf, Pak. Tapi ini bukanlah perkelahian sungguhan, hanya berlatih karena mereka adalah para anak buahnya," ucap
Ketika mobil yang dikemudikan oleh mertua Carver berjalan memotong jalan dan berlalu menuju ke kediaman rumahnya, keempat lelaki itu keluar dari persembunyiannya. Keempat lelaki itu berlari menuju ke motor cross mereka yang terparkir sekitar dua puluh meter dadi parkiran mobil. "Mau kemana kalian?" Tiba-tiba muncul dua lelaki berperawakan tinggi besar dengan tubuh yang dipenuhi otot kekar, salah satu dari kedua lelaki bertubuh besar itu bertanya sampai membuat keempat lelaki yang memakai masker setengah wajah tampak terkejut. "Bukan urusanmu, dasar gendut!" balas salah satu lelaki yang memakai masker setengah wajah. "Jika kalian akan berbuat ulah, itu adalah urusanku!" Dengan ma
"Tidak perlu khawatir, bukankah semasa muda kita begitu dekat? Sampai membuahkan anak yang begitu cantik jelita." Edward memandang ke depan dengan ucapan yang tampak berkharismatik. "Kuharap Tuan tidak membicarakan hal itu lagi, aku sangat malu karena memiliki anak tanpa ikatan pernikahan," ucap bibi Pearly penuh penyesalan. "Tak perlu disesali, Pearly. Bukankah aku sudah menawarimu untuk menikah denganku? Tapi kamu menolak permintaanku," ucap Edward. "Iya, Tuan." Bibi Pearly menganggukkan kepala. "Baiklah, aku akan mengantarmu kembali ke rumah. Tapi kurasa selama beberapa hari ke depan kamu istirahat saja, Pearly. Tak perlu memasak atau membersihkan rumah. Biarkan Sophie saja yang me
Carver kembali ke rumah sakit, entah berapa lama Carver meninggalkan Violeth sendirian di kamar rawat. Padahal Edward meminta dirinya untuk tetap disana dan menjaga Violeth yang masih terbaring tak sadarkan diri. "Aku sudah membalaskan rasa sakit yang kamu terima Violeth. Meski Sophie hanya merasakan sedikit sakit, tapi suatu saat mungkin rasa sakit yang jauh lebih mengerikan akan ku berikan pada wanita tua itu," ucap Carver sambil mengepalkan kedua tangannya. Disaat berada di rumah tadi, Carver ingin sekali memukul Sophie, tapi itu tidak bisa dia lakukan karena Sophie adalah ibu mertuanya, sekali seorang wanita. Tapi untuk Jones, Carver sempat memukul karena lelaki itu ingin bertindak dari belakang. Andai saja Carver lupa pada rencana awal untuk memb
Disaat jantung Sophie hampir berhenti berdetak, Carver menghentikan Jones untuk menusukkan pisau itu ke tubuh Sophie. "Aku tidak suka teriakanmu, Sophie! Bisakah kamu diam?" Sophie hanya diam, tubuh wanita itu berlumuran keringat dingin. "Apa kamu takut ditusuk menggunakan pisau?" tanya Carver. "Apa apa kamu sudah tidak waras? Semua orang pasti tidak akan mau dilukai dengan benda tajam seperti ini!" balas Sophie dengan nada agak tinggi. "Baiklah, aku akan memberi keringanan hukuman untukmu," ucap Sophie. Pisau yang berada di tangan Jones diambil kembali ole
"Lakukan seperti apa yang kamu lakukan terjadi istriku!" perintah Carver. Jones hanya diam saja sambil memegangi pisau lipat itu, dia tak mampu melawan karena nasibnya saat ini dipegang oleh Carver. "Tapi, ini sama saja pembunuhan," jeda Jones. "Terserah kamu, bukankah apa yang kamu lakukan terhadap istriku juga sebuah pembunuhan?" ucap Carver yang sudah tidak mau tahu. "Tapi, bagaimana jika Sophie sampai tewas? Rumah kamupun akan menjadi terdakwa, dan rumah ini akan dipenuhi polisi yang membuat nama baik Fletcher menjadi buruk akibat adanya pembunuhan di kediaman keluarga Fletcher." Jones terus mengatakan berbagai alasan.