Joandra yang tak bisa menunggu lebih lama lagi langsung menghubungi orang suruhannya. Mata-mata dan detektif ahlinya selama ini. Doni.
“Bagaimana?! Kenapa kerjamu sangat lama dan tak memberi kabar sama sekali?!”
Begitu panggilannya sudah dijawab Joandra langsung melontarkan pertanyaan sarkasnya.
“M-maaf Tuan Presdir. Barusan saya akan menelepon Tuan untuk mengabari, tapi Tuan sudah dulu—,” gugup Doni dan langsung terdiam saat perkataannya terpotong.
“Jelaskan saja bagaimana hasil kerjamu!”
Joandra yang hatinya sudah panas dan terbakar emosi memikirkan siapa dalang disebalik semua kejadian tak bermoral itu, sudah tak tahan dan langsung menyerobot tak ingin menunggu.
“Semua infonya sudah saya dapatkan Tuan Presdir, semua data-data orang yang bersangkutan juga sudah saya miliki. Salah satu orang suruhannya kini sudah berada di dalam genggaman kita,” Doni menjelaskan dengan singkat dan cepat,
Jessica kembali mendepak tangan Joandra yang kembali ingin memegang lengannya.“Jangan seperti ini. Ayo kita ke Rumah Sakit sekarang!”Joandra berkata tegas tak ingin gadisnya itu kembali membantahnya. Wajah gadisnya itu sudah seputih kapas dan bibirnya juga pucat-pasi dengan getaran yang terus terlihat. Dan Joandra tak ingin ambil risiko jika hal itu berakibat fatal.Tak mau perduli meski gadisnya itu tampak marah sekali dengannya saat ini, Joandra langsung menelusupkan tangannya ke bawah punggung Jessica untuk menggendong gadisnya itu lagi.“Jessica bilang gak perlu!”Jessica kembali berteriak sarkas sambil menggulingkan tubuhnya tak ingin disentuh Joandra.Joandra terdiam. Emosinya kini juga semakin tertantang. Pada saat-saat tertentu, gadis pujaan hatinya itu memang sangat keras dan dia sendiri merasa takut melihat kemarahan gadisnya itu. Tapi, karena kali ini keadaan Jessica begitu memprihatinkan, mau tak m
“Ga perlu, ini ... Jessica hanya lagi datang bulan saja,” jelas Jessica akhirnya sambil menurunkan wajahnya dan melihat ke arah dada Joandra. Ada perasaan malu untuk mengatakan hal itu meski selama ini Joandra sudah mengetahui hal itu. Dan rasa malu serta sungkan itu juga akibat perasaan kacaunya saat ini.‘Andai satu hari kita tak bisa bersama ... alangkah memalukan dan membuat aib.’Jessica membatin di dalam benaknya dengan perasaannya yang sejak tadi bercampur aduk. Dia memang memutuskan akan memberikan kepercayaan pada Joandra, tapi tak bisa dipungkiri semua foto fulgar yang dilihatnya terus mengacaukan suasana hatinya.“Jadi? Ini harus bagaimana? Tak mungkin Abang membiarkan kamu menahan sakit seperti ini, Honey. Lebih baik kamu dirawat di Rumah Sakit saja. Wajahmu terlihat pucat. Abang nggak mau ada sesuatu yang terjadi denganmu.”“Biasanya juga seperti ini. Dan lagi, saat ini rasanya lebih parah mungkin karena ... suasana hatiku sedang tidak baik. Tak apa, nanti akan hilang se
“Apa Komandan Mario merasa berat, dan tidak sanggup menangani masalah ini? Kalau memang demikian. Baiklah. Saya akan meminta bantuan pada IRJEN Marwan untuk mengungkap kasus pencemaran nama baik ini.”Joandra langsung berkata santai tak terlihat gentar sama sekali. Dia kenal dengan semua aparat yang memiliki pangkat tinggi di sana, bahkan hingga pangkat tertinggi Komjen Pol. Tak ada yang membuatnya gentar karena dia tak merasa bersalah dan melakukan hal yang sudah dituduhkan itu sama sekali. Joandra akan melakukan apa pun untuk menyingkatkan waktu penelusuran masalahnya ini, yang sudah merobek perasaan gadis pujaan hatinya itu.“Oh, bukan demikian. Tuan Joandra jangan salah paham dulu. Jadi begini, sebenarnya ... setelah diusut, yang menjadi dalang dan sudah membayar beberapa orang pelaku penculikan itu adalah ... saudara tiri Tuan Joandra sendiri. Tuan Kenrick. Jadi, bagaimana kita harus ...,” ujar IPTU Mario kembali terjeda.Waktu itu, saat menahan mobil Kenrick, ternyata dia menda
Joandra berkata penuh ketegasan sambil menyunggingkan sebelah senyumannya. Joandra tahu, saat ini musuhnya pasti sedang menontonnya dari layar kaca. Joandra akan membuat siapa pun yang sudah berani berurusan dengannya kali ini, tak mampu berkutik dan bisa melihat dengan jelas siapa dirinya yang sebenarnya.Suasana semakin heboh saat Joandra menjelaskan semua keadaannya saat ini, yang maksud dan tujuannya tidak lain adalah agar Jessica tidak akan terseret oleh masalah yang sangat menguji hati dan perasaan gadisnya itu. Sudah cukup gadisnya itu tersiksa oleh keadaan saat ini, dan jika gadisnya akan kembali dikaitkan dengan masalah ini tentu saja Jessica akan semakin merasa perih. Karena semua itu memang terlalu sulit untuk dijelaskan secara rinci.“Hanya itu gambaran yang bisa saya sampaikan saat ini, semoga kalian semuanya bisa memberikan saya waktu untuk membuktikan semuanya.”Selesai berkata, Joandra segera melangkah masuk ke dalam mobilnya da
Joandra yang merasa begitu geram juga melontarkan ucapan-ucapannya yang jelas disadarinya sendiri akan langsung melukai hati ayahnya. Dia ingin membalas sedikit rasa sakitnya itu, yang sebenarnya belum sebanding dan belum apa-apa dibandingkan apa yang sudah dilakukan oleh ayahnya terhadapnya selama ini.“Joandra!”“Kenapa Papa? Apa Papa merasa tersindir? Oh iya, pantas atau tidak pantasnya Joandra menerima semua harta kekayaan dari Mama, Joandra rasa ... Mama memang sudah melakukan yang terbaik. Untung Mama sudah menyadari segalanya sejak dia masih sehat waktu itu, dan pikiran jernihnya akhirnya membuat seluruh harta kekayaannya jatuh pada tangan yang seharusnya. Dari pada jatuh pada sang Suami laknat dan Sahabat penghianat, lebih baik semua harta kekayaannya itu jatuh ke tangan Joandra meski sudah menjadi manusia bajingan sekali pun!”“Dasar anak tak tahu diri! Anak Durhaka. Percuma Papamu selalu membela dan membangga-banggakan dirimu selama ini Joandra! Ternyata apa yang Ibu katakan
Joandra yang geram hanya melontarkan sebuah kalimat perumpamaan meski saat ini tangannya sudah gatal ingin menghajar mulut saudara tirinya yang terus memfitnah dan menyudutkannya."Joandra, Kenrick. Kalian berdua itu kenapa?! Kalau memang kalian berdua itu punya masalah, ayo duduk di sini dan bicarakan baik-baik."Tuan Dinata yang merasakan ada sesuatu yang mengganjal langsung memanggil putra kandungnya dan juga putra tirinya."Anak Ayah yang kurang ajar ini yang bermasalah. Begitu terang-terangan memfitnah Kent. Padahal tak ada apa-apa yang Kent lakukan!""Kalau memang tak ada apa-apa yang kamu lakukan kenapa harus seemosi ini? Apa memang kamu merasa ada sesuatu yang sudah kamu lakukan, dan itu sebuah perbuatan yang sangat tercela?!""Tutup mulutmu Joandra!"Kenrick yang terlihat emosi dan marah besar langsung menghajar Joandra. Kenrick membogem perut bidang Joandra dan lalu melayangkan pukulannya ke arah wajah Joandra.Joandra yang
“Nanti Tuan bisa menjelaskannya di Kantor,” ujar Iptu Mario tak memberikan kesempatan kepada Kenrick lagi, setelah tadi dia melihat bagaimana gaya dan kasarnya saudara tiri pemuda ternama yang kini masalahnya sedang ditanganinya.Lebih-lebih ketika mendengar ucapan otoriter dan peringatan Joandra kepada ayahnya sendiri. Itu benar-benar membuat Iptu Mario baru mengetahui jika ternyata semuanya kini ada ditangan dan pada keputusan Joandra sepenuhnya.“Kalian tak mendengar saya bilang saya tak melakukan apa pun?! Kalian jangan asal fitnah dan asal tangkap seperti ini!” geram Kenrick lagi tak ingin bergeming dan ikut berjalan pergi.“Apa bukti yang ada dan surat penangkapan yang sudah ditunjukkan tadi belum cukup, tuan Kenrick?!”Kali ini Iptu Mario berkata tegas dengan wajahnya yang terlihat menahan rasa geram. Ya, dia memang mengetahui dengan baik jika Kenrick adalah saudara tiri Joandra. Tapi, selama ini dia
Selesai makan sore itu, mereka berdua berjalan menaiki anak tangga dan menuju ke lantai atas.“Memangnya bibirmu nggak perih, Sayang?”Jessica yang sejak tadi ingin menanyakan hal itu, melontarkan pertanyaannya ketika kaki mereka berdua menginjak lantai dua di atas sana.“Nggak sama sekali.”“Apa ini juga nggak sakit? Tapi ... ini sudah terlihat memar, Sayang?” tanya Jessica lagi sambil menghentikan langkahnya dan menghadap ke arah Joandra. Kembali mengusap dada atas Joandra yang terlihat merah kebiruan.“Nggak apa-apa ini cuma sedikit,” jawab Joandra tak ingin membuat gadisnya merasa cemas.“Abang ngapain tadi? Abang berantem dengan siapa?” tanya Jessica lagi secara otoriter, karena sejak tadi dia sudah menahan pertanyaan itu.Joandra terdiam ketika mendengar pertanyaan itu. Ingin menceritakan, tapi ragu jika gadis pujaan hatinya itu akan kembali marah padanya. Terlebih jika