Ketika dokter Hendra sudah selesai melakukan tugasnya, kedua laki-laki itu langsung pamit keluar dari kamar Joandra. Dan melihat kesempatan itu, Pelayan langsung berjalan masuk mengantarkan baskom yang berisi air hangat dan juga sebuah handuk kecil.
“Ada yang bisa saya bantu, Tuan Muda?” tanya bibi Inah seolah meminta persetujuan untuk membersihkan tubuh Jessica yang terlihat sedang pingsan.
“Tidak ada. Letakkan saja itu di atas nakas.”
Joandra menjawab pelan sambil melepaskan jam tangan mewahnya dan meletakkannya begitu saja di atas nakas yang ada di sebelah satunya lagi.
“Baiklah. Saya permisi Tuan Muda.”
Joandra tidak menjawab lagi. Perasaan paniknya sejak tadi membuatnya begitu gerah dan kemejanya pun sudah basah dibagian dadanya. Joandra segera melepaskan kancing-kancing bagian depan kemejanya ketika melihat Pelayannya sudah keluar dan pintu kamarnya sudah tertutup sempurna. Joandra lalu membuang kemej
Joandra berjalan cepat dengan langkah panjangnya masuk ke dalam kamar mandinya. Dengan cepat Joandra menurunkan Jessica ketika sudah berada di depan kloset, dan Joandra berdiri tegak di sana sambil memegang kantong infus.“A-abang cepetan keluar. Jessica sudah nggak tahan lagi,” kata Jessica cepat sambil membuka kancing celana jeans yang digunakannya.“Gak apa-apa, Abang pegangin kantong infus ini. Abang nggak liat, Jessica cepetan pipis,” ujar Joandra sambil membelakangi punggungnya dan menghadap ke arah pintu kamar mandi.“Abang jangan kayak gitu ih! Jessica udah nggak tahan ini. Cepetan keluar. Sini kantong infusnya.”Tangan Jessica segera menggapai ke depan tubuh Joandra dan ingin mengambil kantong infusnya.“Bandel banget deh! Awas kalau sampai kepipis di celana dan kena lantai kamar mandi. Abang langsung mandiin Jessica sekalian!”“Abang?!” kesal Jessica dengan suara lirihnya.
“Makanya jangan lama-lama mandinya.”“Tapi jangan dibuka dong pintunya kalau Jessica belum selesai. Awas ya, nanti Jessica marah beneran!”Jessica yang mulai merasa was-was merasa ingin bernegosiasi terlebih dahulu untuk menjaga sesuatu yang mungkin akan membuatnya lebih malu dari pada ditemani buang air kecil seperti tadi. Seketika Jessica membayangkan ketika dia berdiri dengan tubuhnya yang polos, dan pintu kamar mandi itu dibuka oleh Joandra. Apakah hal itu tidak akan membuatnya mati berdiri?!“Iya, iya. Nggak kok Abang cuma bercanda doang. Ayo mandi. Ingat ya jangan lama-lama mandinya, nanti kamu bisa masuk angin.”“Hmm.”Joandra segera berjalan keluar dari kamar mandi itu untuk memberi ruang yang nyaman agar gadisnya bisa membersihkan dirinya dengan leluasa, meski sesungguhnya hatinya merasa was-was sendiri takut jika Jessica oleng dan terjatuh.Joandra menutup pintu kamar mandi itu dan la
Mendengar itu Joandra segera membuka laci nakasnya dan mengambil minyak gosoknya dari dalam sana.“Ayo Abang urut bentar,” tawar Joandra sambil duduk di sisi ranjang.“Biar Jessica saja.”“Ck! Abang saja,” kesal Joandra karena terlalu mengkhawatirkan keadaan Jessica yang ternyata masih belum membaik, padahal dia pikir semuanya sudah akan baik-baik saja.Melihat Joandra sudah berdecak marah, Jessica tidak lagi mengeluarkan suara atau membantah sama sekali. Ada rasa sedih yang menyelinap ketika mendengar decakan Joandra barusan, dan entah kenapa itu membuat hati Jessica langsung merasa kesakitan.Joandra mulai menuangkan minyak gosok itu ke telapak tangannya yang besar, lalu mulai meyapunya pada bagian perut Jessica tanpa membuka baju gadisnya itu sama sekali, karena Joandra hanya memasukkan lengannya dari bawahan bajunya saja.Joandra lalu lanjut menyapu minyak gosok itu di bagian punggung Jessica, dan juga di bagian leher sang pujaan hatinya.“Gimana? Apa masih merasa mual?”“Nggak,”
Jessica berkata pelan dan langsung keluar dari dalam kamar Joandra, langsung menuju ke lantai bawah untuk sarapan.Joandra yang sudah rapi mengambil ketiga ponselnya yang sudah ditumpukkannya, lalu berjalan cepat menuruni anak tangga. Joandra lalu melangkah ke arah ruang makannya untuk menemui Jessica yang sudah turun terlebih dulu.“Jessica, Abang pergi dulu ya?”Jessica yang sejak tadi menunggu Joandra di meja makan lansgung memutar kepalanya menoleh ke arah Joandra.“Abang nggak sarapan dulu?”“Nanti saja sama teman. Jessica di rumah saja dan jangan ke mana-mana ya. Abang cuma bentar.”Mendengar perkataan Joandra barusan semakin membuat Jessica merasa yakin jika yang akan ditemui oleh Joandra saat ini adalah seseorang yang sangat spesial.“Iya,” jawab Jessica pelan sambil mengembangkan senyumnya meski terasa perih di dalam hatinya.Joandra menyambut senyuman itu dengan balasan senyumannya, dan kemudian langsung melangkah keluar dari gedung Sultannya.Joandra melajukan mobilnya deng
Jessica yang masih kaget dan heran hanya terdiam. Wanita itu terlihat mengikuti apa yang Joandra lakukan saat ini. Duduk diam di samping Joandra dan terus memperhatikan apa yang saat ini sedang Joandra lakukan.Begitu penutup ice cream raksasa itu terbuka, Joandra langsung mengambil sendoknya dan langsung mengerok tipis ice cream lembut itu. Joandra langsung mengarahkan sendok yang sudah berisi ice cream itu ke arah bibir Jessica yang saat ini masih terkatup rapat.“Ayo makan?”“Huh?! M-makan?! Emhh!”Belum selesai Jessica merasa kaget, mulutnya yang sedang berbicara itu langsung dimasukkan sendok yang berisi ice cream itu oleh Joandra, yang tidak ingin membuang waktu dan langsung memanfaatkan kesampatan itu.“Enak nggak? Ini banyak rasa loh, Jessica suka rasa apa?”Joandra bertanya sambil kembali menyendok ice cream itu dan langsung melahapnya dengan cepat. Lalu Joandra kembali mengulanginya dan kembali m
Jessica yang kaget ketika merasakan pundaknya sudah dicekal dan ditarik sedemikian rupa, semakin panik dan ketakutan pula ketika mendengarkan hardikan dan teriakan dari Joandra barusan. Air mata ketakutan itu semakin membanjir meski sesungguhnya Jessica tidak mengerti dengan apa yang sedang dipertanyakan Joandra kepadanya, apa lagi Joandra terlihat begitu emosi dan marah.Ya, wajah tampan itu sudah terlihat memerah hingga menggelap berkabut yang membuat suasana angker semakin terasa, membuat suasana hati Jessica semakin kencup dan langsung menciut. Keberaniannya seakan langsung menghilang ketika melihat perubahan wajah Joandra yang begitu signifikan ketika melihat sesuatu yang barusan ditunjukkannya.“Katakan! Katakan siapa?! Kenapa kamu diam saja?!”Joandra kembali bertanya sambil mengguncang kedua pundak Jessica yang hanya terdiam mematung dan membungkam bibir tipisnya.“M-m-maksud Abang apa? S-siapa apanya? ... kan, kan J-Jessica send
Malam itu berlalu dengan kisah dramatis Jessica yang mampu mengguncang jiwa seorang laki-laki yang belum pernah menyentuh wanita sama sekali. Joandra memberikan ranjangnya untuk ditempati oleh gadisnya, dan dia sendiri tidur di atas sofa seperti biasa.“Jangan Kuliah dulu.”“A-apa? Kenapa memangnya?!”Pagi ini, Joandra yang terbangun saat Jessica sudah rapi dengan pakaian ke kampusnya, langsung mengutarakan isi pikirannya.“Kamu kan sedang datang bulan,” jawab Joandra dengan entengnya. Ya, masalah menstruasi sudah biasa didengarnya apa lagi ketika dulu dia masih kuliah. Terlebih kejadian itu sering sekali membuat bahan olokan ketika sang wanita sampai ketahuan tembus dan terlihat dengan begitu nyata pada pendangan anak laki-laki nakal yang selalu nongkrong di kampus.“Apa salahnya? Tidak ada hubungannya.”“Abang bilang jangan Kuliah dulu.”“Jessica mau. Udah 1 minggu Je
“Bagaimana pengerjaannya?”Joandra kembali bertanya dengan suara santai dan datarnya. Belum memulai ritmenya dengan sempurna. Joandra begitu penasaran ingin melihat bagaimana si paruh baya cecunguk itu menghadapinya saat ini. Menghadapi makhluk yang sudah pernah direndahkannya dan bahkan dianggapnya seperti sampah yang tidak berharga sama sekali.“I-itu ... saya pikir, pengerjaannya harus dibicarakan kembali, Tuan Presdir. Kita tidak bisa mengerjakan ulang dengan memberikan pemotongan harga sebesar 40 persen, karena jika itu sampai terjadi maka kerugian yang kita dapatkan akan mencapai 20 persen.”Paman Faisal menjelaskan pendapatnya setelah dia mendapatkan keberaniannya, dan dia menjelaskan itu dengan suaranya yang terdengar cukup lantang penuh percaya diri.“Oh ya? Lantas ... siapa yang mengerjakan Proyek ini sejak awal?”Joandra kembali bertanya santai sambil melipat kedua tangannya dan meletakkan di depan dad
“Aku kebelet pipis. Aku ke toilet dulu bentar ya Honey,” Joandra mulai berjalan ke arah toilet yang ada di dalam kamar mewah itu, meninggalkan Jessica yang berbaring di atas pembaringan king size super mewah itu.Jessica bangkit dan duduk di sisi ranjang. Menurunkan kedua kakinya ke bawah, dan kembali melihat ke sekeliling kamar itu. Kamar yang sangat luar biasa, yang pastinya sangat disukai oleh anak-anak mereka satu saat nanti, karena kamar itu terlihat begitu indah degan nuansa yang sangat menyejukkan jiwa.Melihat ada dipenser dan kulkas di sana, Jessica mulai melangkah ke arah dispenser tersebut. Jessica yang merasa kehausan mulai menuangkan air ke dalam gelas dan menenggaknya untuk menghilangkan dahaga yang menyerangnya.Setelah menghabiskan segelas air, Jessica kembali mengisi gelasnya dan lalu berjalan ke arah ranjang.“Honey. Kamu ngapain?” tanya Joandra yang terlihat buru-buru menutup pintu toilet, dan segera menyusul Jessica.“Nggak. Aku hanya ingin minum saja Sayang. Haus
“Hehee. Sayang bisa saja. Ya sudah, Sayang hati-hati ya. Jangan kenceng-kenceng nyetirnya.”“Siap Bidadari hatiku. Muahh!” Joandra ikut meluahkan rasa di dalam benaknya saat ini, dan itu membuat Jessica terkekeh di seberang saja.“Byee.”Joandra yang merasa tersemangati segera melajukan mobilnya dengan hatinya yang merasa begitu bahagia dan berbunga-bunga.Selama hidupnya, hanya 2 wanita yang pernah membuat hatinya bahagia menggebu-gebu seperti ini, dan itu adalah ibu dan juga istri kecil kesayangannya yang begitu dicintainya.-Beberapa hari sudah terlewati, dan saat ini Joandra sedang membimbing Jessica dengan matanya yang di tutupi dengan kain.“Kita mau ngapain Sayang?”“Ada deh.”“Jangan main-main ah. Jessica jangan dikagetin pakai binatang ya. Nanti Jessica bisa pingsan loh Sayang,” sungut Jessica yang sangat takut dikerjai, apa lagi dia memang sangat takut dengan beberapa binatang.“Nggak kok Honey, tenang saja. Sebentar lagi kita sampai,” ujar Joandra hanya tersenyum mendengar
Joandra kembali mengutarakan pertanyaan pada pria itu, karena saat ini Joandra sudah mulai menguasai keadaan yang sebenarnya.Hening.Tampaknya pria itu sulit sekali menentukan keputusannya.“Jika kau mengatakan yang sebenarnya dan menceritakan seluruh kronologinya dengan jelas, aku yakin aku bisa membantu meringankan masa tahananmu. Tapi kamu harus bisa bekerja sama dengan pihak Kepolisian. Aku akan menjamin keamananmu. Setidaknya kamu masih sedikit berguna untuk keluargamu, dari pada kamu mati sia-sia oleh ancaman dari orang yang sudah memerintahkanmu.”Mendengar perkataan Joandra yang panjang lebar itu membuat pria itu kembali menangis.“Terima kasih Tuan Presdir. Terima kasih. Saya tak takut mati sama sekali. Saya akan bekerja sama dengan pihak kepolisan untuk Tuan Presdir. Saya akan menceritakan segalanya secara detail. Tapi, tolong lindungi keluarga saya,” ujar pria itu akhirnya, dan perkataannya itu membuat Joandra mengembangkan sebelah ujung bibirnya.“Tentu saja. Kamu tak per
“Iya suamiku. Baiklah,” Jessica langsung mengiyakan agar Joandra tak mengkhawatirkan keadaannya.Joandra terkekeh pelan dan langsung mengecup sayang bibir Jessica beberapa kali.“Aku pergi sekarang ya, Honey. Hati-hati. Ayah juga ada di rumah, Ayah tak ke mana-mana hari ini,” pesan Joandra lagi agar istrinya itu tak merasa sendiri akibat ditinggalkannya sebentar.“Oke.”Akhirnya Joandra melangkah pergi setelah dia mengecup berulang kali wanita yang begitu dicintai dan amat disayanginya.Mobil melaju membelah jalanan siang ke arah Jakarta Timur dengan tujuan Joandra yang sudah terencana sejak pagi tadi.Joandra yang sudah tiba di kantor kepolisian Jakarta Utara langsung menemui Inspektur Jenderal Mahes untuk berbincang sejenak, sebelum dia menemui anggotanya yang sudah menghianatinya dan sudah membuat masalah besar kali ini. Tentu tak ada api kalau tak ada pemantik. Dan saat ini Joandra ingin mencari tahu s
“Maaf Tuan Presdir. Saya hanya ingin mengabari jika yang menjadi dugaan Tuan Presdir semalam benar adanya. Ada orang luar yang sudah membayar orang dalam kita melakukan kecurangan. Bahkan dengan sengaja menciptakan kecelakaan besar ini.”“Maksudnya?”Joandra terlihat menajamkan pendengarannya dan memicingkan matanya.“Ada saingan bisnis kita yang sengaja menciptakan kecelakaan ini. Dia memanfaatkan orang kita untuk niatnya itu. Dengan menggunakan cairan khusus penghancur beton, kejadian semalam menjadi sangat fatal dan melibatkan begitu banyak pekerja kita.”Joandra terlihat begitu tegang. Sebenarnya Joandra sangat kaget mendengar kabar itu. Bagaimana bisa saingan bisnisnya melakukan kecurangan sefatal itu hanya untuk menghancurkan nama baik perusahaan konstruksinya?! Apakah orang itu tak punya hati dan tega hingga menghilangkan beberapa nyawa sekaligus?!Joandra yang terkejut besar menelan salivanya kasar. Rasa
“Semua itu kenyataan dan Faktanya, Claudia! Kamu jangan lupa dengan apa semuanya yang sudah kamu lakukan selama ini. Tunggu saja tanggal mainnya!” desis Joandra begitu geram dan langsung melangkah pergi.Panas! Joandra benar-benar merasa sangat panas dengan keadaan yang menghimpitnya saat ini. Urusannya tentang bisnisnya dan juga hal-hal yang sudah terjadi di luar sudah sangat meguras pikirannya. Kenapa saat ini ibu mertuanya dan Claudia kembali datang mengacaukan suasana hatinya! Joandra benar-benar merasa geram!Tapi, Joandra tetap berusaha sabar. Dan itu semuanya dilakukannya demi Jessica.‘Licik dan gila! Wanita ular itu memang benar-benar sudah tak waras! Kasihan anaknya nanti memiliki ibu gila seperti dia!’Joandra membatin kesal dan segera berjalan pergi mengurus segala sesuatu agar istrinya bisa keluar malam ini juga.Selesai mengurus semuanya, Joandra segera naik ke atas menuju ke ruangan Jessica. Ternyata Joandra d
“Apa yang Ibu bicarakan?! Tentu saja Joan menyayangi Jessica. Kalau tidak, untuk apa Joandra menikahinya?” jawab Joandra gusar mulai terpancing emosi, bahkan kini rahangnya sudah terlihat mengeras akibat menahan amarahnya.‘Ada hak apa Ibu bicara seperti itu?! Apa yang mereka rencanakan, kenapa sekarang keadaan seakan berbalik. Padahal selama ini mereka yang selalu membuat Jessica menderita dan menangis! Bukankah mereka hanya menganggap Jessika anak pungut,’ kesal Joandra tak lagi meladeni ibu mertuanya, dan segera melangkah ke arah ranjang bed di mana Jessica terlihat sedang terbaring lemah.“Lalu, ngapain aja kamu? Sampai istri sendiri masuk Rumah Sakit saja kamu sampai nggak tahu! Lucu!”Kembali terdengar cicitan Madam Donna yang begitu menyakitkan pendengaran Joandra.Joandra terdiam mendengar ucapan ibu mertuanya. Meski itu memang benar adanya, tapi mendengar semua perkataan ibu mertuanya saat ini membuat Joandra merasa sangat bingung sekaligus was-was.“Sudahlah. Jangan membahas
Joandra merasa begitu penasaran dengan apa yang terjadi, dan ingin mencari tahu bagaimana kronologinya hingga kejadian perdana ini bisa terjadi pada Perusahaan Kontruksi raksasanya yang menjadi Konstruksi ternama dan nomor satu di kota Metropolitan.Joandra tak menuju ke lokasi konstruksi Mall Twenty yang sedang dibangun itu, dia langsung menuju ke kantor polisi agar bisa menangani masalahnya dengan cepat. Padahal dia sudah memutuskan ingin pulang ke kontrakan untuk mengabarkan istri kecilnya, tapi kejadian ini membuat semua rencananya gagal dan menjadi tertunda.Joandra mulai sibuk berurusan di kantor kepolisian dengan pembicaraan dan pembahasannya bersama kepala kepolisian daerah Jakarta Utara. Bahkan setelah selesai membahas segalanya, mereka bersama-sama menuju lokasi kejadian untuk melakukan peninjauan ulang dan untuk memastikan kalau memang ada sesuatu yang dirasakan mengganjal di sana.Kesibukan Joandra hari ini benar-benar menguras waktunya hingga malam hampir tiba, bahkan dia
“Kamu sudah datang Mas Joan. Ayo duduk di sini,” Claudia berkata santai dengan tak tahu malunya.Glukk!Joandra menelan salivanya kasar. Namun, Joandra tak memperdulikan sapaan Claudia.“Selamat siang Dok,” sapa Joandra melihat ke arah Dokter Denata.“Siang Tuan Joandra. Silakan duduk Tuan, saya akan menjelaskannya di sini, karena kalian sudah sama-sama berada di sini,” ujar Dokter Denada tampak serius.Perasaan Joandra seketika menjadi tidak karuan. Entah mengapa melihat wajah Claudia yang berseri-seri, membuat Joandra menjadi resah dan pikirannya menjadi kacau setengah mati.Joandra duduk di samping Claudia, di hadapan dokter Denata dengan dipisahkan oleh sebuah meja kerja dokter Denata.Dokter Denata mengeluarkan sebuah amplop putih dan meletakkannya di atas meja.“Ini adalah hasil dari tes DNA yang dilakukan kemarin. Dan saya akan menjelaskan hasilnya agar Tuan Joandra dan nyonya Cl