Hening.
Jessica hanya diam dan tak menjawab sama sekali. Sama seperti Joandra yang masih terdiam hanya melihat dan mendengarkan, meski hatinya mulai merasa was-was entah Jessica sudah mendengarkan perkataannya tadi atau tidak. Dan itu mulai membuat Joandra resah.
“Heh pecundang! Ngapain lagi Lu ke sini? Aku akan menikah dengan Jessica malam ini, apa kamu memang sengaja datang untuk menghadiri pernikahan kami? Oh, kalau begitu terima kasih banyak sudah bersedia menjadi saksi pernikahanku malam ini.”
Kenrick berkata lantang dengan senyumannya yang terus terkembang.
Benci.
Entah kenapa tiba-tiba Jessica menjadi begitu benci melihat Kenrick yang berkata begitu lantang dan penuh percaya diri. Padahal pria itu awalnya juga sudah berjanji tidak ada persyaratan sama sekali untuk membantu kakaknya itu keluar dari Penjara. Pria yang baru dikenalnya tak lama itu hanya meminta bertemu dengan orang tuanya saja, dan itu pun untuk membicarakan permasa
Tangan kekarnya itu seakan langsung mengembang dan membuat pegangan itu langsung terlepas. Sementara kedua kakinya juga langsung mengeluarkan tenaga yang begitu dahsyat seolah ada kobaran angin yang membuat kedua orang yang sedang mencekal kedua kakinya dengan begitu kuat itu langsung melepaskannya begitu saja.Begitu tangan dan kakinya terlepas, Joandra langsung melakukan gerakan memutar.Tendangan putaran puting beliung dilakukan secepat kilat, dan keempat orang yang tadi sudah berani menyentuh tubuhnya langsung terpental tak beraturan. 2 orang ke kiri dan 2 orang lagi ke arah kanan. Dan itu membuat Kenrick mendelikkan matanya.Kejadian itu memang terjadi begitu cepat. Dan itu membuat mereka semuanya seolah sedang menonton kejadian itu dalam satu kali kelipan mata saja.Kenrick tak ingin membuang waktunya. Dia kembali melompat dan melakukan tendangan.Joandra juga tidak hanya diam membiarkan.Pergulatan Joandra dan Kenrick berlangsung sengit.Sebenarnya bisa saja Joandra langsung me
Leonal membuka pintu mobil dan mempersilakan tuan presdirnya serta nona mudanya masuk ke dalam sana. Leonal lalu melajukan mobil tuan presdirnya dengan kecepatan sedang.“Abang harus ke Rumah Sakit,” bisik Jessica yang sejak tadi pandangannya tak lepas dari wajah pria pujaan hatinya yang terlihat begitu memprihatinkan. Pria yang sebenarnya adalah suaminya sendiri. Ternyata cintanya memang tidak salah berlabuh selama ini.“Nggak perlu, Abang baik-baik saja. Tampaknya kamu yang harus ke Rumah Sakit. Wajahmu pucat sekali, Istriku?”Jessica terdiam. Dia ingin tersenyum karena terlalu senang mendengarkan ucapan Joandra barusan. Tapi, dia tidak yakin melakukan hal itu setelah dia mengingat apa yang sudah dilakukannya siang semalam pada pria yang sudah menyelamatkannya lagi, dan itu untuk yang kesekian kalinya.Jessica menundukkan wajahnya dan lalu terdiam tak berani berbicara.Sejak tadi ternyata dia sedikit lupa dengan apa yang s
Mendapati jawaban sarkas seperti itu kembali membuat Madam Donna melongo. Mobil itu sudah langsung bergerak pergi dan Kenrick ternyata benar-benar meninggalkan mereka semuanya, termasuk para bodyguardnya yang yang ditinggalkannya begitu saja tanpa kata.Di sebuah Rumah Sakit yang sangat berkelas, Jessica sedang terbaring lemah. Rambut panjangnya tergerai begitu saja, dengan pergelangan tangannya yang terpasang oleh jarum infus.Joandra duduk pada sebuah kursi di samping ranjang Jessica dengan kepalanya yang sedang diletakkannya pada pinggiran ranjang Jessica sambil memegang jemari tangan gadis kecilnya yang tampaknya sudah terlelap.Ya, saat ini sudah hampir pukul 3 dini hari.Wajah dan tubuh Joandra sudah bersih dari noda darah yang awalnya melekat di pakaian dan wajahnya. Kini Joandra juga sudah berganti dengan pakaian yang sudah diantarkan oleh Ricko barusan.Wajah tampannya itu tidak ada yang tergores, hanya saja sudut bibirnya terlihat memerah dengan sebagian terlihat mulai terli
“Hmm. Tentu saja,” Jessica menjawab risih sambil menyingkirkan lengan kekar Joandra yang sudah mulai mengangkat rok bawahannya. Entah mengapa itu membuat Jessica merasakan mereka itu memang sudah seperti pasangan suami istri benaran saja. Dan memikirkan itu semakin membuatnya merasa cemas.Akhirnya Joandra melepaskan tubuh Jessica yang dari tadi terus direngkuhnya karena khawatir dengan kondisi wanita pujaan hatinya itu. Selesai melepaskan tubuh gadisnya Joandra mulai melangkah berbalik ingin meninggalkan kamar mandi.“Uhh!”Jessica meringis kaget ketika tubuhnya terasa oleng berpapasan saat dilepaskan oleh Joandra barusan. Ternyata tubuhnya itu masih begitu lemah dan tak berdaya, meleset dari perkiraannya sendiri. Jessica segera berusaha menggapai-gapai dinding kamar mandi disampingnya.Joandra segera berbalik ketika mendengar suara kaget Jessica barusan, dan langsung menangkap tubuh Jessica yang oleng dan akan terjerembab sesaat
Joandra berkata sambil menahan debaran dan getaran di dalam dadanya yang terasa begitu berbeda, karena hasratnya kini sudah terasa semakin membuncah saja. Ternyata hasrat yang disertai rasa sayang dan cinta itu sungguh terasa berbeda. Tidak ada keinginan untuk melampiaskan meski sangat menginginkannya. Dan Joandra mencoba bertahan dengan kadar cintanya yang begitu sempurna.“A-abang, A—aku ... Jessica ... k—kita kan bukan, b-belum?" Jessica tergagap-gagap, begitu kikuk saat melihat mata Joandra yang terlihat begitu berbeda. Menatapnya begitu dalam dan membuat degup jantungnya menjadi tidak karuan.“Kita kenapa? Kita adalah sepasang Suami-Istri, dan aku bertanggung jawab menjaga dan membantumu di sini. Karena istri itu memang merupakan tanggung jawabnya seorang suami, bukankah begitu?! Abang tidak akan seperti Jessica. Pergi begitu saja dan meninggalkan Abang meski sudah tau kalau Abang itu adalah suamimu sendiri. Sudah dijemput malah ditolak dan dipermalukan. Abang tidak seperti itu.”
“Abang jangan asal menuduh gitu dong. Jika Abang punya alasan untuk kebohongan yang Abang lakukan selama ini, sama halnya Jessica juga punya alasan yang kuat kenapa bisa ingin bertunangan dengan bang Kent dengan begitu terburu-buru lagi,” ujar Jessica ingin meluruskan semuanya sebelum mereka semakin saling salah paham.“Tuh, manggilnya aja sudah dekat gitu kan ... gimana hati Abang.”“Ini semuanya memang sangat sulit untuk dijelaskan. Tapi mister Kent tidak ingin Jessica memanggilnya seperti itu, dan dia minta Jessica memanggilnya dengan sebutan abang atau mas gitu. Lagian panggilan Abang kan biasa untuk panggilan umum.”“Nah itu Jessica tahu. Lalu, kenapa nggak ada panggilan kesayangan yang spesial buat Abang selama ini? Apa itu artinya Jessica memang tak menganggap Abang seorang yang spesial. Jujur saja, kalau memang Jessica keberatan dengan status kita ... maka Abang akan segera mengurusnya.”“Abang
Joandra langsung memanggil Jessica dengan wajahnya yang terlihat begitu panik. Kemudian dia segera berjalan masuk dan meletakkan beberapa kantong makanan dan minuman itu ke atas meja. Joandra lalu segera menuju ke arah toilet ketika dia melihat pintu toilet itu tertutup.“Jess?!” seru Joandra sambil mengetuk pintu toilet yang terkunci dari dalam.Tidak ada sahutan, karena Jessica memang tidak ingin mengeluarkan tenaganya yang saat ini begitu berharga.“Jessica? Kamu di dalam, kan?!"Jessica yang sudah selesai di dalam sana, segera mengambil botol infusnya dan lalu membuka pintu toilet itu dengan gerakannya yang memang agak lamban.Cklek!“Kok teriak-teriak sih?” tanya Jessica dengan wajahnya yang terlihat berkeringat.“Jess, kamu baik-baik saja kan? Ngapain ke kamar mandi sendirian? Kanapa nggak nunggu Abang saja?” tanya Joandra beruntun dan terlihat begitu panik.Joandra langsung membopong tubuh itu tanpa berkata lagi. Dan Jessica pun tak menolaknya.“Iya, Jessica baik-baik saja kok
Joandra mendudukkan gadisnya di hadapan sekotak mie putih yang terlihat begitu menggoda.“Aku membeli mie putih, ini enak sekali rasanya. Sayurannya juga sangat baik buat kesehatan. Ayo Jessica coba dulu? Kalau nggak suka nanti jangan dimakan.”“Abang sudah mirip seperti Dokter,” Jessica menjawab sambil terkekeh pelan.“Abang hanya akan menjadi Dokter khusus untukmu seorang saja.”“Bagaimana dengan Tiffany?” tanya Jessica mengingat adik kesayangan Joandra yang dia kenal satu-satunya. Bertanya iseng sambil mengulum senyumnya.“Iya, tentu saja Fany juga. Maksud Abang, untuk wanita yang aku cintai hanya akan ada kamu saja,” Joandra menjawab sambil ikut terkekeh, lalu Joandra mulai menyuapi mie putih yang sedikit berkuah itu ke dalam mulut Jessica.“Gimana? Enak nggak?”Jessica hanya tersenyum sambil mengangguk. Ini adalah pertama kalinya Joandra memperhatikannya deng