“Benar yang Lu bilang. Gua memang terlalu bodoh. Kenapa Gua nggak menyadari itu sama sekali. Sejak kapan dia bermain api di belakang? Gua sungguh membenci wanita itu! Gua gak akan memaafkan dan menyesali keputusan Gua ini sampai kapan pun!” kesal Ricko lagi meracau tak tentu arah setelah tubuhnya di baringkan Leonal di atas sofa.
“Lu gak usah ngomong kayak gitu dulu. Lu itu gak tau ... cinta dan benci itu bedanya tipis Bro! Jangan sampai ntar Lu jilat ludah sendiri ketika Lu memafkannya dan memutuskan balik dengannya. Lu bucin sih.”
Kini Leonal menyambar sebuah bantal sofa dan langsung meletakkannya di atas lantai. Pria itu lalu langsung merebahkan tubuhnya di atas lantai keramik yang dingin itu dengan santainya.
“Sial! Benar-benar sial! Gua gak terima diperlakukan seperti ini, Leonal! Lu harus bantu Gua untuk balas dendam! Gimana pun caranya, wanita itu harus merasakan sakit yang sama seperti yang sudah Gua rasakan saat ini!&
Dia tidak memiliki ponsel dan pegangan uang cash lagi. Tidak ada barang berharga yang dimilikinya pada tubuhnya juga, karena cincin permata merah yang diberikan oleh Joandra ketika itu pun sudah ditinggalkannya di dalam laci yang ada di dalam kamarnya. Tapi, di dalam buku nikahnya yang ketika itu Joandra berikan padanya, terselip sebuah kartu yang saat itu sebenarnya sudah dikembalikannya, dan itu baru disadari oleh Jessica setelah dia pulang dari perusahaan raksasa The Lion Group malam itu.Apakah Jessica akan menggunakan kartu itu untuk kebutuhan hidupnya sebelum dia mendapatkan gaji dari hasil pekerjaannya?! Tapi, bukankah Joandra terlihat begitu membencinya bahkan tega mengusirnya dan membiarkannya pulang dalam keadaan gelapnya pekat malam seperti waktu itu. Bahkan kejadian itu yang sudah membuat Jessica memutuskan untuk tidak mencoba menemui pria yang ternyata sudah menjadi suami sahnya, dan mungkin pria yang dikaguminya itu kini sudah menganggapnya mati!Pagi ini, Joandra terban
“Saya tidak akan mempertahankannya, Tuan Presdir. Saya juga sudah langsung memutuskan semuanya saat itu juga.”“Bagus.”“Dan saya berjanji tidak akan melakukan kesalahan sekecil apa pun lagi. Sekali lagi saya minta maaf, Tuan Presdir.”Ricko yang masih saja merasa bersalah karena hubungannya yang masih terjalin itu, kembali melontarkan kata-kata permintaan maaf kepada Joandra di depan sana. Ricko adalah seorang pekerja keras dan merupakan tulang punggung keluarganya, dan dia tidak ingin sampai dipecat hanya karena masalah wanita yang sudah pun menduakan hatinya.“Karena sekarang kamu sudah memutuskannya, maka aku tidak akan mempermasalahkannya dan memecatmu. Tapi ...,” ujar Joandra menjeda perkataannya.“T-tapi apa Tuan Presdir?!” tanya Ricko dengan hatinya yang merasa ketar-ketir. Jangan bilang dia akan diturunkan jabatan dalam sekejap?!“Apa kamu tidak ingin membalaskan dendammu itu? Memangnya kamu bisa terima diperlakukan seperti itu?!”“Tentu saja saya marah dan tidak terima, Tuan
“N-Nona Muda?!”Ternyata itu adalah Jessica, dan Ricko terkejut luar biasa mendapati nona mudanya kini malah bekerja menjadi pelayan di rumah makan yang sangat sederhana itu.“T-Tuan, P-Pak Ricko. Sytt! Tolong jangan katakan pada siapa pun jika saya berada di sini. Termasuk Tuan Presdir. Please, saya mohon ....”Dengan cepat Jessica berbisik pelan dan memohon sambil mendekapkan kedua telapak tangannya dan meletakkannya di depan dadanya. Nampan itu kini sudah didekapnya dengan sebelah tangannya.“Nona Muda kenapa bisa ada di sini?!” tanya Ricko dengan suaranya yang kini sudah dipelankannya menyerupai bisikan.“Ceritanya sangat panjang. Tapi tolong, jangan katakan pada Tuan Presdir jika saya ada di sini. Jika Pak Ricko mengatakannya, maka saya akan pergi lebih jauh lagi dari sini.”Deg!Ricko menelan salivanya berulang kali ketika mendengar permohonan nona mudanya yang sudah sekian waktu ini dicarinya bersama Leonal. Meski bukan Joandra yang meminta mereka mencari wanita itu, tapi menda
Dengan sedikit berlari Ricko langsung membuka pintu mobil dan langsung mendudukkan dirinya di dalam mobil yang terasa sangat dingin itu.“Maaf Tuan Presdir saya sedikit lama.”“Jalan.”Joandra tak lagi menjawab dan pria yang selalu terlihat sarkas dan dingin itu langsung memerintahkan Leonal.Sepanjang perjalanan pulang Ricko hanya diam dan terus memikirkan apa yang harus dilakukannya saat ini. Dia tentu saja tidak bisa mendiamkan semua ini terus-terusan, dan Ricko bertekad untuk membantu menyatukan kembali hubungan tuan presdirnya dan juga nona mudanya.Meski dia belum mengetahui apa yang sebenarnya sudah terjadi saat itu, tapi Ricko yakin nona mudanya itu tidak berniat melukai hati tuan presdirnya. Hati yang kini terlihat membeku dan membatu, dan semua itu terlihat begitu nyata setelah tuan presdirnya kehilangan nona mudanya.Sebagai seorang laki-laki Ricko bisa memahami apa yang tuan presdirnya rasakan, terlebih sa
Joandra semakin mengeraskan rahangnya. Emosinya kini mulai naik ke atas ubun-ubun. Tapi, Joandra tidak ingin membuat keributan sepagi ini, lagian dia masih memiliki urusan yang lebih penting dari pada melayani saudara tirinya yang tak punya rasa malu itu.Tak ingin perduli lagi, Joandra langsung melangkah pergi meski tangannya sudah terkepal erat.“Dasar pecundang!” ejek Kenrick menahan geramnya di dalam sana, dan Joandra yang sudah melangkah pergi tak ingin memperdulikannya lagi.Ya. Sudah 2 hari ini Kenrick begitu senewen dan naik darah. Malam itu, saat ketiga orang suruhannya melaporkan jika mereka tidak berhasil melumpuhkan lawannya, Kenrick langsung marah besar. Apa lagi setelah mendengar bahkan sehelai rambut Joandra saja tidak bisa mereka sentuh karena pria itu ternyata sangat tangguh dan memiliki ilmu bela diri yang sangat luar biasa.Kenrick tak terima. Dia ingin membuat Joandra mati! Setidaknya lumpuh atau cacat juga tidak masalah. Yang penting pria itu tidak akan terlihat
Penyesalan memang selalu datang terlambat, dan bagi Joandra tidak ada seorang pun yang bisa lepas dari pembalasannya karena dia hanya merupakan Manusia biasa. Dia bukan Tuhan. Yang memiliki hati luar biasa pemaaf dan selalu memberikan kesempatan pada umatnya yang ingin bertobat.Beberapa hari sudah berlalu, pagi ini Joandra kembali melakukan kinerjanya seperti biasanya. Dan karena berbagai kesibukannya, banyak hal penting yang tak bisa ditanganinya sendiri sehingga dia memang selalu membutuhkan kedua orang kepercayaannya itu. Siapa lagi kalau bukan Ricko dan juga Leonal.“Hari ini kamu harus ke luar kota, Ricko. Kamu urus masalah yang terjadi di cabang Bank yang ada di Semarang. Dan kamu Leonal, kamu ke perbatasan kota untuk melihat kemajuan pembangunan itu. 1 bulan lagi semua pekerjaan harus sudah clear sesuai berita acara yang sudah dibuat, dan harus langsung serah terima tepat waktu.”“Baik, Tuan Presdir,” jawab Leonal cepat.&l
"Mana mungkin saya mengembalikan kartu itu kepada tuan Presdir, Nona Muda? Jika saya mengembalikan kartu itu, artinya Nona muda harus siap karena tuan Presdir pasti akan ke sini untuk mencari Nona muda, dan saya tidak mungkin masih bisa menyembunyikan lagi keberadaan Nona muda seperti saat ini.”Jessica tercekat ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Ricko barusan. Apa yang dikatakan oleh Ricko memang benar adanya, dan itu membuat Jessica merasa semakin bingung. Jelas dia tidak ingin menyimpan kartu itu lagi, karena itu hanya akan membebankan dirinya.“Kalau begitu Pak Ricko tolong simpankan buat saya. Kartu ini sangat membebankan saya, dan saya juga tidak membutuhkan kartu ini sama sekali,” ujar Jessica ingin menyodorkan kartu itu ke arah Ricko, namun keburu ada pelayan yang datang dan langsung menghidangkan makanan di atas meja itu.Jessica kembali menarik kartu itu sebelum teman kerjanya melihatnya.“Kita makan siang dulu, Non
Sore mulai menjelang.Ricko melihat jam tangannya sambil membuka pintu mobilnya. Waktu sudah menunjukkan hampir pukul 4 sore ketika dia menyelesaikan semua tugasnya di lokasi.Ricko lalu menyalakan mesin mobilnya, tapi pria itu terlihat tercenung tak juga mulai menjalankan mobilnya.Ricko mengambil ponsel baru yang tadi dibelikannya dengan tujuan memberikan pada nona mudanya. Tapi dasar Jessica yang keras kepala, dia tidak ingin mengambilnya sama sekali.Pikiran Ricko terus melayang. Dia mulai merasa bimbang jika satu ketika tanpa disadarinya nona mudanya itu kembali menghilang. Maka orang yang paling bersalah saat itu pasti adalah dirinya.Ricko menjalankan mobilnya perlahan, dan dia menghentikan mobilnya tak jauh dari rumah makan di mana tempat nona mudanya bekerja saat ini. Dari kejauhan Ricko mulai memantau dan terus memperhatikan pintu rumah makan itu, dia sedang melakukan apa yang saat ini terpikirkan olehnya.Kini malam mulai merayap