“Besok pagi kamu boleh jemput Jessica sekalian sarapan di sini, Nak Joandra. Biarkan Jessica tinggal di sini malam ini,” ujar tuan Andi mendukung keinginan putri bungsunya.
Joandra terdiam melihat dukungan ayah mertuanya. Meski dia masih belum percaya dengan kebaikan hati ibu mertuanya, tapi tentunya dia harus menghargai pendapat ayah mertuanya.
“Baiklah kalau begitu,” Jawab Joandra tak ingin berpanjang lebar terlebih saat ini dia mulai merasakan kepalanya sedikit pusing.
Jessica terlihat mengembangkan senyumnya, sambil mengusap lengan Joandra yang hanya duduk di sampingnya.
“Ya sudah Ayah, Ibu. Kalau begitu Joandra pulang dulu,” kata Joandra sambil bangkit dari duduknya dan mulai melangkah pergi, dan langsung diikuti oleh Jessica.
“Hati-hati ya Nak Joandra, jangan kencang-kencang bawa mobilnya,” pesan tuan Andi ikut bangkit dari duduknya juga, tapi tak terlihat mengantar menantunya itu keluar. Sepert
Joandra segera keluar dari kamar Hotel itu. Masuk ke dalam Taxi akibat dia tak melihat mobilnya ada di sana lagi.Di perjalanan pulangnya, Joandra yang merasa kalut segera menelepon orang suruhannya yang selalu menjadi detektif tersembunyinya selama ini.“Halo, Tuan Presdir?” terdengar jawaban di seberang sana.“Ada masalah besar! Dan kali ini kau harus bekerja lebih extra!”Joandra langsung berkata to the point dengan kalimatnya yang terdengar tak terbantahkan.Hening.Tak terdengar jawaban. Tampaknya orang diseberang sana sudah langsung tegang begitu mendengar perintah mematikan yang membutuhkan nyali luar biasa itu.“Kau siap-siap sekarang juga! Nanti akan saya kirimkan detail apa saja yang harus kau cari tau. Mengerti?!” tanya Joandra, yang tidak mau berbicara terlalu jelas, karena Dia sedang berada di dalam Taxi.“Siap, Tuan Presdir!”Joandra langsung mematikan panggil
Belum lagi tuan Andi membuka ponselnya, terdengar suara ketukan di pintu utama depan sana. dan itu membuat tuan Andi tak jadi melihat ponselnya lalu kembali menyimpan gadgednya itu ke dalam kantong celananya.“Mungkin abang Joandra sudah datang. Jessica buka pintu dulu sebentar,” Jessica berkata sambil berdiri.Madam Donna tersenyum melihat wajah datar putri bungsunya. Meski saat ini Jessica terlihat biasa-biasa saja, tapi jelas raut wajahnya tak seceria sebelum kabar itu diketahuinya. Dan melihat itu Madam Donna sudah mulai merasa senang.Joandra menunggu pintu depan itu terbuka dengan hatinya yang terasa ketar-ketir dan berdentam-dentum tak beraturan. Sepanjang perjalanan menuju ke sana tadi Joandra terus memikirkan bagaimana caranya dia menjelaskan pada gadis pujaan hatinya nanti, dan sampai saat ini Joandra masih bingung harus memulai dan menjelaskannya seperti apa.Foto yang sudah tersebar itu benar-benar berhasil menjebak dan mengh
Begitu selesai mencuci kedua piring makannya dan juga Joandra, Jessica berjalan pergi tanpa mengajak Joandra. Dan itu membuat Joandra semakin merasakan ketakutan menderanya.“Ibu, Ayah. Jessica mau ke kamar dulu,” ucap Jessica terlihat permisi dengan ayah dan ibunya yang masih duduk di ruang makan.“Iya Sayang,” tuan Andi menjawab pelan sambil menatap iba wajah putri bungsunya yang terlihat sendu. Tuan Andi merasakan bagaimana hati putrinya itu.Jessica berlalu dan terus berjalan ke arah pintu kamar ruang tamu yang semalam ditempatinya.Joandra langsung menyelipkan tubuh kekarnya itu masuk ke dalam kamar sebelum Jessica menutup dan mengunci pintu kamar itu.“Ngapain?” tanya Jessica yang merasa enggan menatap Joandra. Pria yang dicintainya dan sudah pula meniduri kakaknya secara diam-diam. Bagaimana pun dia sudah berusaha menerima, tetap hati kecil di dalam sana terasa sakit amat luar biasa. Tapi, apa yang bisa dilakukannya? Berita itu sudah menyebar dan tentu saja itu memang sesuatu
Tuan Andi yang terlalu bimbang kembali melontarkan pertanyaannya. Dan pertanyaan itu membuat Joandra menelan salivanya kasar.Kenapa saat ini dia seolah menjadi seorang pria yang begitu bajingan?! Menghamili 2 adik kakak dalam satu waktu?! Oh tidak, Joandra sungguh tak tahan lagi. Dia tak bisa membiarkan pemikiran ini muncul di semua otak publik, sama seperti apa yang saat ini sedang dipikirkan oleh mertuanya. Dia memang tak boleh lengah dan harus turun tangan secepatnya!“Joandra pastikan Claudia tak akan pernah hamil anak Joandra. Joandra yakin dan berani bersumpah jika Joandra tak menyentuh Claudia sedikit pun. Ayah dan Ibu sabar saja, Joandra akan membuktikan itu semua. Dan Joandra pastikan kalau Jessica akan menjadi istri Joandra satu-satunya dan tak akan pernah ada gantinya.”Joandra menjawab tegas sambil berdiri ketika melihat pintu kamar tamu sudah mulai terbuka.Jessica berjalan keluar dari sana setelah dia berbenah diri. Tadinya, selesai mengeluarkan tangisannya yang mampu
Keadaan ini semakin membuat hati Joandra Remuk. Resah, bimbang dan bingung. Joandra bimbang kadar cinta yang dilihatnya dari dalam manik mata istri kecilnya selama ini akan pudar dan menghilang akibat masalah yang begitu mencoreng harga dirinya.Kasus ini terlalu menikam harga diri, dan itu bukan hanya bagi dirinya saja. Tapi bagi mereka berdua bersama-sama. Terlebih hubungan mereka berdua harusnya memang sudah sangat jelas di mata publik. Tapi, kini foto fulgar itu sudah membuat cerita heboh baru dikalangan publik, karena hubungan dan status mereka berdua yang sudah diumumkan waktu itu.Begitu tiba di kediaman mewahnya, Jessica terlihat langsung membuka pintu mobil yang baru saja dihentikan oleh Joandra. Jessica berjalan gontai masuk ke dalam rumah megah milik Joandra dengan matanya yang tak terlihat sinar kehidupan lagi.Joandra berlari kecil menyusul sang gadis pujaan hatinya yang sudah berjalan terlebih dahulu. Ingin sekali Joandra menggapai tangan halus itu dan menggandengnya sep
Joandra yang tak bisa menunggu lebih lama lagi langsung menghubungi orang suruhannya. Mata-mata dan detektif ahlinya selama ini. Doni.“Bagaimana?! Kenapa kerjamu sangat lama dan tak memberi kabar sama sekali?!”Begitu panggilannya sudah dijawab Joandra langsung melontarkan pertanyaan sarkasnya.“M-maaf Tuan Presdir. Barusan saya akan menelepon Tuan untuk mengabari, tapi Tuan sudah dulu—,” gugup Doni dan langsung terdiam saat perkataannya terpotong.“Jelaskan saja bagaimana hasil kerjamu!”Joandra yang hatinya sudah panas dan terbakar emosi memikirkan siapa dalang disebalik semua kejadian tak bermoral itu, sudah tak tahan dan langsung menyerobot tak ingin menunggu.“Semua infonya sudah saya dapatkan Tuan Presdir, semua data-data orang yang bersangkutan juga sudah saya miliki. Salah satu orang suruhannya kini sudah berada di dalam genggaman kita,” Doni menjelaskan dengan singkat dan cepat,
Jessica kembali mendepak tangan Joandra yang kembali ingin memegang lengannya.“Jangan seperti ini. Ayo kita ke Rumah Sakit sekarang!”Joandra berkata tegas tak ingin gadisnya itu kembali membantahnya. Wajah gadisnya itu sudah seputih kapas dan bibirnya juga pucat-pasi dengan getaran yang terus terlihat. Dan Joandra tak ingin ambil risiko jika hal itu berakibat fatal.Tak mau perduli meski gadisnya itu tampak marah sekali dengannya saat ini, Joandra langsung menelusupkan tangannya ke bawah punggung Jessica untuk menggendong gadisnya itu lagi.“Jessica bilang gak perlu!”Jessica kembali berteriak sarkas sambil menggulingkan tubuhnya tak ingin disentuh Joandra.Joandra terdiam. Emosinya kini juga semakin tertantang. Pada saat-saat tertentu, gadis pujaan hatinya itu memang sangat keras dan dia sendiri merasa takut melihat kemarahan gadisnya itu. Tapi, karena kali ini keadaan Jessica begitu memprihatinkan, mau tak m
“Ga perlu, ini ... Jessica hanya lagi datang bulan saja,” jelas Jessica akhirnya sambil menurunkan wajahnya dan melihat ke arah dada Joandra. Ada perasaan malu untuk mengatakan hal itu meski selama ini Joandra sudah mengetahui hal itu. Dan rasa malu serta sungkan itu juga akibat perasaan kacaunya saat ini.‘Andai satu hari kita tak bisa bersama ... alangkah memalukan dan membuat aib.’Jessica membatin di dalam benaknya dengan perasaannya yang sejak tadi bercampur aduk. Dia memang memutuskan akan memberikan kepercayaan pada Joandra, tapi tak bisa dipungkiri semua foto fulgar yang dilihatnya terus mengacaukan suasana hatinya.“Jadi? Ini harus bagaimana? Tak mungkin Abang membiarkan kamu menahan sakit seperti ini, Honey. Lebih baik kamu dirawat di Rumah Sakit saja. Wajahmu terlihat pucat. Abang nggak mau ada sesuatu yang terjadi denganmu.”“Biasanya juga seperti ini. Dan lagi, saat ini rasanya lebih parah mungkin karena ... suasana hatiku sedang tidak baik. Tak apa, nanti akan hilang se