Malam harinya, Aletta kembali bertemu dengan Leon di acara makan malam keluarga besar pria itu. Kali ini Leon terlihat luar biasa tampan dengan stelan jas mewahnya, dasinya pun tersimpul rapi, tidak seperti sore tadi yang terlihat sedikit urakan.
Sepanjang makan malam berlangsung, Aletta hanya bersuara jika ada yang bertanya padanya saja. Dan sejujurnya, ia mulai menyesali keputusannya untuk menghadiri makan malam itu. Selain karena ia orang luar, tapi juga karena tatapan tajam Leon yang selalu tertuju padanya, seolah pria itu ingin mengulitinya hidup-hidup.
Sampai akhirnya di tengah percakapannya dengan keluarga besarnya yang sangat luar biasa itu, Leia meminta Aletta mengantarnya ke toilet, Aletta seolah menemukan jalan untuk melarikan diri dari sana.
"Mungkin aku agak lama, perutku sakit sekali," ujar Leia sesampainya mereka di toilet.
"Oh, yasudah tidak apa-apa, aku tunggu di luar saja ya? Jangan ragu-ragu memanggilku kalau butuh bantuan," timpal Aletta.Leia menyunggingkan senyumnya sebelum masuk ke dalam toilet. Aletta baru saja bersandar pada dinding sambil mencari alasan untuk pulang lebih dulu, saat terdengar suara seseorang,"Hei, Kurcaci!"Aletta melihat ke arah datangnya suara, yang ternyata Leon lah pemilik suara itu. Leon melangkah mantap ke arah Aletta dengan penuh percaya diri, sebelah tangannya ia masukkan ke dalam saku celana formalnya,"Siapa yang kamu panggil Kurcaci barusan?" solot Aletta. Sialnya kenapa ia harus bertemu dengan pria itu lagi? Dan kenapa pria itu mendatanginya?"Memangnya ada orang lain lagi di sini selain kamu?" tanya Leon saat berdiri menjulang di depannya.Tidak heran pria itu memanggil Aletta Kurcaci, karena puncak kepala Aletta saja hanya mencapai dadanya, dan ia harus mendongak lebih tinggi untuk menatap wajah pria itu,"Aku Aletta, bukan Kurcaci!" geramnya dengan kedua tangan yang terkepal. Sejauh bersama dengan pria itu, emosinya mudah sekali tersulut."Ah, jadi itulah namamu, Aletta. Namanya sih cantik, tapi tidak dengan pemiliknya," ledek Leon sebelum memutar tubuh Aletta, dan mengabaikan protesan wanita itu,"Kamu mau apa?" tanya Aletta dengan kesal. Alih-alih menjawab, Leon malah bergumam sendiri,"Tidak ada sayap!""Aku manusia, bukan burung!" "Tapi namamu Aletta, yang dalam bahasa Spanyol artinya sayap, ya kan?"Kedua mata Aletta berkedip dengan bingung saat mendengar pertanyaan Leon itu. Benarkah artinya seperti itu dalam bahasa Spanyol? Ia sendiri baru mengetahuinya."Namaku di ambil dari bahasa Yunani, yang artinya kejujuran!" sangkalnya."Tetap saja, Kurcaci adalah sebutan yang paling pas untukmu," ledek Leon sambil menyusuri matanya dari puncak kepala hingga telapak kaki Aletta. Untuk ukuran wanita Eropa Aletta memang tergolong pendek, tingginya hanya seratus lima puluh delapan centimeter, dan parahnya lagi terlihat seperti Kurcaci saat berdekatan dengan Leon yang tinggi badannya nyaris mencapai seratus sembilan puluh lima centimeter itu, atau mungkin lebih.Jadi lebih tepatnya bukan Aletta yang Kurcaci, tapi Leonnya saja yang ketinggian.Melihat tatapan mengkerdilkan Leon, Aletta pun sengaja menjatuhkan mental pria itu lagi,
"Kurcaci yang bisa dengan mudah membantingmu, ya kan? Itulah contoh nyata kalau tinggi badan seseorang tidak menentukan kekuatannya!" cibir Aletta.Tepat seperti dugaan Aletta. Diingatkan dengan kejadian sebelumnya, membuat seringaian di wajah Leon seketika menghilang. Ia langsung mengurung Aletta dengan kedua tangannya,"Itu hanya kebetulan saja, aku sedang lengah saat itu!" geramnya. Leon salah kalau cara itu bisa mengintimidasi Aletta. Karena alih-alih takut, wanita itu malah mengangkat dagunya tinggi-tinggi,"Kamu sudah pasti mati seandainya saja sedang berhadapan dengan musuhmu saat itu! Bayangkan kurcaci sepertiku ini saja bisa dengan mudah menjatuhkanmu, apalagi pria yang sepantaran denganmu? Astaga, aku tidak bisa membayangkannya."Tatapan Leon semakin tajam pada wanita itu. Baru kali ini ia mendapati seorang wanita yang tidak langsung bertekuk lutut padanya, bahkan tidak mengenalinya sama sekali.Entah benar wanita itu tidak mengenalinya, atau memang sedang berpura-pura tidak mengenalinya. Karena wajah Leon sering wara-wiri di berbagai majalah bisnis, juga di stasiun televisi.
Atau mungkin wanita itu benar-benar kurcaci, dan tinggal di dalam gua atau di bawah tanah?"Ternyata benar apa yang dikatakan orang, kalau wanita kecil itu rata-rata bermulut besar, termasuk kamu. Mereka cenderung pintar dalam bersilat lidah!" cibir Leon saat kedua matanya terarah ke bibir Aletta yang terlihat penuh dan mengagumkan, berbeda dari wanita yang selama ini dekat dengannya, yang cenderung memiliki bibir yang jauh lebih tipis dan membosankan.Sadar akan apa yang terjadi saat seorang pria sudah menatap bibirnya itu, Aletta segera mengarahkan keras-keras lututnya ke junior Leon, hingga pria itu mengerang dan mengeluarkan umpatan kasar dalam berbagai bahasa."Hari ini hanya teguran kecil untuk juniormu itu, lain kali kalau kamu masih bersikap tidak sopan padaku, aku tidak akan segan-segan untuk memotongnya!" gertak Aletta sebelum membuka pintu toilet lalu masuk ke dalam dan menguncinya.Ia bersandar pada pintu itu untuk menstabilkan lagi napasnya, sebelum membuka satu-persatu bilik pintu hingga mencapai pintu yang terkunci dari dalam."Leia, kamu masih lama?" tanya Aletta sambil mengetuk bilik pintu yang terkunci itu, sudah pasti Leia yang berada di dalamnya, karena ia tidak melihat ada orang lain lagi yang masuk ke dalam toilet ini.Atau sebenarnya mereka membatalkan niat mereka ke toilet saat melihatnya bersama dengan Leon tadi?
"Ya, sebentar dikit lagi," jawab Leia dengan suara bergetar.'Apa kamu sedang nangis? Leia keluarlah, aku ada di sini untukmu."Tidak lama kemudian pintu terbuka, Leia keluar sambil memegangi perutnya,"Tamu bulananku datang, untung saja aku membawa pembalut," ujarnya.Aletta tahu itu hanyalah alibi Leia saja. Kenyataannya, pembicaraan Leia dengan keluarganya di meja makan barusan lah yang mneyebabkan temannya itu sedih.
Meski begitu, Aletta tidak memaksa Leia untuk menceritakan keluh kesahnya. Ia membiarkan Leia melangkah melewatinya ke arah wastafel untuk membersihkan tangannya, lalu membasuh wajahnya.
Sejurus kemudian Leia mengerang pelan saat melihat kedua matanya yang mulai membengkak,
"Aku jelek sekali," desahnya."Kamu masih tetap terlihat cantik meski dengan kedua mata yang sebesar bola tenis itu!" ledek Aletta, dan Leia meringis ngeri,"Ya Tuhan! Itu perumpamaan yang mengerikan sekali, Aletta!"Aletta tidak dapat lagi menahan dirinya untuk merengkuh Leia ke dalam pelukannya. Tangis Leia seketika pecah, dan Aletta membiarkan air mata sahabatnya itu membasahi dressnya.
Tidak mudah menyembunyikan cinta dari pria yang mencintai wanita lain. Terlebih lagi wanita itu sepupunya sendiri. Dan Leia harus melihat kemesraan mereka tiap kali keluarganya berkumpul, hingga Leia memutuskan untuk pindah ke Apartment yang berbeda dengan saudaranya itu.
Tidak cukup sampai di sana, Leia harus menerima perjodohannya dengan pria yang sama sekali tidak ia cintai. Meski Leia terlihat bahagia saat bersama dengan pria itu, Aletta tahu dengan sangat baik, semua Leia lakukan hanya demi bisa membuat Leuis cemburu.
Tapi bagaimana Leuis bisa cemburu kalau pria itu sama sekali tidak memiliki perasaan pada Leia? Cintanya hanya tertuju pada sepupu Leia, Aurora.
Sakit tapi tak berdarah. Mungkin itu perumpamaan yang tepat untuk kondisi Leia sekarang ini.
"Jadi bagamaimana Mom, Dad? Apa aku boleh pindah Apartement?" tanya Leia setelah mereka duduk kembali di kursinya. Sahabatnya itu akhirnya bisa mengeaskan lagi permintaannya pada orangtuanya."Memang kamu mau pindah ke mana, Leia?" tanya Tante Ana."Di dekat kantor, di Arondisemen ke - 13, dekat dengan tempat Aletta tinggal juga, Mom, " jawab Leia.Kedua mata tante Ana beralih menatap Aletta, "Aletta, apa kamu mau menemani Leia tinggal di Apartment itu?" tanyanya."Umm, aku tidak bisa meninggalkan adik-adikku, Tan. Tapi mungkin dua hari dalam satu minggu aku bisa bermalam di Apartment Leia," jawab Aletta."Aku tidak bisa membayangkan seorang kurcaci mampu mengurus kurcaci lainnya," celetuk Leon dengan nada mencemoohnya.Pria itu masih merasa kesal karena dua kantong latto-lattonya masih terasa ngilu hingga saat ini, akibat dari perbuatan Aletta di depan toilet tadi."Leon! Di mana sopan santunmu!" tegur tante Ana sambil mendelikkan kedua matanya, sebelum kembali menatap Aletta,"Tolo
"Kamu datang sendiri? Di mana Leia?" tanya Leuis saat melihat Leon memasuki ruang kerjanya."Hari ini Leia tidak masuk, sedang tidak enak badan katanya," jawab Leon sambil duduk santai dengan kedua kaki yang ia naikkan ke atas meja.Dari balik meja kerjanya, Leuis menatap kedua kaki yang saling menopang itu tanpa ada keinginan untuk menegur Leon sama sekali, ia tidak mau membuang kata-katanya dengan percuma, adik angkatnya itu tidak akan mau mendengarkan.Sejak Leon kerja di perusahaannya, Leia memang selalu berangkat bareng Leon. Dan Leia tidak pernah lagi mendatangi unit Leuis. Adiknya itu selalu pulang malam dan beralasan makan di tempat Aletta pada Leon dan sepupu-sepupunya. Dan paginya selalu beralasan Aletta sudah membawakan sarapan pagi untuknya."Apa kau tidak memiliki minuman?" pertanyaan Leon mengalihkan perhatian Leuis padanya, pria itu memberikan tatapan menegurnya pada Leon,"Sudah dua hari kau di sini dan kerjamu hanya duduk santai saja seperti itu, apa yang bisa kau pel
"Ini divisi kesekretariatan, dimana Nona Leia bekerja!" seru Deandra saat mengajak Leon berkeliling sesuai dengan perintah Leuis.Kehadiran pria itu membuat semua mata tertuju padanya, terutama mata kaum hawa, bahkan ada yang dengan terang-terangan bertanya pada Deandra langsung,"Madame, apa pria tampan itu karyawan baru di sini?" "Wah, aku bakal tambah rajin nih ke kantor!"Dan banyak lagi pertanyaan serta pujian yang dialamatkan pada leon. Sadar akan daya tariknya yang ditimbulkan pada lawan jenisnya itu, Leon menyebarkan senyuman menggodanya pada mereka, hingga memicu keributan akibat bermacam reaksi dari karyawan wanita, membuat suasana kantor yang tadinya hening menjadi riuh seketika."Bukankah itu Leon? Putra kedua Mr. Rick?" tanya salah satu karyawan."Benarkah?" tanya yang lainnya."Ya, aku sering melihat fotonya di berita skandalnya dengan beberapa artis atau model papan atas!""Waahh ... Anak sultan kenapa nyasar ke kantor kita?"Melihat suasana yang menjadi tidak terkenda
"Aletta bekerja di satu divisi dengan Nona Leia. Dan ingat, atas permintaan Mr. Rick langsung, anda harus berpura-pura tidak mengenal Nona Leia selama bekerja di sini!"Leon merapikan kembali kemeja dan jasnya yang berantakan akibat tangan Deandra tadi, meski ia tidak bisa menyelamatkan rambutnya yang tidak kalah berantakannya. Sebenarnya Leon sangat menyukai wanita liar seperti Deandra, tapi entah kenapa sejak Aletta lewat tadi ia langsung kehilangan minatnya.Dan Aletta itu sepertinya senang sekali mengganggu kebersamaan Leon dengan wanitanya. Ia harus menuntut penjelasan dari Aletta, ia tidak percaya kurcacinya itu berada di sana secara kebetulan. Ia sangat tidak mempercayai sebuah kebetulan, semua pasti telah direncanakan.Ruang kesekretariatan yang semula mulai senyap kini kembali riuh saat Leon masuk. Ia mengabaikan tatapan penuh minat karyawan wanita padanya, fokusnya hanya satu, Aletta. Ia terus melangkah menuju meja wanita itu.Namun tidak seperti wanita lainnya, setelah mel
Aletta duduk tenang di kursinya. Tangannya yang memegang pena mencentang perlengkapan yang akan ia dan tim Venice lainnya bawa. Setelah bersiteru dengan para seniornya kemarin hanya karena masalah Leon, tidak ada satu pun dari senior wanitanya itu yang mengajak Aletta bicara. Mereka hanya meletakkan bertumpuk-tumpuk berkas untuk Aletta fotocopy, dan langsung meninggalkan meja Aletta begitu saja.Aletta yang terbiasa sendiri, tentu saja tidak mengambil pusing itu semua. Tidak ada ruginya dimusuhi oleh wanita yang hanya memandang pria dari segi fisiknya saja, dan mengabaikan kenyataan seberapa redflagnya pria itu.Terlalu fokus dengan pekerjaannya, Aletta tidak menyadari kedatangan Leon, pria yang sangat ingin ia hindari. Dan seperti sebelumnya, pria itu langsung duduk di meja Aletta, dan merebut pena Aletta agar mendapatkan perhatiannya.Meski penampilan Leon sangat sempurna dengan kemeja putih brandednya, yang dipadukan celana panjang dari brand yang sama dengan kemeja putihnya itu, A
Setelah melalui perjalanan selama kurang lebih satu setengah jam via jet pribadi milik keluarga Leon, akhirnya mereka sampai di Venice. Apartment mereka berada tepat di jantung kota Venesia, hanya beberapa langkah saja dari Basilica San Marco, juga beberapa langkah dari Rialto bridge.Jembatan itu menjadi ikonik kota Venesia, yang telah berusia lebih dari 400 tahun. Jembatan pertama yang membuat warganya bisa menyeberangi Grand Canal dengan hanya berjalan kaki. Jembatan yang juga dinobatkan sebagai salah satu jembatan terkenal di dunia, yang semakin terkenal sejak Hydro Man mengamuk di kawasan jembatan itu, di salah satu scene film Spider-Man.Aletta, Leia dan Aurora tinggal di unit Apartment yang sama, "Leia, kamu mau sekamar denganku atau Aletta?" tanya Aurora sambil berdiri di sisi Leia yang tengah memandangi Grand Canal di depan balkon kamarnya, atau yang wanita itu pikir itu adalah kamarnya.Karena sejak sampai di unit Apartment dengan dua kamar itu, Leia langsung memasuki kama
Tidak ada jalan besar di Venesia, hanya ada jalan kecil dan sempit. Gang yang hanya bisa dilewati oleh orang-orang bukan kendaraan. Satu-satunya alat transportasi di sana hanyalah gondola dan vaporetto, sejenis water bus atau taksi air sebagai transportasi publik. Mereka sudah menyebrangi beberapa kanal dan menelusuri sejumlah gang sempit, hingga mereka kelelahan dan bersantai sejenak di kafe. Aletta mendesah pelan saat duduk di salah satu kursi di kafe itu. Ia tidak bisa duduk bersama dengan Leia dan Guzmân, apalagi duduk bersama bossnya Leuis. Jadi ia memilih meja lain, meja yang hanya terisi satu kursi saja supaya si pria narsistik nan tengil itu tidak mendekatinya lagi. Leon tadi tertinggal jauh dari mereka karena matanya terlalu sibuk jelalatan, apalagi kalau ada yang bening-bening. Entah pria itu bisa menemukan mereka atau tidak, itu bukan urusan Aletta. Tapi sepertinya dewi fortuna belum berpihak padanya, karena saat Aletta sibuk membolak-balik buku menu, suara yang kini tid
"Diam! Aku sedang menyelamatkanmu!” geram Leon pelan sambil terus berharap sekumpulan pria tadi melepaskan mereka. Bukan karena Leon takut, tapi ia sedang tidak ingin berkelahi dan membuat wajah tampannya terluka."Menolongku apa? Dasar buaya! Kamu telah merenggut paksa ciuman pertamaku tadi! Aku tidak akan menerimanya! Turunkan aku sekarang juga!" raung Aletta berontak."Kalau kamu tidak mau menerimanya, kamu bisa kembalikan lagi ciuman itu padaku!" balas Leon dengan santai."Dalam mimpi! Turunkan aku, berengsek!”Setelah masuk ke gang lainnya, Leon baru menurunkan Aletta, dan kembali menghindar saat wanita itu melayangkan pukulannya,"Kamu tidak bisa melawanku, kurcaci!" ledek Leon, setelah membekuk Aletta kembali, ia melirik ke belakangnya dan mulai bisa bernapas lega, karena para pria tadi tidak mengikuti mereka.Tapi rasa lega berubah menjadi marah, saat teringat nyawa wanita di depannya ini tadi nyaris saja melayang sia-sia, seandainya saja Leon tidak datang tepat waktu.Perutny
Leon dan Aletta duduk bersisian di tepi hamparan luas tanah lapang tempat beberapa anak panti tengah bermain sepak bola. Sudah lama mereka duduk di sana sambil membahas langkah mereka kedepannya. Baik mengenai rumah tangga mereka dan juga lainnya.“Baiklah, aku akan kembali bersamamu ke Jakarta. Tapi aku minta satu hal padamu dan aku harap kamu mengizinkannya.” Aletta mencoba bernegosiasi dengan suaminya.“Apa syaratnya itu, Sayang?” tanya Leon.“Aku mau Chateau peninggalan orangtuaku dijadikan rumah baru untuk anak-anak panti. Di sana lebih layak dan luas untuk mereka tempati. Ada banyak ruang yang dapat mereka gunakan untuk tempat mereka belajar, bermain atau berkarya. Perpustakaan di sana juga jauh lebih layak dengan koleksi buku terlengkap, dibandingkan dengan di sini. Banyak koleksi buku Papá yang bisa mereka baca. Dan aku juga yakin kalau baik Papá maupun Mamá tidak akan keberatan dengan ide aku ini.”“Kenapa kamu harus izin padaku mengenai hal itu, Sayang? Chateau itu adalah mil
“Jadi kamu dan Tante Amber yang membawaku keluar dari labirin itu?” tanya Aletta pada Justin.Kesehatannya sudah kembali pulih, dan sore nanti ia sudah boleh keluar dari rumah sakit. “Ya, kebetulan saat itu aku sedang mencarimu untuk mengajakmu bermain di danau seperti biasanya, dan salah satu pelayan mengarahkanku ke labirin itu. Menurut mereka kamu sedang bermain dengan orangtuamu di sana,” jawab Justin.“Tante Amber juga ikut ke labirin?”“Ya, tidak biasanya Mommy mau ikut panas-panasan. Ternyata saat itu Mommy sudah merasakan ada yang janggal di labirin itu saat melihat beberapa pria mendekati labirin. Mommy merasa tidak mengenali mereka.”Justin mendesah sebentar sebelum kembali melanjutkan,“Dan untungnya juga supir keluargaku belum meninggalkan tempat dia menurunkan kami. Jadi setelah mengeluarkanmu dari labirin itu, kami dapat membawamu langsung ke tempat yang aman. Sebuah panti asuhan terpencil dengan pemandangan yang luar biasa Indah.”“Terima kasih. Kalau tidak ada kamu da
“Ya, prioritas utamaku saat ini adalah membuatmu bahagia. Kamu dan juga anak kita ini!” Meski nada suaranya terdengar tegas, namun sentuhan ringan Leon di perut Aletta membuat istrinya itu bertanya-tanya, yang pastinya langsung menyuarakan pertanyaan itu dengan nada sumringah,“Apa aku sedang hamil sekarang?”Untuk sesaat Leon mengerjapkan kedua matanya dengan bingung karena perubahan suasana hati Aletta yang tiba-tiba itu,“Hamil?” ulangnya.“Kamu tadi menyebut kata anak sambil mengusap lembut perutku ini. Apa di dalam sini ada janin anak kita yang sedang berkembang? Apa itu yang menjadi penyebab aku kehilangan kesadaranku?”“Oh, tidak. Bukan itu. Astaga … Kita baru melakukan hubungan intim kurang dari dua minggu yang lalu, Sayang. Kamu tidak mungkin hamil secepat itu. Kalaupun kamu hamil, dokter yang melakukan pemeriksaan padamu tadi pasti sudah akan mem beritahukannya padakiu lebih dulu,” ralat Leon dengan cepat.Saat itu juga wajah sumringah Aletta berubah menjadi sendu kembali,
“Cepat pergi!” Terdengar perintah tegas papá Aletta sebelum Aletta melihat raut sedih bercampur ketakutan di wajah mamanya, saat dengan tubuh yang gemetar hebat perlahan mamanya balik badan hingga mata mereka saling terkunci.Ingin rasanya Aletta menghampiri mamánya dan membantu papánya menghalau serangan demi serangan dari pria asing itu, namun apa daya kedua kakinya seolah terpaku di lantai. Aletta terlalu syok hingga tidak dapat melakukan apapun, bahkan hanya untuk berkedip sekalipun.Hingga akhirnya dengan kedua bola mata yang melebar dan mulutnya yang gemetar memanggil nama Aletta tanpa suara, Aletta melihat benda tajam yang menembus bagian depan tubuh mamánya hingga darah segar mengenai wajah Aletta saat benda tajam itu menghujam semakin dalam.“Mamá!” Aletta berteriak histeris di dalam hatinya, karena kata-kata itu seolah tidak dapat mengalir keluar dari dalam tenggorokannya. Mau sekuat apapun Aletta berusaha mengeluarkan suaranya itu.“Letta, kita harus pergi!” seru seseoran
“Apa aku sudah boleh menghajarnya?” tanya Leon dengan tidak sabar. Sejak tadi ia berusaha sabar saat mendengar semua penjelasan Justin.“Silahkan hajar! Atau semua video mesummu dengan Deandra akan tersebar luas! Beberapa anak buahku telah menerima pesanku dengan sangat jelas untuk menyebarkan semuanya jika dalam satu jam aku tidak keluar dari sini dalam keadaan aman!” ancam Leon.Terang saja cengkraman tangan Leon di kerah kemejanya semakin menguat hingga Peter terbatuk-batuk akibat dari tertekannya jalur pernapasannya,“Kau mengancamku? Apa kau pikir dengan ancaman murahan seperti itu akan membuatku takut? Kau salah! Aku tidak peduli dengan reputasiku yang tercemar, saat ini tujuanku hanya satu, membumihanguskan semua yang telah menyakiti Letta, dan semua yang telah berani menyengtuh istriku itu! Persetan dengan reputasiku!” tegasnya.Justin menepuk pundak Leon untuk menyadarkannya, “Leon sabar. Kau bisa membunuhnya! Apa kau mau memberikan kematian yang Mudah untuknya?”“Justin be
Karena kebahagiaannya yang sebenarnya adalah berada bersama orang-orang yang ia cintai, orang-orang yang mencintainya tanpa syarat, seperti halnya orang-orang yang berada di dalam panti, yang tidak ada satupun dari mereka yang akan menyakitinya dengan sangat dalam, seperti yang telah keluarganya dan juga Leon lakukan padanya.Teringat pada perselingkuhan Leon dengan Deandra membuat Aletta menghela napas panjang sebelum akhirnya berkata,“Lakukan apa yang ingin kalian lakukan.”Tepat pada saat itu terdengar keributan dari arah tangga menuju ruang bawah tanah itu, membuat tidak hanya mata Aletta, Leon dan Justin saja yang mengarah ke sana, tapi juga semua mata anak buah mereka.Dan yang lebih mengejutkan lagi untuk Aletta adalah kedatangan Deandra yang tengah dibekuk oleh Dritan, lalu menyusul di belakang mereka seorang pria tua yang tengah dipaksa masuk oleh Leuis dan beberapa anak buahnya.“Leon, Leon tolong selamatkan aku. Aku tidak ada hubungannya sama sekali dengan pria tua itu!” p
“Kau tidak apa-apa aku tinggal sendiri sebentar?” tanya Leon dan Aletta menggeleng kencang,“Tidak, aku tidak mau ditinggal sendiri, aku takut,” rengeknya.“Baiklah, aku akan gtetap di sini bersama denganmu.” Leon kembali memeluk Aletta. Lagipula dengan banyaknya anak buahnya dan juga anak buah Justin, dalam waktu singkat mereka telah berhasil membekuk kaki tangan pembunuh itu.Meski demikian, Leon tetap mengingat wajah pria yang berniat memperkosa Aletta, dan yang telah melukai paha istrinya itu.Nanti, Leon akan memastikan hukuman yang menyakitkan pada kedua pria itu, juga pria lainnya. Mereka semua telah membuat Alettanya yang pemberani menjadi selemah anak kucing.“Tahan dan satukan mereka semua di sel sebelah!” Terdengar perintah Justin bersamaan bunyi ponsel salah satu dari berandalan itu.“Angkat dan Loudspeaker! Sekali saja kau memberitahu Tuan Besarmu itu mengenai keadaan di sini, maka aku akan langsung mengirimmu dan kalian semua ke alam lain!” perintah Justin dengan tegas.P
Tapi saat para pria itu maju secara bersamaan, Aletta pun pada akhirnya berhasil mereka lumpuhkan. Dan dalam sekejap mata, kedua tangan beserfta kedua kakinya telah dirantai. Praktis ia sama sekali tidak dapat menggerakkan tubuhnya. “Bangsat kalian! Lepaskan aku! Aarggah! Lepaskan aku bajingan!” Pemimpin mereka meludah ke sampingnya sambil menurunkan resleting celananya, “Melepaskanmu? Cih! Tidak akan!” “Kalian akan menyesalinya! Cepat lepaskan aku! Aku akan mengadukan perbuatan kalian pada Tuan Besar kalian!” ancam Aletta. “Silahkan saja, dan mungkin Tuan Besar akan berterimakasih pada kami karena telah membantunya menyakitimu! Anak dari pria yang Tuan benci! Kau! Sumpal mulutnya dengan pakaian dalamnya!” Aletta memberikan tatapan membunuhnya pada pria yang ditunjuk tadi, tapi pria itu malah menyeringai lebar sambil mengeluarkan belati dari sakunya. “Jangan berani kau menyentuhku!” “Kalau aku menyentuhmu kenapa? Kau mau menyentuhku balik?” tanya pria itu yang disusul dengan g
“Kenapa wanita itu masih juga belum sadarkan diri?” Salah satu pria yang membawa Aletta bertanya. Dengan posisi berbaring menyamping membelakangi mereka membuat Nyaris satu jam Aletta terus berpura-pura tidak sadarkan diri, ia sengaja mengulur waktu karena ia tahu Justin pasti akan segera menemukannya.Itu pun kalau pria itu memang masih ingin membantu Aletta setelah ia melarikan diri darinya.Memangnya pilihan apa lagi yang Aletta punya, selain pergi sejauh mungkin dari pria itu setelah melihat dua orang anak buahnya yang berusaha menculiknya?Atau jangan-jangan tuan yang para berandalan itu maksud adalah Justin?Tapi kenapa Justin harus bersusah payah menugaskan beberapa anak buahnya untuk menculik Aletta, kalau bisa saja Justin membunuh Aletta langsung saat masih berada di dalam Chateaunya?Bermacam pertanyaan terus berkecamuk di dalam diri Aletta. Sambil tetap waspada kalau saja para pria berandalan itu mencoba untuk merudapaksanya.“Kita lakukan saja sekarang! Memangnya kenapa h