Joandra terdiam sambil menelan salivanya kasar. Berpikir bagaimana caranya agar istrinya itu tinggal di kediamannya lagi dan tak meneruskan berjualan seperti kegiatannya belakangan ini. Pekerjaan berjualan seperti ini terlalu rumit dan membuat gadis pujaan hatinya itu sangat repot, dan Joandra sesungguhnya merasa sangat keberatan.
Terlalu menekankan keinginannya sendiri Joandra juga merasa takut nanti akan kembali membuat Jessica mengubah pikirannya.
“Baiklah.”
Joandra yang tak memiliki pilihan mengiyakan. Meski dia mulai merencanakan sesuatu setelah ini.
Jessica tersenyum saat mendengarkan persetujuan Joandra. Dan itu membuat Joandra menghela napasnya pelan. Bagaimana mungkin setelah menikah nanti mereka tinggal berjauhan lagi? Bagaimana pula ceritanya dengan malam pertama mereka? Dan memikirkan itu mulai membuat Joandra sedikit pusing.
“Apa Honey sudah siap?”
Joandra bertanya untuk menghilangkan kegelisahan hatinya.
Melihat Jessica mulai berjalan pergi Joandra segera memanggilnya. Meski lidahnya terasa kelu, tapi Joandra tak bisa membiarkan keadaan mereka berlalu seperti kemauan istri kecilnya itu saja.“Hmm?”Jessica bergumam pelan sambil menghentilkan langkahnya, dan kembali berbalik menghadap ke arah Joandra.Joandra mengembangkan senyumnya. Berjalan pelan ke arah Jessica yang berhenti dan sedang menunggunya di sana.Joandra berhenti tepat di hadapan Jessica. Memegang kedua pundak istri cantiknya dengan senyumannya yang terus terkembang.“Apa Honey mencintaiku?”Bertanya singkat dengan suara pelannya, dan Joandra mulai mengalihkan sebelah tangannya mengelus wajah halus Jessica.Jessica menatap manik mata Joandra yang kini juga sedang menatapnya dalam.“Kenapa Sayang masih bertanya? ... kalau Jessica tidak mencintai, tidak mungkin Jessica ada di sini saat ini? Untuk apa juga Jessica menikah dengan Sayang kal
Joandra juga ikut masuk ke dalam bathtub, dan mulai memercikkan air ke arah wajah Jessica, membuat Jessica langsung tertawa renyah dan dia juga segera membalas memercikkan air ke arah Joandra. Mereka berdua berbalas-balas memercikkan air, hingga Joandra menangkap tangan Jessica dan membawa gadisnya itu masuk ke dalam pelukannya. Joandra membuka kran shower di atas bathtub dari samping tembok, dan seketika air langsung mengguyur kepala mereka berdua dari arah atas. Mereka berdua mulai mandi bersama sambil terus tertawa ceria. Joandra mematikan keran shower dan mulai menyabuni tubuh Jessica. Sementara itu Jessica juga sambil terus mengulum senyumannya, mulai menyabuni tubuh Joandra yang begitu kekar. Jessica mengusap pelan bonggolan-bonggolan yang terdapat di depan perut Joandra, merasa begitu kagum dengan perut sixpack yang dimiliki oleh suami tampannya itu. Tangan halus Jessica terus mengusap tubuh itu dengan sabun, hingg
“Rilek’s Honey. Aku akan melakukannya dengan hati-hati. Aku tak akan menyakitimu,” bisik Joandra pelan lalu segera mengecup bibir yang bergetar itu, menenangkan Jessica yang terlihat sangat panik dan sedang dilanda ketakutan.Joandra tau ini adalah sesuatu yang baru dan yang pertama kali untuk Jessica, begitu juga dengan dirinya. Meski dia belum berpengalaman, tapi dia tau apa yang harus dilakukannya agar gadisnya bisa ikut menikmati penyatuan mereka, dan setidaknya mengurangi rasa sakit yang ditakuti oleh sang gadis pujaan hatinya.Joandra semakin memperdalam kecupannya, hingga Jessica benar-benar kembali tenang dan menyisakan hasratnya yang membara.Ketika napas Jessica sudah terdengar mendesah penuh gejolak, Joandra segera memulai permainannya.“Emhh!”Jessica mendesah kaget dengan bibir mereka yang masih berpagut, saat usaha Joandra yang perdana itu mengalami kegagalan.Sulit. Rasanya sangat sulit untuk Joan
Joandra mengecup kening dan juga bibir tipis itu singkat, dan lalu mulai menuruni ranjang king size mereka. Joandra langsung berjalan keluar dari kamar utamanya.Leonal yang mendengar pembicaraan antara tuan presdirnya dan juga nona mudanya yang sudah melakukan Akad semalam, hanya terdiam di seberang saja. Leonal tahu pasti ada sesuatu yang penting yang ingin disampaikan oleh tuan presdirnya, tapi enggan didengar oleh istrinya.“Masalah ludesnya pergudangan dengan semua isinya itu tak perlu dipikirkan, kita memiliki Assuransi. Yang penting, hari ini kamu dan Ricko tangani semua anggota kita. Berikan uang santunan pada keluarga yang sudah meninggal. Tanggung semua kebutuhan keluarganya seumur hidup, dan hadiri acara pemakamannya.”Joandra berkata dengan nada tegasnya meski saat ini matanya terasa memanas memikirkan nasib anggotanya yang sudah tewas dan itu pasti dikarenakan mereka ingin menyelamatkan pergudangan dan isinya itu. Ada rasa sedih yang men
Joandra mulai mengungkapkan sedikit dari rencana yang sudah disusunnya. Dia tak ingin menunda terlalu lama dan ingin segera meresmikan dan membuat semua orang tahu jika Jessica memang adalah miliknya. Terlebih setelah melihat ada pria dan itu kepala sekolah, serta anak sekolahan yang terlihat mulai dekat dan terlihat menyukai istri cantiknya itu.Jessica terdiam saat melihat keseriusan Joandra.“Ok. Baiklah. Nanti setelah semua urusan di sini selesai Jessica baru akan kembali ke kontrakan.”Akhirnya Jessica langsung mengambil keputusan. Dia memang harus menjiarahi makam ibu mertuanya, terlebih dia sudah menikah secara sah dengan Joandra.“Ayo kita mandi,” tawar Joandra sekali lagi.“Tapi Sayang jangan macam-macam lagi ya. Janji?!” kata Jessica dengan wajah paniknya.“Iya, paling cuma satu macam saja kok,” jawab Joandra sambil terkekeh.“Sayang?!”“Iya Honey, iya.
“Ya ampun, Sayang PD banget. Belum tentu juga seperti itu kan?”“Jelas itu kenyataannya, Honey. Kita harus punya anak yang banyak biar anak-anak kita ada banyak saudara dan nggak kesepian seperti aku dan Tiffany. Oh iya, minggu depan Tiffany akan pulang, saat itu nanti baru kita adakan acara resepsi pernikahan kita ya Honey.”“Oh, oke. Terserah Sayang saja.”“Jadi bagaimana? Honey mau kita punya anak berapa?” tanya Joandra kembali mengulang pembahasan tadi.“Ih, Sayang,” sungut Jessica dengan wajahnya yang semakin memerah.“Mungkin 3 anak laki-laki dan 3 anak perempuan sudah cukup ya. Atau Honey mau lebih? Aku sih oke oke saja, terserah jika Honey mau 10 atau 20 anak aku juga bersedia,” ujar Joandra lagi mengungkapkan isi hatinya dan menjabarkannya dengan panjang lebar.“Astaga, Sayang?! Kenapa kamu begitu berlebihan. Papa dan Mama sudah benar loh, 2 anak cukup kan
“Wah, begitu sangat bagus. Bukankah semakin cepat Acara ini diselesaikan akan semakin baik, dan kalian bisa melakukan perjalanan bulan madu secepatnya juga.”Kakek Raharja berkata dengan raut wajahnya yang terlihat sangat bahagia. Dia sudah melihat dengan jelas siapa Joandra yang sebenarnya. Lagi pula, tak ada orang yang bisa membantunya selama ini selain Joandra. Dan kini Kakek Raharja sudah menerima dengan baik segalanya tentang Joandra, terlebih cucunya Jessica yang sudah membuat dirinya terselamatkan sampai hari ini. Kakek Raharja sangat mensyukuri itu.“Baiklah kalau begitu. Malam ini Resepsinya akan digelar, dan semuanya diundang dengan segala hormat ke Acara kami. Joandra dan Jessica tak akan ke rumah Ibu lagi karena saat ini Ibu juga sudah ada di sini. Jika semuanya setuju, Joandra akan mendatangkan Tim Make-up Artist ke sini untuk membantu kalian bersiap sore ini. Tapi jika tidak juga tidak masalah sama sekali—,” ujar Joandra lang
“Maksud Ibu apa? Claudia kan sudah membuat jadwal dengan Dokter itu. Sangat sulit membuat janji temu degannya, Ibu. Dan waktu Claudia memang pukul 5 sore nanti,” jelas Claudia di seberang sana juga ikut tak sabar. “Memangnya kenapa?”Ya, Claudia memang sedang memanfaatkan ibunya untuk rencana supernya yang tak boleh gagal kali ini. Jika saja ada ibunya, semuanya pasti akan lebih gampang dan dia jelas akan menang! Dan hari ini dia sudah melakukan janji dengan ibunya untuk bertemu di sebuah rumah sakit.“Malam ini Joandra dan Jessica akan melangsungkan resepsi pernikahan mereka. Dan kamu harus tahu, mereka sudah melaksanakan Akad semalam!"Madam Donna berkata dengan suara panik dan lantangnya, membuat Claudia tercekat di seberang sana. “Bagaimana kita mengatasi masalahmu kalau kita tak bergerak dengan lebih cepat. Jangan sampai mereka keburu mengelar resepsi pernikahan mereka!”“A-apa?! Bukankah mereka sedang