Jessica hanya mengangguk pelan sambil terus mengulum senyumnya, dan lalu langsung berjalan ke arah sebelahnya lagi, bergabung dengan Madam Donna dan juga yang lainnya.
Sebenarnya mereka duduk pada satu lingkaran memanjang yang sama, hanya saja pria dan wanita memang duduk di tempat yang berbeda dan itu hanya saling berhadapan saja.
Acara peringatan hari meninggalnya sang Nenek di mulai tepat pukul 7 malam. Kakek Raharja membuka acara dan lalu semuanya terlihat membacakan dan melantunkan kumpulan-kumpulan Do’a dengan begitu khusyuk, kecuali Gibran dan juga Claudia yang memang sudah merencanakan sesuatu.
Hampir 40 menit sudah berlalu, dan pembacaan do’a sudah pula berakhir. Saat ini mereka semuanya langsung dijamukan dengan makanan yang memang sudah disiapkan sejak awal oleh menantu-menantu Kakek Raharja, kecuali Madam Donna yang memang merupakan putri satu-satunya dari Kakek Raharja.
Begitu Joandra mengitari pandangannya dan melihat ke arah di
“Halah! Kalau uang hasil gajimu berapa sih?! Huh payah! Dasar bodoh dan tidak bisa diandalkan!”Claudia mengoceh sambil berlalu dari sana. Namun, baru bergerak beberapa langkah saja dia langsung kembali berbalik. Dan Claudia melototkan matanya ketika melihat Gibran masih terpaku menatap adiknya dengan tatapannya yang terlihat begitu berbeda.“Gibran?! Kamu lagi ngapain?!”“Hah?! Ini aku juga sudah ingin pergi kok,” kilah Gibran segera berbalik dan ikut dengan Claudia melangkah masuk ke ruang aula tempatnya acara berlangsung.Jessica menghela napasnya kuat-kuat untuk melepaskan rasa sesaknya. Wanita itu benar-benar tidak habis pikir kenapa kakaknya mengatakan saat ini kondisi keuangan mereka juga sedang tidak baik-baik saja. Padahal, sebelum-sebelumnya keuntungan dari hasil penjualan walet sudah menghasilkan ratusan juta rupiah dalam 1 bulan. Kenapa saat krisis moneter baru melanda saja keluarga besarnya itu semuanya langsung sibuk dan heboh mengatakan mereka semuanya sedang dalam masa
Baru kali ini Kakek Raharja yang sudah tua itu merasakan arti sebuah ketulusan. Sebuah ketulusan sederhana yang mampu menghangatkan hatinya yang selama ini begitu dingin.Selama ini dia juga terlalu dibutakan oleh status sosial seseorang. Tingkat kehidupan dan pendidikan yang diperoleh semua cucu-cucunya membuatnya merasa malu memiliki seorang cucu pungut yang tidak melanjutkan sekolahnya ke perguruan tinggi. Dan nilai minus itu sekarang sudah berubah menjadi nilai plus akibat sesuatu yang tidak dimiliki oleh cucu-cucunya yang lain, bahkan ketika semua cucunya itu sudah mengenyam pendidikan yang lebih tinggi dari pada Jessica.Sabar, ikhlas, dan tulus. Semua itu tidak terdapat pada diri cucu-cucunya yang lainnya, termasuk anak dan menantunya semuanya. Dan kelebihan itu ternyata hanya pada seorang generasinya saja. yaitu Jessica Pitaloka.Sopan santun hanya dimiliki oleh cucunya yang selama ini terkucilkan. Bahkan etika, jiwa kepedulian penuh kasih sayang dan kelembutan, juga hanya ada
“Kakek bisa saja. Joan tulus menyayangi Jessica, dan Joan akan menjadi seorang Abang yang bertanggung jawab terhadap adiknya. Joandra janji akan memberikan yang terbaik untuk Jessica tanpa meminta balasan apa pun.”“Kakek tau Joandra akan memberikan yang terbaik untuk Jessica. Dan oleh sebab itu, Kakek menitipkan cucu Kakek yang terlangka ini denganmu. Karena ketika seseorang berada di tangan yang tepat dan diperlakukan dengan tepat, maka ianya akan dihargai dan itu akan menumbuhkan rasa percaya diri.”Kembali kata-kata Kakek Raharja bagai sedang mengoyak beberapa jiwa yang sedang mendengarnya. Secara tidak langsung perkataan itu sudah diperuntukkan kepada menantunya Madam Donna, cucunya Benny dan juga Claudia bukan?! Tapi, dengan santainya Madam Donna malah menyambung perkataan ayahnya dengan wajah sumringahnya tanpa terlihat tersinggung sama sekali.“Iya, Ibu juga merasa sangat senang sekali. Joan memang pria yang sangat baik. Terima kasih kamu sudah memperlakukan Jessica dengan beg
Padahal, 2 hari yang lalu Joandra dengan jelas mendengar jika Claudia kembali meneleponnya dan memintanya untuk mengirimkan uang. Bahkan ibu mertuanya juga menyambung perkataan Claudia ketika itu.“Beneran nih nggak ada?”“Hmm.”Joandra merogoh saku celana jeansnya di belakang sana, dan lalu mengeluarkan dompet kulitnya. Joandra lalu mengeluarkan sebuah kartu dan lalu kembali menyimpan dompetnya.“Ini kartu untukmu. Buku tabungannya ada di rumah. Kode pasword sms bankingnya juga sudah Abang kirim ke ponselmu.”“Huh?! Untuk apa? Jessica nggak butuh kok, Bang.”Jessica begitu kaget melihat Joandra sudah meletakkan kartu itu ke dalam telapak tangannya.“Kamu kan sudah ikut Abang kerja dalam beberapa hari ini, dan itu gajimu,” jelas Joandra tidak ingin membuat gadis kecilnya itu merasa terbebani.Memang. Selama beberapa hari ini, sepulang Kuliahnya Jessica langsung ikut dengan Joandra ke Perusahaannya. Pekerjaan santai diberikan oleh Joandra kepada gadis kecilnya itu, dan itu hanyalah men
Mobil melaju santai dengan suasana hati Joandra yang sangat damai dan tentram. Berada di dekat gadis pujaan hatinya membuatnya begitu tenang, karena jiwanya seolah terbelah ketika gadisnya itu sedang mengikuti pelajaran di kampusnya. Untung ada sahabatnya Daffa yang menjadi tangan kanannya di sana, sehingga Joandra bisa merasa sedikit tenang.Joandra dan Jessica makan berdua seperti biasanya di sebuah Restoran mewah. Begitu selesai makan siang mereka berdua kembali berjalan masuk ke dalam mobil, dan Joandra kembali melajukan mobilnya ke sebuah hotel untuk menemui kliennya yang datang dari luar kota.Joandra mengambil beberapa dokumen pentingnya dan langsung membuka pintu mobilnya untuk keluar.“Sini biar Jessica yang bawain, Bang?”Jessica menyodorkan tangannya untuk mengambil dokumen itu dari tangan Joandra, dan itu membuat Joandra menghela napasnya berat.“Kan Jessica kerja sama Abang, kan?” ujar Jessica lagi ketika melihat raut wajah Joandra yang terlihat akan memprotes tindakannya
“Saya rasa sudah cukup Tuan Gilbert. Tidak baik untuk kesehatan jika diminum saat menjelang sore begini. Lagian, kandungan 70 persen ini juga tidak baik diminum dalam ukuran yang berlebihan.”“Wah wah wah, ternyata Tuan Joandra tidak sembarangan juga bisa langsung tau ini adalah wine kandungan 70 persenan. Hahaa, ayo kita habiskan 1 gelas lagi.”Gilbert kembali mengajak, dan itu membuat Joandra melihat ke arah Jessica.Wajah gadisnya itu sudah terlihat mulai memerah. Mungkin karena kulit Jessica terlalu tipis atau bahkan jenis kulitnya yang sangat putih, sehingga itu membuat wajahnya dengan cepat sekali sudah terlihat memerah saga.“Jessica, kamu baik-baik saja kan?” tanya Joandra dengan cepat.“Hmm. Tapi tenggorakan Jessica terasa sangat panas. Jessica haus Bang,” ujar Jessica yang sebenarnya mulai tidak tahan dengan efek panas di kerongkongannya akibat meminum wine berkadar alkohol yang sangat tinggi itu.“Asisten saya sudah lelah, kami harus pergi sekarang juga,” ujar Joandra tegas
Tubuh Ricko mulai merasa panas dingin ketika dia dipertanyakan tentang sesuatu yang harusnya menjadi bagian dari keahlian seorang Dokter, dan itu bukan dirinya. Teringat dengan Dokter, mata Ricko langsung membesar.“Biar saya sambungkan langsung ke Dokter Hendra, Tuan Presdir,” ujar Ricko dengan cepat.Joandra yang mendengar jawaban Ricko barusan langsung menyentil pelan stang mobilnya, karena harusnya dia memang menghubungi dokter pribadinya selama ini dari pada menghubungi Ricko yang hanya mengetahui masalah pekerjaan di Perusahaannya.“Tidak usah. Kamu perintahkan Dokter Hendra langsung ke RGL sekarang juga! Tunggu sampai aku tiba di sana meski agak lama!” ujar Joandra yang menyadari perjalanannya masih cukup jauh untuk mencapai pusat kota.“Siap Tuan Presdir,”patuh Ricko yang paham jika RGL yang dimaksudkan oleh tuan presdirnya adalah Residence Grand Lion.Joandra meletakkan ponselnya begitu saja dan mulai melajukan mobilnya dengan fokus dan kecepatan di atas rata-rata agar dia bi
Ketika dokter Hendra sudah selesai melakukan tugasnya, kedua laki-laki itu langsung pamit keluar dari kamar Joandra. Dan melihat kesempatan itu, Pelayan langsung berjalan masuk mengantarkan baskom yang berisi air hangat dan juga sebuah handuk kecil.“Ada yang bisa saya bantu, Tuan Muda?” tanya bibi Inah seolah meminta persetujuan untuk membersihkan tubuh Jessica yang terlihat sedang pingsan.“Tidak ada. Letakkan saja itu di atas nakas.”Joandra menjawab pelan sambil melepaskan jam tangan mewahnya dan meletakkannya begitu saja di atas nakas yang ada di sebelah satunya lagi.“Baiklah. Saya permisi Tuan Muda.”Joandra tidak menjawab lagi. Perasaan paniknya sejak tadi membuatnya begitu gerah dan kemejanya pun sudah basah dibagian dadanya. Joandra segera melepaskan kancing-kancing bagian depan kemejanya ketika melihat Pelayannya sudah keluar dan pintu kamarnya sudah tertutup sempurna. Joandra lalu membuang kemej