Aletta terbangun dengan kepala yang berdenyut nyeri, jari telunjuk dan ibu jarinya menekan keningnya untuk meringankan rasa nyerinya itu, sementara matanya menyapu sekelilingnya yang terasa asing olehnya.
'Di mana aku? Hotel? Apa ini hotel?' hatinya bertanya-tanya.
Dengan panik Aletta bergerak duduk bersandar pada kepala tempat tidur, dan merasa keanehan pada tubuhnya sendiri. Tidak pernah sebelumnya ia tidur tanpa mengenakan busana sama sekali.
Dan siapa yang menanggalkan pakaiannya?
Aletta mencoba mengingat kenapa ia bisa berakhir di sana tanpa sehelai benang pun di tubuhnya. Ingatannya hanya samar-samar saat ia lebih memilih menghabiskan minumannya, alih-alih menjawab pertanyaan Leon mengenai hal pribadinya, saat mereka bermain truth or dare.
Aletta mengerang pelan sambil merutuki dirinya sendiri, entah sudah berapa banyak gelas yang ia minum dan akhirnya berakhir di tempat yang asing.
"Siapa yang membawaku ke sini dan memanfaatkan aku? Leon? Guzman? Tidak mungkin Leuis, kan?"
Dan jawabannya berada tepat di depannya, ketika seorang pria melangkah keluar dari dalam kamar mandi hanya dengan mengenakan sehelai handuk yang terlilit di pinggangnya, rambut basahnya mengalirkan tetesan air ke dada terbuka pria itu. Sontak saja Aletta histeris karenanya,
"Leon? Ya Tuhan! Apa kamu yang sudah merawanin aku?"
Dari tiga orang pria yang bersamanya semalam, kenapa harus Leon? Pria yang sangat Aletta benci!
"Tenang saja! Aku janji, aku akan bertanggung jawab!" jawab Leon sambil mengibas tangannya dengan santai.
***
Dua bulan sebelumnya.
"Zakkenroller! Thief! Dief! Copet! Jambret!"
Perhatian Aletta dari deretan butik-butik teralihkan oleh suara teriakan seorang wanita paruh baya, yang tasnya baru saja dijambret.
"Merde!" umpatnya.
Tanpa pikir panjang, Aletta melewati wanita itu untuk mengejar seorang remaja pria yang lari sekencang mungkin menembus padatnya wisatawan, yang lalu-lalang di sepanjang jalan Champs de Elysees itu.
Meski Aletta berbadan kecil, namun gerakannya luar biasa lincah. Larinya pun tidak kalah cepatnya dengan sang jambret, hingga tidak butuh waktu lama untuk Aletta berhasil melumpuhkan anak remaja itu,
"Jangan pernah ulangi perbuatanmu itu lagi!" ancam Aletta setelah berhasil membekuknya. Ia mengambil tas branded wanita tadi sebelum melepaskan jambret itu.
Bukan tanpa alasan Aletta melepaskannya begitu saja. Karena akan percuma jika menyerahkannya ke pihak berwajib, anak remaja itu hanya akan diberi nasihat dan sedikit ancaman, sebelum akhirnya dilepaskan karena masih berada di bawah umur.
"Ini tas anda, Madame." Aletta mengembalikan tas itu pada pemiliknya yang masih berdiri di depan butik tadi.
Seorang pria tinggi besar berdiri di sampingnya dengan lengannya yang melingkari bahu wanita itu dengan posesif.
"Merci beaucoup," ucap wanita itu dengan tulus.
"Dari Indonesia?" tanya Aletta. Meski asli orang Perancis. Sejak kecil Aletta sudah diajarkan Suster Mary bermacam bahasa, dan salah satunya bahasa Indonesia.
"Ah ya benar. Siapa namamu?"
"Aletta, Madame. Silahkan anda periksa kembali tas anda, barangkali ada yang hilang, Madame." saran Aletta.
"Tidak perlu. Saya percaya padamu. Ini tanda terima kasih kami. Ambillah," pinta wanita itu setelah mengeluarkan beberapa lembar euro untuk diserahkan ke Aletta, dan Aletta menolaknya dengan sopan,
"Tidak usah, Madame. Saya ikhlas membantu."
"Panggil saja saya Tante Ana dan ini Om Rick. Kalau kamu sungkan seperti itu, saya yang merasa tidak enak hati. Saya tidak tenang kalau belum membalas kebaikanmu."
Aletta pun jadi merasa tidak enak hati juga kalau menolaknya. Namun ia tidak mau menerima uang, Suster Mary akan sangat marah padanya. Jadi ia pun mengedarkan pandangannya hingga matanya tertuju pada kafe yang biasa ia datangi bersama dengan teman kantornya,
"Kalau hanya satu cup kopi kesukaan saya di sana. It's ok," Aletta mengedipkan sebelah matanya, dan tante Ana pun tertawa lebar. Cantik sekali meski usianya sudah tidak muda lagi.
"Tidak perlu sungkan. Kami juga memiliki putri seumuran denganmu. Biar saya kenalkan kamu dengannya. Siapa tahu kalian bisa akrab." Tente Ana menggandeng lengan Aletta menuju kafe yang Aletta maksud.
"Aletta! Jadi kamu yang menolong Mommyku?" tanya seorang gadis, yang kebetulan teman kantor Aletta sambil menyeringai lebar, Leia.
"Lohh, kalian sudah saling kenal?" Tante Ana terlihat bingung."Ya, Mom. Aletta ini adalah satu-satunya teman aku di kantor," jawab Leia."Baguslah kalau kalian sudah saling mengenal, tolong kamu bujuk Aletta untuk mau ikut makan malam dengan keluarga kita!"
"Serius, Mom? Aletta boleh ikut?" "Ya, kalau memang Aletta bersedia.""Kamu tahu sendiri kan bagaimana kehidupanku? Aku tidak bisa ikut Leia, maaf Tante, Om," jelas Aletta. Ia harus menjaga adik-adiknya di Panti, dan membantu mereka mengerjakan tugas mereka."Aletta please, kali ini saja kamu ikut makan malam nanti demi aku,."Tapi, aku tidak memiliki gaun yang bagus, aku pasti akan mempermalukan kalian," desah Aletta.
Pakaian terbaiknya hanyalah pakain kerjanya, selebihnya tidak jauh dari kaos, tank top dan hotpants, yang ia beli kalau sedang ada diskon besar-besaran itu."Kamu tidak perlu mengkhawatirkan itu, Leia bawa kartu ini dan belikan sesuatu untuknya, sekalian untukmu, jadi kamu tidak perlu kembali lagi ke Apartmentmu hanya untuk berganti pakaian. Kalian berangkat bersama dengan kami saja!" seru om Rick sambil menyerahkan black cardnya."Baik, Dad!" Leia menerima black card itu dengan penuh suka cita. Karena semua atm dan kartu kredit Leia sedang disita orangtuanya, akibat terlalu banyak menghamburkan uang untuk mantan kekasihnya."Hati-hati dengan tas kalian!" seru Tante Ana saat Leia dan Aletta keluar dari kafe itu."Ya, Mom!" balas Leia.Leia menarik Aletta masuk ke dalam butik langganannya, yang semua karyawan butik itu sudah mengenalinya dan menyambutnya dengan baik, dan langsung mengarahkan mereka pada ruangan khusus yang hanya diperuntukkan bagi tamu-tamu VVIP saja
"Waah, siapa kamu sebenarnya, Leia? Sampai mereka semua mengenalimu," tanya Aletta penuh kekaguman."Jadi selama kamu bersama dengan Mommy dan Daddyku, kamu belum tahu siapa mereka?" tanya Leia dengan nada tidak percaya, dan Aletta menggelengakan kepalanya."Bagaimana dengan Daddyku? Kamu tidak mengenalnya juga?" tanya Leia lagi. "Tidak, apa seharusnya aku mengenalnya yaa? Apa orang tuamu itu artis atau semacamnya?""Apa kamu tidak pernah nonton televisi? Atau membaca majalah bisnis?""Tentu saja saat menemani adik-adikku nonton kartun, tapi aku tidak membaca majalah bisnis, hanya buku cerita saja untuk menidurkan adik-adikku."
Leia memutar kedua bola matanya, "Pantas saja kamu tidak mengenali Daddyku.""Memang siapa Daddymu?"Leia mengibas tangannya, "Sudahlah, dia bukan siapa-siapa hanya pahlawanku saja."
Sejurus kemudian karyawan butik datang sambil mendorong stand syanding hanger mereka, tempat beberapa gaun indah yang memanjakan mata tergantung di sana."Ini koleksi terbaru kami untuk musim ini, dan baru akan dipamerkan di acara Paris Fashion Week nanti, jadi anda akan menjadi orang pertama yang akan memakai koleksi terbaru kami ini," jelas karyawan butik itu."Terima kasih, tolong tinggalkan kami agar kami bisa lebih leluasa memilahnya," balas Leia dan karyawan itu mengangguk, mereka semua meninggalkan ruangan itu."Nah, silahkan kamu pilih koleksi terbaru itu!" seru Leia pada Aletta, sambil melihat-lihat untuk dirinya sendiri.Aletta melihat gaun indah itu satu persatu, dan tercengang saat melihat harganya. Yang bisa memberi makan seluruh penghuni panti selama satu bulan penuh. Seketika itu juga ia merasa sayang membuang uang sebanyak itu hanya untuk sebuah gaun, meski itu bukan uangnya."Ummm, Leia. Gaun-gaun ini tidak ada yang bisa membuatku tertarik. Tapi saat masuk tadi aku melihat sebuah gaun yang langsung aku suka, bagaimana kalau aku memilih yang itu saja?" elaknya, siapa tahu gaun-gaun yang di luar sana ada yang diskon."Ya Tuhan, ini koleksi terbaru Aletta! Gaun-gaun inilah yang seharusnya kamu pilih."
"Mau bagaimana lagi? Aku benar-benar tidak tertarik. Ya sudah kamu tidak perlu membelikanku gaun, jadi aku tidak harus mengikuti makan malam kalian itu," desah Aletta.Leia mendesah pelan sebelum mengalah, "Ya sudah, pilihlah apa yang kamu mau, aku mau coba gaun ini dulu."Sambil tersenyum penuh kemenangan, Aletta melangkah keluar dari ruangan itu, dan mulai mencari-cari gaun yang sedang diskon. Yang ia tidak tahu adalah, dibutik sebesar itu tidak akan ada yang namanya diskon, jadi semuanya full prize.'Ya Tuhan! Aku tidak mengerti dengan semua orang kaya itu, mereka rela mengeluarkan uang yang tidak sedikit hanya untuk pakaian seperti ini. Kenapa tidak mengarahkannya ke hal yang lebih bermanfaat saja sih?' keluhnya dalam hati.Aletta mengedarkan pandangannya ke gaun-gaun itu satu-persatu, lalu matanya tertuju pada sebuah gaun yang menurutnya terlihat sangat sederhana, harganya pasti lebih murah dari yang lainya.
Ia terburu-buru menuju gaun itu hingga kakinya tersandung kaki manekin dan membuatnya kehilangan keseimbangan, bertepatan dengan datangnya seorang wanita cantik yang tengah memegang sebuah gaun di tangannya.Aletta berpegangan pada wanita itu hanya supaya ia tidak terjatuh ke lantai, tapi ternyata ia membuat wanita cantik nan seksi, dengan high heels tujuh centimeter itu juga turut terjatuh bersamanya,"Aawww!" pekik mereka berdua bersamaan saat bokong mereka mencium lantai."Ada apa ini?" tanya suara maskulin di belakang mereka, dan wanita itu langsung merengek kesakitan,"Mon beau! Wanita ini mendorongku hingga terjatuh."Aletta buru-buru bangun untuk menjelaskan kejadian sebenarnya pada pria yang kemungkinan besar kekasih wanita itu, tapi kata-katanya tertahan di tenggorokannya saat melihat profile sempurna dari sosok pria yang saat ini berdiri tepat di depannya itu.Aletta buru-buru bangun untuk menjelaskan kejadian sebenarnya pada pria yang kemungkinan besar kekasih wanita itu, tapi kata-katanya tertahan di tenggorokannya saat melihat profile sempurna dari sosok pria yang saat ini berdiri tepat di depannya."Apa kau memiliki masalah dengan kekasihku?" tanya pria itu dengan suara dingin, bahkan bulu kuduk Aletta meremang dibuatnya."Tadi aku tersandung, dan berusaha berpegangan pada wanita itu, tapi ternyata dia terlalu kurus hingga tidak dapat menahan berat badan kami berdua," jelas Aletta tanpa berkedip melihat pria tampan itu."Lihatlah, Mon beau. Gaun ini jadi kotor, padahal ini gaun impianku!" rengek wanita itu lagi, dan Aletta mencibirnya di dalam hatinya, cengeng sekali merengek hanya untuk sebuah gaun."Minta maaf padanya!" seru pria itu yang jelas-jelas ingin menunjukkan kuasanya."Minta maaf hanya untuk sebuah gaun? Tidak akan!" tolak Aletta, lalu balik badan berniat meninggalkan pasangan aneh itu. Sepertinya pria itu tidak terima denga
Malam harinya, Aletta kembali bertemu dengan Leon di acara makan malam keluarga besar pria itu. Kali ini Leon terlihat luar biasa tampan dengan stelan jas mewahnya, dasinya pun tersimpul rapi, tidak seperti sore tadi yang terlihat sedikit urakan.Sepanjang makan malam berlangsung, Aletta hanya bersuara jika ada yang bertanya padanya saja. Dan sejujurnya, ia mulai menyesali keputusannya untuk menghadiri makan malam itu. Selain karena ia orang luar, tapi juga karena tatapan tajam Leon yang selalu tertuju padanya, seolah pria itu ingin mengulitinya hidup-hidup.Sampai akhirnya di tengah percakapannya dengan keluarga besarnya yang sangat luar biasa itu, Leia meminta Aletta mengantarnya ke toilet, Aletta seolah menemukan jalan untuk melarikan diri dari sana."Mungkin aku agak lama, perutku sakit sekali," ujar Leia sesampainya mereka di toilet. "Oh, yasudah tidak apa-apa, aku tunggu di luar saja ya? Jangan ragu-ragu memanggilku kalau butuh bantuan," timpal Aletta.Leia menyunggingkan senyu
"Jadi bagamaimana Mom, Dad? Apa aku boleh pindah Apartement?" tanya Leia setelah mereka duduk kembali di kursinya. Sahabatnya itu akhirnya bisa mengeaskan lagi permintaannya pada orangtuanya."Memang kamu mau pindah ke mana, Leia?" tanya Tante Ana."Di dekat kantor, di Arondisemen ke - 13, dekat dengan tempat Aletta tinggal juga, Mom, " jawab Leia.Kedua mata tante Ana beralih menatap Aletta, "Aletta, apa kamu mau menemani Leia tinggal di Apartment itu?" tanyanya."Umm, aku tidak bisa meninggalkan adik-adikku, Tan. Tapi mungkin dua hari dalam satu minggu aku bisa bermalam di Apartment Leia," jawab Aletta."Aku tidak bisa membayangkan seorang kurcaci mampu mengurus kurcaci lainnya," celetuk Leon dengan nada mencemoohnya.Pria itu masih merasa kesal karena dua kantong latto-lattonya masih terasa ngilu hingga saat ini, akibat dari perbuatan Aletta di depan toilet tadi."Leon! Di mana sopan santunmu!" tegur tante Ana sambil mendelikkan kedua matanya, sebelum kembali menatap Aletta,"Tolo
"Kamu datang sendiri? Di mana Leia?" tanya Leuis saat melihat Leon memasuki ruang kerjanya."Hari ini Leia tidak masuk, sedang tidak enak badan katanya," jawab Leon sambil duduk santai dengan kedua kaki yang ia naikkan ke atas meja.Dari balik meja kerjanya, Leuis menatap kedua kaki yang saling menopang itu tanpa ada keinginan untuk menegur Leon sama sekali, ia tidak mau membuang kata-katanya dengan percuma, adik angkatnya itu tidak akan mau mendengarkan.Sejak Leon kerja di perusahaannya, Leia memang selalu berangkat bareng Leon. Dan Leia tidak pernah lagi mendatangi unit Leuis. Adiknya itu selalu pulang malam dan beralasan makan di tempat Aletta pada Leon dan sepupu-sepupunya. Dan paginya selalu beralasan Aletta sudah membawakan sarapan pagi untuknya."Apa kau tidak memiliki minuman?" pertanyaan Leon mengalihkan perhatian Leuis padanya, pria itu memberikan tatapan menegurnya pada Leon,"Sudah dua hari kau di sini dan kerjamu hanya duduk santai saja seperti itu, apa yang bisa kau pel
"Ini divisi kesekretariatan, dimana Nona Leia bekerja!" seru Deandra saat mengajak Leon berkeliling sesuai dengan perintah Leuis.Kehadiran pria itu membuat semua mata tertuju padanya, terutama mata kaum hawa, bahkan ada yang dengan terang-terangan bertanya pada Deandra langsung,"Madame, apa pria tampan itu karyawan baru di sini?" "Wah, aku bakal tambah rajin nih ke kantor!"Dan banyak lagi pertanyaan serta pujian yang dialamatkan pada leon. Sadar akan daya tariknya yang ditimbulkan pada lawan jenisnya itu, Leon menyebarkan senyuman menggodanya pada mereka, hingga memicu keributan akibat bermacam reaksi dari karyawan wanita, membuat suasana kantor yang tadinya hening menjadi riuh seketika."Bukankah itu Leon? Putra kedua Mr. Rick?" tanya salah satu karyawan."Benarkah?" tanya yang lainnya."Ya, aku sering melihat fotonya di berita skandalnya dengan beberapa artis atau model papan atas!""Waahh ... Anak sultan kenapa nyasar ke kantor kita?"Melihat suasana yang menjadi tidak terkenda
"Aletta bekerja di satu divisi dengan Nona Leia. Dan ingat, atas permintaan Mr. Rick langsung, anda harus berpura-pura tidak mengenal Nona Leia selama bekerja di sini!"Leon merapikan kembali kemeja dan jasnya yang berantakan akibat tangan Deandra tadi, meski ia tidak bisa menyelamatkan rambutnya yang tidak kalah berantakannya. Sebenarnya Leon sangat menyukai wanita liar seperti Deandra, tapi entah kenapa sejak Aletta lewat tadi ia langsung kehilangan minatnya.Dan Aletta itu sepertinya senang sekali mengganggu kebersamaan Leon dengan wanitanya. Ia harus menuntut penjelasan dari Aletta, ia tidak percaya kurcacinya itu berada di sana secara kebetulan. Ia sangat tidak mempercayai sebuah kebetulan, semua pasti telah direncanakan.Ruang kesekretariatan yang semula mulai senyap kini kembali riuh saat Leon masuk. Ia mengabaikan tatapan penuh minat karyawan wanita padanya, fokusnya hanya satu, Aletta. Ia terus melangkah menuju meja wanita itu.Namun tidak seperti wanita lainnya, setelah mel
Aletta duduk tenang di kursinya. Tangannya yang memegang pena mencentang perlengkapan yang akan ia dan tim Venice lainnya bawa. Setelah bersiteru dengan para seniornya kemarin hanya karena masalah Leon, tidak ada satu pun dari senior wanitanya itu yang mengajak Aletta bicara. Mereka hanya meletakkan bertumpuk-tumpuk berkas untuk Aletta fotocopy, dan langsung meninggalkan meja Aletta begitu saja.Aletta yang terbiasa sendiri, tentu saja tidak mengambil pusing itu semua. Tidak ada ruginya dimusuhi oleh wanita yang hanya memandang pria dari segi fisiknya saja, dan mengabaikan kenyataan seberapa redflagnya pria itu.Terlalu fokus dengan pekerjaannya, Aletta tidak menyadari kedatangan Leon, pria yang sangat ingin ia hindari. Dan seperti sebelumnya, pria itu langsung duduk di meja Aletta, dan merebut pena Aletta agar mendapatkan perhatiannya.Meski penampilan Leon sangat sempurna dengan kemeja putih brandednya, yang dipadukan celana panjang dari brand yang sama dengan kemeja putihnya itu, A
Setelah melalui perjalanan selama kurang lebih satu setengah jam via jet pribadi milik keluarga Leon, akhirnya mereka sampai di Venice. Apartment mereka berada tepat di jantung kota Venesia, hanya beberapa langkah saja dari Basilica San Marco, juga beberapa langkah dari Rialto bridge.Jembatan itu menjadi ikonik kota Venesia, yang telah berusia lebih dari 400 tahun. Jembatan pertama yang membuat warganya bisa menyeberangi Grand Canal dengan hanya berjalan kaki. Jembatan yang juga dinobatkan sebagai salah satu jembatan terkenal di dunia, yang semakin terkenal sejak Hydro Man mengamuk di kawasan jembatan itu, di salah satu scene film Spider-Man.Aletta, Leia dan Aurora tinggal di unit Apartment yang sama, "Leia, kamu mau sekamar denganku atau Aletta?" tanya Aurora sambil berdiri di sisi Leia yang tengah memandangi Grand Canal di depan balkon kamarnya, atau yang wanita itu pikir itu adalah kamarnya.Karena sejak sampai di unit Apartment dengan dua kamar itu, Leia langsung memasuki kama
Leon dan Aletta duduk bersisian di tepi hamparan luas tanah lapang tempat beberapa anak panti tengah bermain sepak bola. Sudah lama mereka duduk di sana sambil membahas langkah mereka kedepannya. Baik mengenai rumah tangga mereka dan juga lainnya.“Baiklah, aku akan kembali bersamamu ke Jakarta. Tapi aku minta satu hal padamu dan aku harap kamu mengizinkannya.” Aletta mencoba bernegosiasi dengan suaminya.“Apa syaratnya itu, Sayang?” tanya Leon.“Aku mau Chateau peninggalan orangtuaku dijadikan rumah baru untuk anak-anak panti. Di sana lebih layak dan luas untuk mereka tempati. Ada banyak ruang yang dapat mereka gunakan untuk tempat mereka belajar, bermain atau berkarya. Perpustakaan di sana juga jauh lebih layak dengan koleksi buku terlengkap, dibandingkan dengan di sini. Banyak koleksi buku Papá yang bisa mereka baca. Dan aku juga yakin kalau baik Papá maupun Mamá tidak akan keberatan dengan ide aku ini.”“Kenapa kamu harus izin padaku mengenai hal itu, Sayang? Chateau itu adalah mil
“Jadi kamu dan Tante Amber yang membawaku keluar dari labirin itu?” tanya Aletta pada Justin.Kesehatannya sudah kembali pulih, dan sore nanti ia sudah boleh keluar dari rumah sakit. “Ya, kebetulan saat itu aku sedang mencarimu untuk mengajakmu bermain di danau seperti biasanya, dan salah satu pelayan mengarahkanku ke labirin itu. Menurut mereka kamu sedang bermain dengan orangtuamu di sana,” jawab Justin.“Tante Amber juga ikut ke labirin?”“Ya, tidak biasanya Mommy mau ikut panas-panasan. Ternyata saat itu Mommy sudah merasakan ada yang janggal di labirin itu saat melihat beberapa pria mendekati labirin. Mommy merasa tidak mengenali mereka.”Justin mendesah sebentar sebelum kembali melanjutkan,“Dan untungnya juga supir keluargaku belum meninggalkan tempat dia menurunkan kami. Jadi setelah mengeluarkanmu dari labirin itu, kami dapat membawamu langsung ke tempat yang aman. Sebuah panti asuhan terpencil dengan pemandangan yang luar biasa Indah.”“Terima kasih. Kalau tidak ada kamu da
“Ya, prioritas utamaku saat ini adalah membuatmu bahagia. Kamu dan juga anak kita ini!” Meski nada suaranya terdengar tegas, namun sentuhan ringan Leon di perut Aletta membuat istrinya itu bertanya-tanya, yang pastinya langsung menyuarakan pertanyaan itu dengan nada sumringah,“Apa aku sedang hamil sekarang?”Untuk sesaat Leon mengerjapkan kedua matanya dengan bingung karena perubahan suasana hati Aletta yang tiba-tiba itu,“Hamil?” ulangnya.“Kamu tadi menyebut kata anak sambil mengusap lembut perutku ini. Apa di dalam sini ada janin anak kita yang sedang berkembang? Apa itu yang menjadi penyebab aku kehilangan kesadaranku?”“Oh, tidak. Bukan itu. Astaga … Kita baru melakukan hubungan intim kurang dari dua minggu yang lalu, Sayang. Kamu tidak mungkin hamil secepat itu. Kalaupun kamu hamil, dokter yang melakukan pemeriksaan padamu tadi pasti sudah akan mem beritahukannya padakiu lebih dulu,” ralat Leon dengan cepat.Saat itu juga wajah sumringah Aletta berubah menjadi sendu kembali,
“Cepat pergi!” Terdengar perintah tegas papá Aletta sebelum Aletta melihat raut sedih bercampur ketakutan di wajah mamanya, saat dengan tubuh yang gemetar hebat perlahan mamanya balik badan hingga mata mereka saling terkunci.Ingin rasanya Aletta menghampiri mamánya dan membantu papánya menghalau serangan demi serangan dari pria asing itu, namun apa daya kedua kakinya seolah terpaku di lantai. Aletta terlalu syok hingga tidak dapat melakukan apapun, bahkan hanya untuk berkedip sekalipun.Hingga akhirnya dengan kedua bola mata yang melebar dan mulutnya yang gemetar memanggil nama Aletta tanpa suara, Aletta melihat benda tajam yang menembus bagian depan tubuh mamánya hingga darah segar mengenai wajah Aletta saat benda tajam itu menghujam semakin dalam.“Mamá!” Aletta berteriak histeris di dalam hatinya, karena kata-kata itu seolah tidak dapat mengalir keluar dari dalam tenggorokannya. Mau sekuat apapun Aletta berusaha mengeluarkan suaranya itu.“Letta, kita harus pergi!” seru seseoran
“Apa aku sudah boleh menghajarnya?” tanya Leon dengan tidak sabar. Sejak tadi ia berusaha sabar saat mendengar semua penjelasan Justin.“Silahkan hajar! Atau semua video mesummu dengan Deandra akan tersebar luas! Beberapa anak buahku telah menerima pesanku dengan sangat jelas untuk menyebarkan semuanya jika dalam satu jam aku tidak keluar dari sini dalam keadaan aman!” ancam Leon.Terang saja cengkraman tangan Leon di kerah kemejanya semakin menguat hingga Peter terbatuk-batuk akibat dari tertekannya jalur pernapasannya,“Kau mengancamku? Apa kau pikir dengan ancaman murahan seperti itu akan membuatku takut? Kau salah! Aku tidak peduli dengan reputasiku yang tercemar, saat ini tujuanku hanya satu, membumihanguskan semua yang telah menyakiti Letta, dan semua yang telah berani menyengtuh istriku itu! Persetan dengan reputasiku!” tegasnya.Justin menepuk pundak Leon untuk menyadarkannya, “Leon sabar. Kau bisa membunuhnya! Apa kau mau memberikan kematian yang Mudah untuknya?”“Justin be
Karena kebahagiaannya yang sebenarnya adalah berada bersama orang-orang yang ia cintai, orang-orang yang mencintainya tanpa syarat, seperti halnya orang-orang yang berada di dalam panti, yang tidak ada satupun dari mereka yang akan menyakitinya dengan sangat dalam, seperti yang telah keluarganya dan juga Leon lakukan padanya.Teringat pada perselingkuhan Leon dengan Deandra membuat Aletta menghela napas panjang sebelum akhirnya berkata,“Lakukan apa yang ingin kalian lakukan.”Tepat pada saat itu terdengar keributan dari arah tangga menuju ruang bawah tanah itu, membuat tidak hanya mata Aletta, Leon dan Justin saja yang mengarah ke sana, tapi juga semua mata anak buah mereka.Dan yang lebih mengejutkan lagi untuk Aletta adalah kedatangan Deandra yang tengah dibekuk oleh Dritan, lalu menyusul di belakang mereka seorang pria tua yang tengah dipaksa masuk oleh Leuis dan beberapa anak buahnya.“Leon, Leon tolong selamatkan aku. Aku tidak ada hubungannya sama sekali dengan pria tua itu!” p
“Kau tidak apa-apa aku tinggal sendiri sebentar?” tanya Leon dan Aletta menggeleng kencang,“Tidak, aku tidak mau ditinggal sendiri, aku takut,” rengeknya.“Baiklah, aku akan gtetap di sini bersama denganmu.” Leon kembali memeluk Aletta. Lagipula dengan banyaknya anak buahnya dan juga anak buah Justin, dalam waktu singkat mereka telah berhasil membekuk kaki tangan pembunuh itu.Meski demikian, Leon tetap mengingat wajah pria yang berniat memperkosa Aletta, dan yang telah melukai paha istrinya itu.Nanti, Leon akan memastikan hukuman yang menyakitkan pada kedua pria itu, juga pria lainnya. Mereka semua telah membuat Alettanya yang pemberani menjadi selemah anak kucing.“Tahan dan satukan mereka semua di sel sebelah!” Terdengar perintah Justin bersamaan bunyi ponsel salah satu dari berandalan itu.“Angkat dan Loudspeaker! Sekali saja kau memberitahu Tuan Besarmu itu mengenai keadaan di sini, maka aku akan langsung mengirimmu dan kalian semua ke alam lain!” perintah Justin dengan tegas.P
Tapi saat para pria itu maju secara bersamaan, Aletta pun pada akhirnya berhasil mereka lumpuhkan. Dan dalam sekejap mata, kedua tangan beserfta kedua kakinya telah dirantai. Praktis ia sama sekali tidak dapat menggerakkan tubuhnya. “Bangsat kalian! Lepaskan aku! Aarggah! Lepaskan aku bajingan!” Pemimpin mereka meludah ke sampingnya sambil menurunkan resleting celananya, “Melepaskanmu? Cih! Tidak akan!” “Kalian akan menyesalinya! Cepat lepaskan aku! Aku akan mengadukan perbuatan kalian pada Tuan Besar kalian!” ancam Aletta. “Silahkan saja, dan mungkin Tuan Besar akan berterimakasih pada kami karena telah membantunya menyakitimu! Anak dari pria yang Tuan benci! Kau! Sumpal mulutnya dengan pakaian dalamnya!” Aletta memberikan tatapan membunuhnya pada pria yang ditunjuk tadi, tapi pria itu malah menyeringai lebar sambil mengeluarkan belati dari sakunya. “Jangan berani kau menyentuhku!” “Kalau aku menyentuhmu kenapa? Kau mau menyentuhku balik?” tanya pria itu yang disusul dengan g
“Kenapa wanita itu masih juga belum sadarkan diri?” Salah satu pria yang membawa Aletta bertanya. Dengan posisi berbaring menyamping membelakangi mereka membuat Nyaris satu jam Aletta terus berpura-pura tidak sadarkan diri, ia sengaja mengulur waktu karena ia tahu Justin pasti akan segera menemukannya.Itu pun kalau pria itu memang masih ingin membantu Aletta setelah ia melarikan diri darinya.Memangnya pilihan apa lagi yang Aletta punya, selain pergi sejauh mungkin dari pria itu setelah melihat dua orang anak buahnya yang berusaha menculiknya?Atau jangan-jangan tuan yang para berandalan itu maksud adalah Justin?Tapi kenapa Justin harus bersusah payah menugaskan beberapa anak buahnya untuk menculik Aletta, kalau bisa saja Justin membunuh Aletta langsung saat masih berada di dalam Chateaunya?Bermacam pertanyaan terus berkecamuk di dalam diri Aletta. Sambil tetap waspada kalau saja para pria berandalan itu mencoba untuk merudapaksanya.“Kita lakukan saja sekarang! Memangnya kenapa h