Leonal kembali berkata menyindir Ricko yang terus saja menghindar, padahal dalam kenyataannya dia melihat jika Ricko masih berharap dengan mantannya tersebut.“Serah Lu ah! Mending makan.”Ricko yang melihat cemilan yang tadi dipesannya sudah dihidangkan ke atas meja mereka, langsung memfokuskan dirinya untuk menyantap pesanannya yang terlihat sangat menggiurkan.“Lu pikir, kalau tuan Presdir itu pernah makan cemilan kayak gini gak sih, Bro?!” tanya Ricko tiba-tiba, entah segaja untuk megalihkan pembicaraan atau memang pikirannya benar-benar sedang memikirkan hal tersebut.“Emang kenapa? Gak ada sangkut pautnya juga makan kentang garing kayak ini sama hidup kita, kan?! Apa lagi tuan Presdir!” jawab Leonal terdengar keki, heran dengan pertanyaan sahabatnya barusan yang terdengar sedikit aneh dipendengarannya.“Bukan. Gua kayaknya gak pernah liat tuan Presdir kita makan yang kayak ginian. Ah, entahlah,” jawab Ricko sendiri akhirnya, dan itu membuat Leonal langsung terpingkal.“Pikiran L
Terdengar lagi suara penuh amarah dan amukan yang dilontarkannya dengan teriakan.“Bukannya itu Febriyana ya?”Joandra yang sedang menyaksikan kejadian itu langsung melontarkan pertanyaanya dan melihat ke arah Ricko.“Iya, Tuan Presdir.”Bukannya Ricko yang menjawab, kali ini Leonal langsung menjawab pertanyaan Joandra karena melihat sahabatnya itu hanya diam.Dari kejauhan sana Febriyana terlihat panik sambil melihat ke sekitar. Mungkin wanita itu merasa sangat malu sedang diteriaki Pelakor seperti itu, sehingga dia langsung melihat adakah orang yang dikenalnya di sana yang sedang melihat kejadian saat ini.Dan ketika pandangannya mengarah dan melihat serombongan orang yang sangat dikenalinya, Febriyana tampak terlonjak. Matanya yang sejak tadi melihat ke sana-sini langsung tercekat tak bergerak lagi.Ricko tampak langsung memalingkan wajahnya.
Joandra sedikit terkesiap. Sepertinya Jessica mengerti apa maksud dan arah perkataannya tadi. Benar apa yang gadis kecilnya itu katakan. Hari-hari yang kemarin begitu penuh dengan kesulitan saja sudah mereka lewati, kenapa sekarang dia sepertinya akan menyerah sebelum berperang?! Memikirkan itu membuat Joandra menjadi malu sendiri.“Kamu ini ... badanmu memang kecil, tapi otakmu encer sekali,” Joandra berkata sambil terkekeh pelan dan mengusap kepala Jessica penuh sayang.Tuan Andi tersenyum melihat kedekatan putri bungsu dan juga menantunya. ‘Putri kecilku ini memang seorang wanita tangguh yang memiliki pengalaman hidup dan pribadi yang luar biasa,’ tuan Andi membatin bangga.“Oh iya, Leonal. Mulai besok tugasmu adalah mengantar jemput tuan besar Andi. Sebagai Manager baru di Pt. Lion Kingbirds, tuan besar Andi akan membutuhkan banyak informasi darimu, dan itu hanya cukup sebatas saja. Jika ada masalah besar, kamu yang akan turun t
“Apalagi sejak kemarin Joandra memang sudah mengurus semuanya. Joandra tak memiliki hubungan apa pun lagi dengan Claudia sebelum Joandra mengurus pernikahan rahasia Joandra dengan Jessica,” tegas Joandra meyakinkan ayah mertuanya.“Oh, baguslah jika memang begitu. Artinya kamu dan Jessica bisa meresmikan hubungan kalian secepatnya.”“Lalu, Ayah yang akan menjadi wali pernikahan kami kan?” tanya Joandra spontan.“Joandra ... apa kamu punya keluarga? Ayah dan ibu mungkin, atau adik kakak kamu?”Tuan Andi langsung menanyakan apa yang menjadi pertanyaannya sejak kemarin dia datang dan tinggal dikediaman mewah menantunya. Selama ini Joandra memang tak pernah menceritakan tentang keluarganya.“Joan punya Ayah dan adik perempuan. Ibu Joan sudah meninggal,” jelas Joandra singkat. Mulai merasa akan ada pertanyaan yang berikutnya.“Kalau begitu, ayo kita bicarakan semuanya dengan Ayahmu
Tuan Andi kembali tersenyum. Begitu bahagia melihat Joandra yang begitu tulus adanya. “Oh ya, tadi Ibu menelepon Ayah. Dia meminta kita pulang menjenguknya. Katanya dia sedang sakit akibat hanya tinggal sendirian.”Tuan Andi kini menyampaikan dengan suaranya yang terdengar pelan. Sesungguhnya dia tak percaya dengan kata-kata istrinya, tapi mendengar suara lemah istrinya ketika berbicara membuatnya tak tega jika hanya membiarkannya. Dan saat ini dia harus mengatakannya pada menantunya.“Oh, ya sudah. Sore ini kita pulang menjenguk Ibu,” jawab Joandra tanpa merasa terbebani sama sekali, apa lagi setelah mendengar jika ibu mertuanya itu sedang sakit.“Baiklah. Terima kasih atas pengertianmu ya, Nak Joandra,” tuan Andi kembali mengembangkan senyum haru dan rasa bangganya.Selama ini Joandra sudah diperlakukan sedemikian oleh istrinya yang sangat egois itu, tapi ternyata menantunya itu masih ambil berat terhadap istrinya. Da
Jessica menjawab cepat dengan wajah paniknya dan dengan napasnya yang masih terdengar terengah. Mungkin wanita itu terlalu kaget mendengarkan apa yang sudah Joandra katakan barusan.“Cuma cium aja harus kunci pintu?” kaget Joandra dengan keningnya yang sudah terlihat mengkerut, padahal dia pikir Jessica sedang memberikannya sebuah kode rahasia untuk bertindak.“Ya iya lah. Kalau tiba-tiba Ayah ke sini dan melihat yang tadi, gimana? Malu kan? Ish Abang!”Mendengar itu Joandra langsung tergelak dan tertawa renyah. Ternyata pemikirannya tadi salah. Dia pikir gadisnya itu sudah bersedia melayaninya di atas ranjang, mana hasratnya yang setiap hari terus terbakar tak pernah tersalurkan sama sekali.Joandra menghentikan tawanya dan lalu meluruhkan kedua lengan kekarnya begitu saja ke samping kiri dan kanannya. Membiarkan tubuhnya berbaring terlentang dengan posisi pasrah dan kedua tangan yang terlihat menyerah.“Abang lelah. Ternyata pemikiran Abang salah. Padahal tadinya Abang pikir ... huf
“Besok pagi kamu boleh jemput Jessica sekalian sarapan di sini, Nak Joandra. Biarkan Jessica tinggal di sini malam ini,” ujar tuan Andi mendukung keinginan putri bungsunya.Joandra terdiam melihat dukungan ayah mertuanya. Meski dia masih belum percaya dengan kebaikan hati ibu mertuanya, tapi tentunya dia harus menghargai pendapat ayah mertuanya.“Baiklah kalau begitu,” Jawab Joandra tak ingin berpanjang lebar terlebih saat ini dia mulai merasakan kepalanya sedikit pusing.Jessica terlihat mengembangkan senyumnya, sambil mengusap lengan Joandra yang hanya duduk di sampingnya.“Ya sudah Ayah, Ibu. Kalau begitu Joandra pulang dulu,” kata Joandra sambil bangkit dari duduknya dan mulai melangkah pergi, dan langsung diikuti oleh Jessica.“Hati-hati ya Nak Joandra, jangan kencang-kencang bawa mobilnya,” pesan tuan Andi ikut bangkit dari duduknya juga, tapi tak terlihat mengantar menantunya itu keluar. Sepert
Joandra segera keluar dari kamar Hotel itu. Masuk ke dalam Taxi akibat dia tak melihat mobilnya ada di sana lagi.Di perjalanan pulangnya, Joandra yang merasa kalut segera menelepon orang suruhannya yang selalu menjadi detektif tersembunyinya selama ini.“Halo, Tuan Presdir?” terdengar jawaban di seberang sana.“Ada masalah besar! Dan kali ini kau harus bekerja lebih extra!”Joandra langsung berkata to the point dengan kalimatnya yang terdengar tak terbantahkan.Hening.Tak terdengar jawaban. Tampaknya orang diseberang sana sudah langsung tegang begitu mendengar perintah mematikan yang membutuhkan nyali luar biasa itu.“Kau siap-siap sekarang juga! Nanti akan saya kirimkan detail apa saja yang harus kau cari tau. Mengerti?!” tanya Joandra, yang tidak mau berbicara terlalu jelas, karena Dia sedang berada di dalam Taxi.“Siap, Tuan Presdir!”Joandra langsung mematikan panggil