“Awas kalau kamu sampai gagal lagi! Dan untuk kalian berdua, aku harap kalian itu harus hati-hati. Jangan sampai semua ini bocor. Jika sampai semua rencana kalian ini tercium dan terendus oleh pihak yang berwajib, kalian tanggung sendiri akibatnya!” kecam Kenrick yang seakan tak ingin terlibat di dalamnya.
Kenrick berkata sambil berdiri dari duduknya, dan lalu langsung melangkah pergi dari sana. meninggalkan Claudia yang sedang tersenyum bersama sekutunya.
Dia adalah Gibran. Ya, Gibran Wagendes yang sebenarnya sudah akan bebas dari tahanannya akibat uang yang sudah disogok oleh ayahnya, tapi sebelum waktunya tiba dia sudah bisa berkeliaran bebas saat ini karena mendapatkan jaminan dari Kenrick tentunya.
Entah sudah berapa banyak uang yang Kenrick keluarkan untuk misinya dalam mendapatkan Jessica. Awalnya dia sengaja ingin merampas apa yang menjadi milik Joandra, tapi siapa sangka akhirnya dia terperangkap dan terpanjara oleh rencananya itu sendiri. P
“M—maaf Tuan Presdir. Tapi, kami memang sudah berusaha keras. Rasanya hampir tidak ada jalan dan gang kecil serta seluruh perumahan-perumahan hingga pinggiran kota yang terlewatkan. Benar-benar sudah tak ada jalan yang belum kami lewati Tuan Presdir, tapi kami tak melihat Nona Muda sama sekali. Apa mungkin ... Nona Muda sudah terbang ke Luar Negeri Tuan Presdir?” tanya Leonal di ujung penjelasannya barusan.Joandra terdiam setelah mendengarkan penjelasan dari Leonal terlebih ketika mendengar pertanyaan di ujung perkataannya itu. Sebenarnya Joandra pun sudah tahu bagaimana kinerja dua orang kepercayaannya selama ini, dan itu sebenarnya tak perlu diragukannya lagi.“Tidak mungkin. Pasportnya ada denganku.”Joandra bergumam pelan ketika dia mengingat jika dia tak memberikan pasport milik Jessica kala itu, dan mengingat hal itu membuat Joandra sedikit tenang. Meski buku nikah istrinya itu sudah diserahkannya, tapi sampai hari ini Joandr
Tuan Andi terlihat terkejut besar, hanya saja dia berusaha untuk bersikap normal. Tidak ingin membuat keadaan itu menjadi kacau akibat kepanikannya sendiri.“Joandra?! K-kenapa kamu ada sini, Nak?” tanya tuan Andi sambil mengarahkan tubuhnya ke arah Joandra yang saat ini sedang menatapnya dengan pandangan tak percaya.Tanpa menjawab, Joandra segera mengambil belanjaan dari kedua tangan ayah mertuanya. Dia tidak menyangka pertemuannya ini akan melihat ayah mertuanya hidup susah seperti ini, bahkan sampai harus berbelanja sendirian dengan usianya yang seharusnya tak lagi melakukan pekerjaan berat.Saat tinggal dirumahnya saja, ayah mertuanya itu tak pernah melakukan sesuatu apa pekerjaan. Bahkan makan saja semuanya sudah dipersiapkan, dan nasi pun langsung ada di depan mata. Joandra tak tega melihat ayah mertuanya itu mengangkat beban berat dan cukup banyak seperti itu.“Nggak apa-apa, Nak. Ayah bisa membawanya,” ujar tuan Andi berus
“Joan tahu Ayah. Makanya Joandra mohon dengan sangat dengan Ayah, tolong ajak Jessica pulang ke rumah kita, ya? Joandra tidak bisa hidup tanpa kalian di sana. Rasanya hidup Joandra tidak ada artinya sama sekali.”Joandra kini sudah memegang tangan ayah mertuanya, menggenggamnya dengan erat. Memohon dengan sangat agar ayah mertuanya itu akan pulang ke Residence mewahnya itu lagi, karena dia pun tak merasa pernah mengusir kekasih pujaan hatinya itu. Padahal saat itu dia hanya meminta agar istrinya itu keluar dari kamarnya. Tapi, Joandra sadar mungkin perkataannya memang terlalu kasar.Jika saat ini ayah mertuanya itu setuju untuk pulang, tentu saja otomatis Jessica juga akan pulang kembali ke kediamannya.Tuan Andi tak tahu apa Joandra sedang berdrama atau tidak. Pria itu masih sangat muda. Dia tampan dan seorang Triliuner ternama. Tapi, untuk apa dia melakukan itu semuanya jika memang dia tidak benar-benar mencintai purtri bungsunya itu? Apa lag
“Ayah? Aduh, berat banget ya?”Begitu ayahnya masuk ke dalam rumah, Jessica yang baru saja selesai makan langsung menyongsong ayahnya.“Nggak apa-apa, Nak. Ayah bisa, ini ringan saja kok. Kamu sudah selesai makan belum?”“Sudah Ayah, barusan. Kalau begitu Jessica mau beres-beras dan cuci piring dulu. Barusan tadi ada yang order nasi ramas Jessica. Pak Rendra mesan 20 bungkus dan Agusta mau 5 piring nasi ramas buat di makan di sini untuk besok pagi. Lihatlah, nasi ramas Jessica semakin hari semakin banyak peminatnya loh Ayah.”Jessica membari tahu ayahnya dengan wajahnya yang terlihat begitu senang dengan matanya yang terlihat berbinar-binar.“Pak Rendra, Agusta? Maksudnya Kepala Sekolah SMA yang di depan itu?” tanya tuan Andi sedikit ragu dengan dugaannya.“Iya, Ayah. Sama anak SMA yang sering nongkrong di sini itu.”“Oh, baguslah. Jadi besok bisa cepat habi
“Ini, Pak. Silakan makan,” ujar Jessica menyerahkan piring itu ke tangan Rendra.“Jangan panggil Pak Pak terus lah, Jess. Aku merasa sangat tua. Cukup anak-anak itu saja yang memanggilku dengan sebutan Pak, kamu jangan. Masa nanti kalau kamu punya anak, dan anakmu akan memanggilku dengan sebutan Kakek, sama seperti panggilannya kepada Paman, iya kan?”Rendra berkata begitu santai dan berani, meski ada tuan Andi di sana. Dan perkataannya itu kembali membuat tuan Andi serta Jessica tertawa renyah.“Bapak ada-ada saja. Saya panggil Pak karena Anda itu Kepala Sekolah, Pak Rendra. Tidak sopan rasanya kalau hanya memanggil nama saja, kan?”“Kan Jessica bukan murid aku toh?”Kali ini Jessica dan tuan Andi kembali tertawa. Perkataan Rendra benar-benar membuat lelucon di pagi ini.“Ya sudah kalau begitu saya panggil Abang sajalah. Biar masih terdengar sopan,” ujar Jessica sedikit menga
Jessica kembali mengingat bagaimana Joandra membentaknya kasar, dan juga mengatakan dirinya adalah wanita murahan saat itu. Mungkin di mata orang lain memang terlihat seperti itu, dan Jessica tidak ingin kembali terjebak oleh keadaan. ternyata Joandra melihatnya serendah itu, dan itu sangat menyakitinya hingga ke titik sisi hatinya yang terdalam. Untuk apa bersama jika pandangan Joandra padanya seperti itu? Tak ada artinya jika sisi terburuk seorang wanita sudah diucapkan begitu sarkas oleh pria yang sudah pun menjadi suaminya.“Honey, Abang minta maaf. Abang memang bersalah karena sudah mengatakan itu. Maafin Abang ya Honey?” Joandra berkata dengan sungguh-sungguh, dan mencoba menggapai tangan Jessica. Tapi Jessica langsung mundur dan mengalihkan kedua tangannya ke arah belakangnya.“Jangan pegang saya lagi, Tuan. Saya bahkan tidak pantas memanggil Tuan dengan sebutan ‘Abang’ lagi kan? Jangan membuat hidup Tuan sial karena menemui saya la
“Gurih? Emang makanan?” jawab Jessica sambil menyendokkan irisan bawang yang akan ditaburkannya ke atas 5 piring makanan yang sudah selesai dibuatnya. “Itu teman-teman kamu ya?” tanya Jessica ketika melihat ada 4 orang anak yang sama berseragam SMA sedang berjalan ke arah terasnya.“Iya Kak. Mereka penasaran karena Agus bilang ada nasi ramas yang enak banget. Mana penjualnya manis kayak madu gini,” ujar Agusta lagi sambil tersenyum manis, membuat mulut Joandra langsung mengangga mendengarkan istrinya yang sedang digombal oleh anak SMA itu di depan matanya.“Hehee. Kamu ini bisa saja. Anak Sekolah kudu belajar yang benar, jangan sampai nanti gagal dan harus mengulang duduk di bangku kelas 3 sampai 2 kali,” Jessica segera menanggapi itu dengan candaan santainya sambil menasehati.“Hehee. Iya kakak cantik. Agusta janji pasti lulus. Nanti kalau sudah pengumuman kelulusan, Agus akan borong semua jualan kak Jessica
Mata Jessica yang sejak tadi terus melotot marah ke arah Joandra mulai terlihat berubah ketika dia melihat kilatan di dalam manik mata Joandra. Bola mata Jessica terlihat bergeser ke kiri dan ke kanan menatap manik mata pria yang sudah menuduhnya dan menghakiminya sedemikian rupa saat itu. Sungguh, ketidak percayaan Joandra terhadapnya membuat rasa sakit itu sangat mendominasi sampai saat ini, dan Jessica tak bisa melupakan hinaan pria yang katanya adalah suami sahnya meski hanya di atas sebuah buku kecil itu.Melihat mata Joandra sudah memerah dengan bibirnya yang membungkam, Jessica segera mengalihkan pandangannya. Dia terlalu takut melihat itu dan merasa khawatir dia akan luluh hanya karena tatapan yang mampu melumpuhkan hatinya itu. Dia segera mengambil beberapa baskom yang sudah kosong itu dan langsung melangkah masuk ke dalam kontrakannya.Melihat Jessica sudah berjalan masuk, Joandra segera mengambil apa yang bisa dibawanya dan langsung mengekori Jessica masuk k