Ya. Pria itu bernama Hermanto, dan putri mereka bernama Tasya.
“Jangan sentuh Tasya dengan tangan kotormu, Aleta. Pantas kamu sering tidak pulang dengan alasan lembur dan keluar kota. Ternyata selama ini kamu melakukan ini di belakangku?”
Terdengar suara parau Hermanto. Suara pertanyaan itu terdengar datar dan tak begitu membahana. Untuk kategori orang yang sedang disakiti, suara itu terdengar begitu pelan. Mungkin hati pria itu sudah terlanjur kecewa.
Ya, jika sudah tidak pulang dan istrinya itu bermalam dengan prmuda yang terlihat bagai seorang brandalan itu, tentu saja hak sebagai seorang suami itu sudah dinodai. Hermanto yakin istrinya sudah tidur dan memberikan apa yang seharusnya hanya boleh menjadi miliknya selama ini. Dan itu membuat kekecewaan yang begitu dalam terlihat nyata dengan suara parau dan juga bibir tebalnya yang terlihat bergetar.
Sebenarnya ini menjadi salah satu alasan Joandra tidak membiarkan Aleta Windy dan pemuda pemai
Ya, saat ini semua kemarahan Joandra sedang bercampur aduk. Semua kemarahannya sedang berkecamuk dan berbaur dengan perasaan galaunya yang saat ini sedang menghadapi masa sulit dengan Jessica.Kedua tangan Aleta Windy saat ini juga sudah dipegang oleh dua orang anggota polisi. Dan sepertinya kedua polisi itu masih sedang menunggu perintah Joandra yang selanjutnya.Joandra menoleh ke arah Hermanto yang sedang mendekap putri kecilnya dan sedang mencium sayang gadis kecil yang sejak tadi berada di dalam gendongannya. Mata pria itu juga sudah terlihat basah oleh rasa panik dan mungkin juga rasa harunya karena putrinya masih dalam keadaan baik-baik saja.Sejak awal Joandra sudah mencari tahu bagaimana tentang Hermanto dan bagaimana latar belakang pria yang ternyata merupakan anggota dari pada salah satu kepala bagian konstruksi di bawah naungan perusahaannya. Ya, pria itu memang pria yang sangat pekerja keras dan terlihat sangat berdedikasi dalam menjalankan segala m
Ketika mendengarkan perkataan Joandra kali ini, wajah Hermanto langsung terlihat memerah. Ya, dalam beberapa bulan ini hudupnya memang agak terasa sulit. Apa lagi setelah istrinya tidak pernah lagi memberikan uang hasil kerjanya untuk biaya terapi putri mereka yang harus dilakukan setiap akhir pekan. Semua hasil kerja istrinya ternyata sudah diberikannya pada selingkuhannya, dengan alasan dia sedang ada keperluan pribadi.“Baik, Tuan Presdir. Terima kasih banyak sekali lagi. Saya tidak akan pernah melupakan bantuan Tuan Presdir. Saya berjanji akan selalu bekerja dengan baik.”“Tidak masalah. Pulanglah. Leonal akan mengantarkanmu.”“Terima kasih Tuan Presdir. Terima kasih. Kami pamit dulu.”Hermato menunduk hormat dengan begitu dalam, dan lalu memutar tubuhnya mengikuti langkah Leonal yang sudah berjalan pergi terlebih dahulu.“Kita meeting darurat sekarang, Ricko. Panggil semuanya ke sini sekarang juga.”Terdengar perintah Joandra sambil dia mendudukkan tubuhnya di atas kursi kebesara
Tidak ada lagi kata-kata yang mampu keluar dari dalam mulut Joandra. Dan itu memang menjadi kebiasaannya tak mampu mengungkapkan isi hatinya di hadapan ibunya, sama seperti ketika ibunya masih hidup. Joandra membiarkan air matanya itu terus bergulir seiring bibirnya membaca berbagai kalimat yang dibacanya dari dalam buku kecil itu dengan khusyuknya.Joandra terus membaca berulang kali buku yang dipegangnya, hingga dia merasa sesaknya berkurang dan hatinya menjadi mulai plong dan nyaman lagi. Ya, itu memang sangat sederhana.Setelah Joandra merasa tenang dan lega, Joandra menutup buku itu dan meletakkan kembali pada tempatnya. Joandra lalu kembali mengecup dan meraba batu nissan yang tak berdebu sama sekali itu sambil tersenyum tulus.“Joan pergi dulu, Mama. Waalaikumsalam.”Joandra kembali melajukan mobilnya dan langsung melewati gedung mewahnya. Joandra tidak berhenti di kediaman sultannya itu untuk makan siangnya yang sudah tertunda tadi. Pria itu langsung melajukan mobilnya keluar
Srett!Sudah sedemikiannya Joandra menahan rasa sakitnya dalam beberapa waktu ini, dan ternyata kali ini gadis kecilnya itu mulai berani dan ingin pergi dengan pria lain?! Dan pria itu adalah pria yang paling dibencinya sekaligus menjadi musuh tersembunyinya selama ini?!Atau ... benarkah gadis pujaan hatinya itu sudah menjalin hubungan dengan saudara tirinya itu dalam beberapa hari ini?! Dan itu artinya Jessica memang tidak menyukainya, sehingga dia sudah jatuh cinta pada lelaki jahanam tersebut.Sungguh Joandra tidak lagi bisa mentorerir hal ini.“Kita pulang sekarang!”Joandra berkata pelan penuh nada tekanan sambil menyambar lengan Jessica dan akan langsung menarik gadis kecilnya itu pergi. Tapi, ternyata Kenrick juga melakukan hal yang sama! Dan pria itu juga menarik lengan Jessica yang satunya lagi.“K-kalian kenapa?!” kaget Jessica tersentak kaget ketika kedua tangannya sudah ditarik oleh kedua pria yang sedang
Ya, Kenrick memang memiliki tubuh proposional yang terlihat begitu tegap dan juga kekar, meski tak sebagus tubuh yang dimiliki oleh Joandra. Selain itu, pria yang terlihat lebih dewasa dari pada Joandra itu terlihat tak pernah marah sama sekali di depan mata Jessica, bahkan melihat wajah itu sedang marah saja Jessica tidak pernah. Entah itu memang watak aslinya, atau kah hanya sedang menjadi sesuatu keharusannya saat ini sebagai seorang Dosen di kampus? Entahlah, dan Jessica mulai terlihat nyaman berdekatan dengan Kenrick selama beberapa hari terakhir ini.“Apa pun itu?” tanya Jessica spontan setelah pikirannya terpikir dengan masalah utamanya saat ini. “Tentu saja.”“Apa ... Mister punya—,” ujar Jessica terpotong.“Kent. Panggil aku Kent saja. Atau kamu mau panggil Mas, Abang juga boleh, apa lagi kalau mau panggil sayang. Aku sangat welcome sekali,” potong Kenrick sambil tersenyum manis dan menatap sekilas ke arah Jessica sambil tetap terus menyetir mobilnya.“Huh?! Eh, oh i-iya. Ap
Tanpa mengingat makan siangnya lagi, Joandra langsung melajukan mobilnya ke perusahaan pusatnya, The Lion Group. Hari ini banyak sekali dokumen yang harus ditanda tanganinya. Terlebih semua dokumen itu belum di periksa oleh Ricko yang diperintahkannya mengurus masalah di luar kota sejak semalam.Joandra terduduk diam pada kursi kebesarannya di dalam ruangan khusus Presiden Direktur yang ada pada Perusahaan pusatnya. Joandra terlihat mengurut-ngurut kepalanya yang terasa berdenyut-denyut akibat memikirkan hubungannya dengan Jessica yang semakin hari terasa semakin memburuk, terlebih ketika tadi mendapati Jessica begitu beraninya sudah menghempaskan tangannya dan lebih memilih pergi bersama laki-laki lain.Detak jantung itu masih terasa berdentum dengan begitu hebatnya hingga saat ini. Joandra tidak bisa menerima jika Jessica yang begitu dicintainya memperlakukannya sedemikian. Tapi, apa yang harus dilakukannya jika cinta itu lebih besar dari pada rasa marahnya?! Sanggupkah dia marah de
Pagi ini Joandra berangkat sendiri ke Pulau Bali untuk langsung mensurvey sebuah kawasan luas yang akan dibangun Hotel Raksasa lengkap dengan pusat perbelanjaan yang juga akan dibangun menyatu dengan bangunan hotel raksasa tersebut, sesuai dengan permintaan kliennya.Keputusan itu memang sangat mendadak. Seharusnya Leonal yang sudah ditugaskan oleh Joandra ke Pulau Bali saat itu. Tapi, karena suasana hatinya yang sedang tidak baik itu membuatnya seketika langsung memutuskan pergi sejenak untuk mencari solusi terbaik baginya sendiri dan tentu juga untuk gadis pujaan hatinya itu.Beberapa hari sudah berlalu.Joandra memantau keadaan Jessica di kediamannya melalui cctv yang terpasang di seluruh sudut gedung sultannya itu. Selama beberapa hari itu pula Joandra tak pernah berhenti mendapatkan kabar dari kedua bodyguardnya yang senantiasa memantau keberadaan Jessica ketika tak sedang berada di lingkup gedung sultannya.Sama seperti yang dikatakan oleh Jessica,
“Kenapa tidak bisa?” tanya Kenrick lembut dan langsung menangkap kedua belah tangan Jessica, memegangnya erat sambil menatap lembut manik mata Jessica yang kini sudah terlihat mulai berkaca-kaca. “Nanti Aku yang akan membiayai seluruh pengeluaranmu. Aku akan membelikanmu sebuah rumah dan mobil agar kamu bisa merasa lebih nyaman. Jika nanti Jessica sudah merasa yakin dan mantap, baru kita akan melangsungkan pernikahan. Bagaimana menurutmu?”Kenrick berkata dengan begitu lancar dan tanpa terlihat ragu sedikit pun, dan mendengar perkataannya saat ini membuat bola mata Madam Donna langsung bersinar-sinar dan terlihat membola.“Astaga Jessica, kamu kenapa bisa seberuntung ini Sayang? Nak Kent langsung melamar untuk menjadikanmu tunangannya saat ini, sungguh ini merupakan suatu kehormatan yang tidak terkira. Nak Kent begitu mapan langsung ingin membelikan rumah dan mobil untuk Jessica? Ini beneran apa hanya bercanda saja?”Madam Don