“Bagaimana pengerjaannya?”
Joandra kembali bertanya dengan suara santai dan datarnya. Belum memulai ritmenya dengan sempurna. Joandra begitu penasaran ingin melihat bagaimana si paruh baya cecunguk itu menghadapinya saat ini. Menghadapi makhluk yang sudah pernah direndahkannya dan bahkan dianggapnya seperti sampah yang tidak berharga sama sekali.
“I-itu ... saya pikir, pengerjaannya harus dibicarakan kembali, Tuan Presdir. Kita tidak bisa mengerjakan ulang dengan memberikan pemotongan harga sebesar 40 persen, karena jika itu sampai terjadi maka kerugian yang kita dapatkan akan mencapai 20 persen.”
Paman Faisal menjelaskan pendapatnya setelah dia mendapatkan keberaniannya, dan dia menjelaskan itu dengan suaranya yang terdengar cukup lantang penuh percaya diri.
“Oh ya? Lantas ... siapa yang mengerjakan Proyek ini sejak awal?”
Joandra kembali bertanya santai sambil melipat kedua tangannya dan meletakkan di depan dad
Joandra menyunggingkan sebelah ujung bibirnya ketika melihat wajah Paman Faisal yang terlihat penuh dendam dan tidak puas atas tindakan yang sudah diambilnya dalam sekejap tadi. Andai saja itu adalah orang lain, tentu saja Joandra masih akan mempertimbangkannya sekali lagi.‘Ini baru pembalasan permulaan ... jika nanti kalian masih berani macam-macam denganku, aku pastikan kalian semuanya akan menjadi gembel dan tinggal dijalanan!’ batin Joandra sambil menyingkirkan dokumen yang tadi ada di hadapannya.Joandra kembali fokus membahas masalah tender besar yang mereka dapatkan, dan Joandra mulai menyunting beberapa kontraktor terbaik yang dimiliki oleh Perusahaannya. Tentu saja orang yang menjadi pilihannya harus memiliki kemampuan di atas rata-rata yang bisa mengemban tugasnya dengan baik. Dan kali ini Joandra yakin tidak akan ada kepala kontraktornya yang akan berani melakukan kesalahan serupa dengan perbuatan Paman Faisal lagi, setelah tadi mereka sem
“Hehee, iya Bang.”“Minum sup hangatnya. Itu baik buat kesehatanmu.”“Abang kayak dokter saja,” ujar Jessica sambil terkekeh pelan begitu mendengar perkataan Joandra barusan.Joandra hanya mengulum senyumnya ketika mendengar apa yang dikatakan oleh gadis kecilnya. Melanjutkan makannya dan terus mengambilkan lauk-pauk untuk wanitanya yang harus dijaga kesehatan jiwa dan raganya.Ketika mereka berdua keluar dari dalam restoran itu, awan mendung terlihat menggantung di atas cakrawala, dan itu membuat suasana yang masih siang itu terlihat mulai menggelap.“Mau hujan loh. Ayo cepat,” ujar Joandra segera menggandeng tangan Jessica dan berlari kecil ke arah mobilnya.Begitu Joandra menutup pintu mobil untuk Jessica, hujan tiba-tiba langsung mengguyur dan itu membuat Joandra berlari mengitari mobilnya segara masuk ke dalam mobilnya.“Kok tiba-tiba bisa hujan? Padahal tadi biasa-biasa saja
“Siap Tuan Presdir,” patuh Ricko yang memang sudah mengetahui jadwal penting itu, hanya saja waktunya yang belum ditentukan oleh Joandra sejak kemarin.Joandra memutuskan panggilan dan kembali fokus melihat ke jalanan depan yang terlihat lumayan lancar, dan itu sudah pasti karena ini bukanlah malam panjang bagi kaum muda-mudi.Begitu tiba di residence sultannya, Joandra segera naik ke atas dan langsung masuk ke dalam kamarnya untuk membersihkan dirinya. Selesai membersihkan tubuhnya, Joandra segera berjalan keluar dan langsung menuju ke arah kamar Jessica.Tok! Tok!Cklek!Joandra mengetuk pintu itu dan segera membuka handle pintu. Tapi ternyata pintu itu terkunci.‘Loh, kok dikunci?’“Jess?!”Joandra memanggil sambil terus memutar handle pintu berulang kali. Ada rasa khawatir setelah sekian jam lamanya dia tidak melihat dan juga tidak menghubungi gadis kecilnya itu.“Jessica?!&r
“Selamat pagi Tuan Presdir. Silakan,” ujar Ricko mempersilakan Joandra duduk pada kursi kebesarannya di sebuah ruangan yang begitu mewah dan luas. Bahkan meja itu melingkar begitu besar dengan keadaan tengah yang kosong.Puluhan Manager dari cabang The Lion Bank tampak duduk di deretan kursi yang ada di bagian kiri dan kanan yang bersusun tiga tingkat seperti kursi bioskop itu, karena pada meja melingkar itu sudah duduk belasan jajaran Direksi penting yang ada di bawah kedudukan Joandra yang bertugas pada Bank Pusat, yang mengurus perseroan sesuai dengan perintah atasan mereka yang memang pun sudah ada pada ketentuan tertulis yang bisa berubah kapan saja apabila sang Presiden Direktur menginginkannya.“Selamat pagi. Saya tidak akan memperkenalkan diri saya lagi karena saya yakin semuanya sudah mengenal saya dengan jelas.”Joandra mulai membuka percakapannya ketika dia sudah duduk di atas kursi kebesarannya, dengan sebuah mic podium mimbar
“Hah?! I-itu ... Rumah Sakit Cendana, Tuan Presdir.”Terdengar suara yang berkata dengan nada tidak yakin, tapi Joandra tetap santai dan melihat ke arah Ricko.Ricko mengerti apa yang harus dilakukannya, dan Ricko segera mencatat nama rumah sakit yang pastinya nanti akan menjadi tugas selanjutnya untuk menuntaskan masalah itu.“Baiklah. Kalau benar ibu Anda sedang sakit dan membutuhkan uang yang segitu banyak, saya tidak akan mempermasalahkannya. Tapi ingat, andai saja ini sebuah kepalsuan ... maka Anda akan tahu apa konsekuensi yang harus Anda hadapi nanti. Sekian pertemuan kita hari ini.”Ringkas dan singkat. Begitulah Joandra. Selama ini dia memang tak pernah basa-basi karena waktunya yang sangat berharga.Selesai berkata Joandra langsung berdiri dan melangkah pergi, membuat Ricko buru-buru mengambil beberapa file dan juga dokumen untuk dibawanya kembali.Setelah Joandra masuk ke dalam mobilnya, dengan cepat pula J
Tidak ada selera sama sekali untuk makan malamnya saat ini, tapi Joandra terus mengunyah dan terus makan dengan begitu cepat. Mungkin pria itu hanya ingin agar dia tidak sakit, sehingga apa rasa dari makanan itu pun sudah tidak diperdulikannya lagi.Malam itu berlalu dengan cepat, bahkan keesokan harinya Joandra keluar tanpa menunggu Jessica.Begitu selesai sarapan, Jessica yang heran tidak melihat mantan abang iparnya itu pun menunggu dengan duduk santai di sofa depan.‘Kenapa Abang kok masih belum bangun? Nggak biasanya seperti ini,’ batin Jessica sambil membenarkan ikatan tali sepatu putihnya. Ya, hari ini Jessica berpakaian lebih casual. Jika dia selalu memakai celana panjang dengan baju kemeja panjangnya, kali ini wanita itu tampak mengenakan celana jeans dan juga baju kaos santai yang dimasukkannya ke dalam celana jeans berwarna biru tersebut.Jessica memutuskan memakai sepatu berwarna putih senada dengan baju kaosnya, dan kemudian dia k
Joandra memutuskan panggilan dan melajukan mobilnya ke pusat utama Perusahaannya, The Lion Group. Joandra kembali sibuk memantau berbagai bisnisnya dalam bidang yang berbeda yang sedang berjalan dan banyak terjadi pertimpangan di sana sini.Ketika sore sudah mulai menjelang, Joandra mulai menelusuri permasalahan-permasalahan bisnis ekstraktifnya yang bergerak di bidang Batu Bara, dan akan dikunjunginya besok pagi sesuai jadwal yang sudah ditetapkannya.Hari itu berlalu seperti hari sebelumnya, Joandra sudah menyerahkan tugas penting yang harus diemban oleh Leonal. Yaitu menjaga dan mengantar jemput Jessica ke mana pun wanita itu inginkan.Seperti hari yang sebelumnya pula, Jessica kembali dijemput oleh Leonal ketika dia sudah selesai jam pelajarannya, dan setelah pulang Jessica tidak segera megisi perutnya untuk makan siang, dan kembali sibuk dengan kegiatan belajarnya di dalam kamarnya yang begitu nyaman.Sore ini Joandra sengaja pulang lebih awal karena
Memang benar apa yang dikatakan oleh sebuah pepatah. Sekuat-kuatnya laki-laki, wanita yang dicintainya adalah kelemahannya yang paling hakiki. Dan air mata itu sudah membuat hati yang sudah diteguhkannya dalam 2 hari ini kembali tidak tahan untuk tidak mendekap gadis kecilnya yang sudah terlihat terisak meski tanpa suara sama sekali.“Kenapa menangis lagi ...? Maaf kalau perkataan Abang ada yang salah. Ayo kita makan malam dulu.”Joandra berbisik pelan sambil menunduk dalam dan mendekap Jessica dari arah punggungnya. Mengusap kepala itu dengan pelan dan lalu mengecupnya penuh sayang.Hening.“Jessica mau mandi dulu. Abang makan saja dulu kalau sudah lapar.”Setelah menahan isakannya dan menenangkan dirinya, akhirnya Jessica menjawab sambil menegakkan kepalanya pelan.Joandra ikut menegakkan punggungnya. Joandra lalu memutar kursi belajar gadis kecilnya dan segera menangkupkan kedua telapak tangannya yang lebar pada wa