Padahal, 2 hari yang lalu Joandra dengan jelas mendengar jika Claudia kembali meneleponnya dan memintanya untuk mengirimkan uang. Bahkan ibu mertuanya juga menyambung perkataan Claudia ketika itu.“Beneran nih nggak ada?”“Hmm.”Joandra merogoh saku celana jeansnya di belakang sana, dan lalu mengeluarkan dompet kulitnya. Joandra lalu mengeluarkan sebuah kartu dan lalu kembali menyimpan dompetnya.“Ini kartu untukmu. Buku tabungannya ada di rumah. Kode pasword sms bankingnya juga sudah Abang kirim ke ponselmu.”“Huh?! Untuk apa? Jessica nggak butuh kok, Bang.”Jessica begitu kaget melihat Joandra sudah meletakkan kartu itu ke dalam telapak tangannya.“Kamu kan sudah ikut Abang kerja dalam beberapa hari ini, dan itu gajimu,” jelas Joandra tidak ingin membuat gadis kecilnya itu merasa terbebani.Memang. Selama beberapa hari ini, sepulang Kuliahnya Jessica langsung ikut dengan Joandra ke Perusahaannya. Pekerjaan santai diberikan oleh Joandra kepada gadis kecilnya itu, dan itu hanyalah men
Mobil melaju santai dengan suasana hati Joandra yang sangat damai dan tentram. Berada di dekat gadis pujaan hatinya membuatnya begitu tenang, karena jiwanya seolah terbelah ketika gadisnya itu sedang mengikuti pelajaran di kampusnya. Untung ada sahabatnya Daffa yang menjadi tangan kanannya di sana, sehingga Joandra bisa merasa sedikit tenang.Joandra dan Jessica makan berdua seperti biasanya di sebuah Restoran mewah. Begitu selesai makan siang mereka berdua kembali berjalan masuk ke dalam mobil, dan Joandra kembali melajukan mobilnya ke sebuah hotel untuk menemui kliennya yang datang dari luar kota.Joandra mengambil beberapa dokumen pentingnya dan langsung membuka pintu mobilnya untuk keluar.“Sini biar Jessica yang bawain, Bang?”Jessica menyodorkan tangannya untuk mengambil dokumen itu dari tangan Joandra, dan itu membuat Joandra menghela napasnya berat.“Kan Jessica kerja sama Abang, kan?” ujar Jessica lagi ketika melihat raut wajah Joandra yang terlihat akan memprotes tindakannya
“Saya rasa sudah cukup Tuan Gilbert. Tidak baik untuk kesehatan jika diminum saat menjelang sore begini. Lagian, kandungan 70 persen ini juga tidak baik diminum dalam ukuran yang berlebihan.”“Wah wah wah, ternyata Tuan Joandra tidak sembarangan juga bisa langsung tau ini adalah wine kandungan 70 persenan. Hahaa, ayo kita habiskan 1 gelas lagi.”Gilbert kembali mengajak, dan itu membuat Joandra melihat ke arah Jessica.Wajah gadisnya itu sudah terlihat mulai memerah. Mungkin karena kulit Jessica terlalu tipis atau bahkan jenis kulitnya yang sangat putih, sehingga itu membuat wajahnya dengan cepat sekali sudah terlihat memerah saga.“Jessica, kamu baik-baik saja kan?” tanya Joandra dengan cepat.“Hmm. Tapi tenggorakan Jessica terasa sangat panas. Jessica haus Bang,” ujar Jessica yang sebenarnya mulai tidak tahan dengan efek panas di kerongkongannya akibat meminum wine berkadar alkohol yang sangat tinggi itu.“Asisten saya sudah lelah, kami harus pergi sekarang juga,” ujar Joandra tegas
Tubuh Ricko mulai merasa panas dingin ketika dia dipertanyakan tentang sesuatu yang harusnya menjadi bagian dari keahlian seorang Dokter, dan itu bukan dirinya. Teringat dengan Dokter, mata Ricko langsung membesar.“Biar saya sambungkan langsung ke Dokter Hendra, Tuan Presdir,” ujar Ricko dengan cepat.Joandra yang mendengar jawaban Ricko barusan langsung menyentil pelan stang mobilnya, karena harusnya dia memang menghubungi dokter pribadinya selama ini dari pada menghubungi Ricko yang hanya mengetahui masalah pekerjaan di Perusahaannya.“Tidak usah. Kamu perintahkan Dokter Hendra langsung ke RGL sekarang juga! Tunggu sampai aku tiba di sana meski agak lama!” ujar Joandra yang menyadari perjalanannya masih cukup jauh untuk mencapai pusat kota.“Siap Tuan Presdir,”patuh Ricko yang paham jika RGL yang dimaksudkan oleh tuan presdirnya adalah Residence Grand Lion.Joandra meletakkan ponselnya begitu saja dan mulai melajukan mobilnya dengan fokus dan kecepatan di atas rata-rata agar dia bi
Ketika dokter Hendra sudah selesai melakukan tugasnya, kedua laki-laki itu langsung pamit keluar dari kamar Joandra. Dan melihat kesempatan itu, Pelayan langsung berjalan masuk mengantarkan baskom yang berisi air hangat dan juga sebuah handuk kecil.“Ada yang bisa saya bantu, Tuan Muda?” tanya bibi Inah seolah meminta persetujuan untuk membersihkan tubuh Jessica yang terlihat sedang pingsan.“Tidak ada. Letakkan saja itu di atas nakas.”Joandra menjawab pelan sambil melepaskan jam tangan mewahnya dan meletakkannya begitu saja di atas nakas yang ada di sebelah satunya lagi.“Baiklah. Saya permisi Tuan Muda.”Joandra tidak menjawab lagi. Perasaan paniknya sejak tadi membuatnya begitu gerah dan kemejanya pun sudah basah dibagian dadanya. Joandra segera melepaskan kancing-kancing bagian depan kemejanya ketika melihat Pelayannya sudah keluar dan pintu kamarnya sudah tertutup sempurna. Joandra lalu membuang kemej
Joandra berjalan cepat dengan langkah panjangnya masuk ke dalam kamar mandinya. Dengan cepat Joandra menurunkan Jessica ketika sudah berada di depan kloset, dan Joandra berdiri tegak di sana sambil memegang kantong infus.“A-abang cepetan keluar. Jessica sudah nggak tahan lagi,” kata Jessica cepat sambil membuka kancing celana jeans yang digunakannya.“Gak apa-apa, Abang pegangin kantong infus ini. Abang nggak liat, Jessica cepetan pipis,” ujar Joandra sambil membelakangi punggungnya dan menghadap ke arah pintu kamar mandi.“Abang jangan kayak gitu ih! Jessica udah nggak tahan ini. Cepetan keluar. Sini kantong infusnya.”Tangan Jessica segera menggapai ke depan tubuh Joandra dan ingin mengambil kantong infusnya.“Bandel banget deh! Awas kalau sampai kepipis di celana dan kena lantai kamar mandi. Abang langsung mandiin Jessica sekalian!”“Abang?!” kesal Jessica dengan suara lirihnya.
“Makanya jangan lama-lama mandinya.”“Tapi jangan dibuka dong pintunya kalau Jessica belum selesai. Awas ya, nanti Jessica marah beneran!”Jessica yang mulai merasa was-was merasa ingin bernegosiasi terlebih dahulu untuk menjaga sesuatu yang mungkin akan membuatnya lebih malu dari pada ditemani buang air kecil seperti tadi. Seketika Jessica membayangkan ketika dia berdiri dengan tubuhnya yang polos, dan pintu kamar mandi itu dibuka oleh Joandra. Apakah hal itu tidak akan membuatnya mati berdiri?!“Iya, iya. Nggak kok Abang cuma bercanda doang. Ayo mandi. Ingat ya jangan lama-lama mandinya, nanti kamu bisa masuk angin.”“Hmm.”Joandra segera berjalan keluar dari kamar mandi itu untuk memberi ruang yang nyaman agar gadisnya bisa membersihkan dirinya dengan leluasa, meski sesungguhnya hatinya merasa was-was sendiri takut jika Jessica oleng dan terjatuh.Joandra menutup pintu kamar mandi itu dan la
Mendengar itu Joandra segera membuka laci nakasnya dan mengambil minyak gosoknya dari dalam sana.“Ayo Abang urut bentar,” tawar Joandra sambil duduk di sisi ranjang.“Biar Jessica saja.”“Ck! Abang saja,” kesal Joandra karena terlalu mengkhawatirkan keadaan Jessica yang ternyata masih belum membaik, padahal dia pikir semuanya sudah akan baik-baik saja.Melihat Joandra sudah berdecak marah, Jessica tidak lagi mengeluarkan suara atau membantah sama sekali. Ada rasa sedih yang menyelinap ketika mendengar decakan Joandra barusan, dan entah kenapa itu membuat hati Jessica langsung merasa kesakitan.Joandra mulai menuangkan minyak gosok itu ke telapak tangannya yang besar, lalu mulai meyapunya pada bagian perut Jessica tanpa membuka baju gadisnya itu sama sekali, karena Joandra hanya memasukkan lengannya dari bawahan bajunya saja.Joandra lalu lanjut menyapu minyak gosok itu di bagian punggung Jessica, dan juga di bagian leher sang pujaan hatinya.“Gimana? Apa masih merasa mual?”“Nggak,”