Share

Rasanya Masih Sama

Denting peralatan masak saling beradu, menghasilkan bunyi khas area dapur, mengusik siapapun penghuni yang ada di sekitar area tersebut. Aroma rempah sup ayam menyeruak kental, memenuhi sudut Penthouse milik Elmer Geraldo. Memasak rupanya sudah menjadi ritual pagi hari bagi Anna, wanita bertubuh ramping berusia dua puluh enam tahun, si pemilik lesung di pipi kanan.

Beruntung, Elmer sangat supportive dengan memberi izin akses memasak di area dapur untuk mantan adik iparnya itu. Disamping menari, keahlian Anna lainnya adalah menyajikan hidangan penuh cita rasa.

Bahkan mendiang suami nyaris tidak pernah absen menemani Anna setiap kali menyiapkan sarapan sebelum berangkat kerja. Nathan kerap berceloteh riang untuk sekadar memberi semangat kepada istrinya yang berkutat dengan alat-alat dapur walaupun terkadang mendapat omelan.

"Kau tau, Sayang. Aku tidak akan pernah makan di luar lagi karena aku sudah memiliki koki handal dan cantik sepertimu, An."

"Sudahi menggombalnya, Nath. Nanti sarapanmu dingin."

"Ugh. Aku tidak menggombal, An. Itu adalah fakta."

"Aku tau, Sayang. Tapi ini sudah ke ribuan kalinya kau ucapkan semenjak kita menikah."

"Kau tidak suka?"

"Aku suka. Tapi aku bisa mati pelan-pelan, meledak karena limpahan pujianmu."

Bayangan semu percakapan masa lalu tiba-tiba hadir menyeruak, mengalihkan Atensi Anna yang sedang memasak. Kebahagiaan menyelimuti dada Anna walaupun hanya angannya hanya sebatas bayangan semu.

Tawa renyah khas Nathan tak pernah absen menemani kegiatan masak Anna di dapur semasa menjalani hidup berdua. Sekalipun sosoknya sudah tiada, melodi suara khas Nathan menetap abadi di indera pendengaran wanita berparas cantik itu.

"Ugh. Ini tidak adil!" Seorang pria tak dikenal tiba-tiba melayangkan celetukan protes kepada Anna yang sedang termangu sembari memegang wajan dan tersenyum simpul.

Celotehan pria misterius berpenampilan bak excecutive muda itu lantas membuat Anna terkesiap seraya mengerjapkan matanya dua kali.

"Maksudmu ... aku?" tanya Anna mengkonfirmasi, menunjuk ke arah hidung bangirnya.

"Iya. Kau sungguh tidak adil. Kau hanya perlu bercermin jika ingin melihat bidadari karena kau adalah bidadari itu sendiri," timpal sang pria yang nyatanya melayangkan gombalan kepada Anna.

Entah dari mana arah datangnya, sembari mengulas senyum, pria itu kini melayangkan tatapan kagum ke arah Anna.

Pipi Anna sontak mengeluarkan rona merah jambu tak tahu harus menanggapi apa.

BUGH!

"Sudah masuk tanpa diundang, sekarang kau malah merayu adik iparku." Elmer secara tak terduga memukul bahu pria itu dengan entengnya.

"Aw. Kau jahat, El. Aku hanya memujinya. Apa yang salah?" Sang pria protes sembari mengusap kasar bahu yang menjadi korban.

"Semua orang tau bahwa yang kau katakan tadi itu rayuan buaya pencari mangsa, Vic." Elmer merespon dalih pria bernama lengkap Vico Farente dengan memutar bola mata malas.

"Tunggu! Dia ... adik ipar yang selalu kau ceritakan itu?" tanya Vico terperanjat.

Bukan merespon dengan kata, Elmer malah sigap menutup mulut Vico. Sementara itu, Anna yang terlanjur mendengar, menautkan alis lalu menatap serius kearah Elmer seolah menanti penjelasan. "Apa kau sering membicarakanku, Kak?" tanya Anna menyelidik.

"Ah, itu. Tentu saja. Vico adalah sahabatku dan aku pun membicarakan Nathan karena kalian berdua adalah adik-adikku, bukan?" kelit Elmer berusaha menjelaskan meskipun sedikit gugup.

"Apa yang kau—"

"Oh iya, An. Aku harus berdiskusi pekerjaan penting dengan orang ini. Silahkan teruskan kegiatanmu, okey." Saat akan bertanya, Elmer memotong kalimat Anna sembari masih membekap Vico. Tanpa membuang waktu lagi, ia pun bergegas menggiring tubuh Vico ke ruang kerjanya.

"Aneh ... mengapa Kak El menggosipkanku juga? Padahal kami jarang bertemu," gumam Anna kebingungan.

Saat mencoba mendalami pikiran, secara rak terduga teko ceret di atas tungku kompor listrik memekik sehingga mengalikan perhatiannya. Dalam sekejap, Anna pun terlupa dan kembali melanjutkan kegiatan memasak.

***

"Cepat katakan apa yang sebenarnya terjadi di sini, El?" desak Vico sesaat setelah mengunci pintu ruang kerja Elmer. "Apa benar Kau mengijinkan adik iparmu tinggal disini dan kalian hanya tinggal berdua?"

Elmer mengangguk pasrah tanpa pembelaaan. Berbohong sekalipun percuma, Vico sudah hapal betul luar dan dalam seorang Elmer.

"Woah. kau sudah gila, El!" rutuk Vico menggigit bibir bawahnya gemas.

"Shuhh! Anna bisa mendengarmu nanti." Elmer menempelkan telunjuk pada bibirnya.

"Iya. Tapi mengapa kau membawanya tinggal disini?" tanya Vico yang kali ini menekan suaranya. "Ini tidak baik, El. Aku tau perasaanmu padanya. Dan juga kau sedang dalam proses—"

"Dia di usir orang tuaku, Vic. Di hari dimana Nathan baru saja dimasukkan ke dalam pusara. Apa jika jadi aku, kau akan membiarkannya terlunta di jalanan?" tutur Elmer menyela ucapan Vico.

"What! Serius?" Netra bulat Vico terbelalak tak percaya.

Elmer perlahan mulai menceritakan kronologi kejadian yang menimpa mantan adik iparnya kepada Vico. Sementara sahabatnya hanya bergeming menjadi pendengar yang baik seraya terperangah tak percaya imbas nasib begitu buruk menimpa wanita secantik Anna.

"Tapi, El. Pertanyaannya, mengapa harus di Penthouse yang ini? Bukankah kau punya banyak properti?" tanya Vico lagi yang kali ini mengerenyitkan dahi keheranan.

"Uhm, itu .... aku melakukannya secara spontan. Aku 'kan tinggal disini. Jadi aku hanya mengingat tempat ini," kelitnya lalu membuang muka.

Vico masih menelisik gelagat Elmer seolah kurang puas dengan jawaban barusan.

"Mengapa? Kau tidak percaya?" Elmer merajuk sembari membuang pandangan. Namun, sorot Vico tetap mengisyaratkan tak puas.

"Cih. Aku tau batasan, Vic. Aku tidak akan melakukakan hal bodoh. Lagipula aku baru ingin membicarakan masa depan Anna. Tapi seekor buaya darat tiba-tiba masuk dan memujinya di dapur."

"Hahaha. Buaya ini adalah sahabat sejatimu, El. Kau tidak bisa mengelakya," sombong Vico mengusap kilat hidungnya dengan bangga.

Elmer dan Vico merupakan teman semasa mengenyam kuliah bisnis di luar negeri. Ia merupakan anak salah satu partner bisnis Geraldo Enterprise.

Vico Farente sama-sama mempunyai tanggung jawab seperti Elmer yaitu meneruskan dinasti Perusahaan keluarga Farente yakni Farente Coorporation.

Meski begitu, Vico mempunyai kepribadian bertolak belakang dengan Elmer. Sosoknya terkenal sebagai crazy rich playboy dan menjalani hidup terlalu santai. Namun sebenarnya Vico memiliki IQ cerdas. Semua pekerjaan bisa diselesaikan dengan mudah.

"Baiklah. Kau harus pegang kata-katamu untuk tidak melakukan hal bodoh, El."

"Hmm," jawab Elmer singkat.

Semoga saja, Elmer malah membatin tak yakin dalam hati.

"Kalau begitu. Aku yang sekarang berada di zona bebas mendekati janda adikmu, bukan?"

"Jangan macam-macam, Vic. Anna bukan mangsamu," tegas Elmer cukup terdengar tak suka.

"Mengapa? Apa kau tidak bahagia melihat Anna bahagia? Aku bisa membahagiakan dia, El."

"Ten-tentu saja. Tapi tidak sekarang dan tidak denganmu." Elmer tetap pada pendirianya seakan tak suka pria lain memiliki niat mendekati Anna.

Aku hanya mengujimu saja, El. Tapi melihat reaksimu aku tidak yakin kau kau bisa menjaga sikap di hadapan Anna. Semoga saja firasatku tidak benar.

***

Dada Maria bergejolak tak berkesudahan setelah pembacaan wasiat Nathan beberapa waktu yang lalu. Rautnya kentara gusar hebat. Hanya kegiatan mondar-mandir resah yang ia lakukan sedari tadi.

"Ada apa kau memintaku pulang di jam kerja, Mar?" tanya Jacob yang baru saja munculkan presensi. Ia kesal karena sang istri tiba-tiba memintanya pulang segera di tengah jam kerja.

"Aku sudah bilang ini penting, Jac. Mengapa kau tidak langsung bergegas pulang. Sudah dua jam aku menunggu." Maria malah memprotes balik suaminya.

Astaga! Aku yang sudah dia ganggu tapi mengapa dia yang marah? Dasar istri cerewet dan pengatur. Awas saja kau jika melewati batas, Mar.

"Ya sudah cepat katakan! Aku malas ribut-ribut denganmu." Jacob memutar bola matanya dan segera mengambil posisi duduk di salah satu sofa ruang kerja itu.

"Ini gawat, Jac. Aku sudah berbicara dengan pengacara tentang saham dan peninggalan Nathan," ungkap Maria resah.

"Ada apa? Bukannya sudah jelas semua itu akan pindah ke saham bagianku sebagai ayahnya?"

"Tidak." Maria cepat-cepat menyanggah.

"Maksudmu?"

"Nathan diam-diam sekongkol dengan ayah memindahkan peninggalannya atas nama Anna."

"APA? Kau pasti bercanda, 'kan?" Jacob tersentak tak percaya.

Namun, ia tahu bahwa istrinya tak mungkin main-main apalagi menyangkut segala hal tentang uang. Pasangan suami istri itu bagai partner in crime jika sudah menyangkut harta benda.

"Mana mungkin aku main-main, Jac." Maria menggerutu tak kalah kesalnya.

"Bukankah ... ayah mertua juga tidak menyetujui pernikahan Nathan dan Anna? Tapi ... mengapa dia mengabulkan wasiat Nathan?" Tubuh Jacob kini lemas diikuti raut yang berubah pucat.

Bahkan di pikirannya terbayang saat rapat dewan direksi pemegang saham nanti, Anna akan berada di sana menggantikan Nathan sebagai salah satu pemegang saham. Hanya membayangkan saja seluruh bulu kuduk Jacob bergidik jijik. Tidak mungkin dia menerima sosok rendahan seperti Anna duduk sepadan dengannya dan juga para direksi.

"Ini tidak boleh terjadi, Mar. Kita harus melakukan sesuatu."

"Tapi kau tau ayah bagaimana, 'kan? Dia terkadang netral apalagi jika menyangkut Nathan. Tidak seperti keluarga Geraldo yang lain," sanggah Maria.

"Aku akan pikirkan ini. Kalau perlu, aku akan menggunakan cara kotor," imbuh jacob terdengar kesumat.

"Jangan, Jac. Kita harus mencari celah dulu. Terlebih, Elmer pasti memihak penari bar itu," cegah Maria.

Jacob sontak terdiam sejenak, terlihat mempertimbangkan saran dari istrinya.

"Baiklah. Jika sudah tidak ada yang ingin kau katakan. Aku akan pergi lagi."

"Tunggu. Kau tidak makan siang denganku?" tawar Maria sebelum suaminya berlalu.

"Ini hampir sore, Mar. Aku masih ada meeting penting."

"Tapi—"

Tanpa menggubris ucapan Maria lagi, langkah Jacob melesat begitu saja meninggalkan sang istri yang terpaku di tempat.

"Padahal aku hanya ingin makan siamg berdua saja denganmu. Tapi, belakangan waktumu tersita lebih banyak di luar," gerutu Maria dalam hati.

***

Keesokan harinya.

Anna terbangun seraya merasakan gejolak mual di perutnya. Beberapa kali suara khas muntah menguar di kamar mandi kamarnya. Namun, hanya saliva bening yang keluar dari brlah ranumnya.

"Ergh. Apakah fase ini sudah dimulai?" gumamnya bermonolog dengan tubuh terhuyung lemas keluar dari kamar mandi.

"Apa yang sudah dimulai, An?" tanya Elmer yang ternyata sudah ada didalam kamar tidur Anna.

"Kak El ...." Seketika, Anna gugup, tubuhnya membeku tak tahu harus berkata apa.

Kak Elmer tidak boleh tahu apa yang sedang kualami.

"Apa yang kau lakukan, Kak? Mengapa kau menyeruak masuk ke kamarku? Bagaimana jika aku sedang tidak memakai apa-apa?" protes Anna yang sebenarnya mengalihkan topik pembicaraan, berharap atensi Elmer teralih.

"Aku sudah mengetuk pintu, tapi aku malah mendengar kau seperti sedang muntah-muntah. Ada apa denganmu, An? Kau sakit?"

Belum sempat merespon, tubuh kekar Elmer yang sudah mengenakan kemeja dan jas kekenian berwarna cream melesat mendekati Anna.

"Kau pucat, Na." Tanpa izin pundak tangan Elmer menyentuh bagian dahi mantan adik iparnya, meraba suhu di sana takut-takut Anna memang sedang demam.

"Hentikan, Kak. Aku baik-baik saja. Mungkin semalam aku lupa makan," kelit Anna mengibas tangan Elmer dengan sopan.

Namun, tak berhenti sampai di sana, Elmer melanjutkan aksi dengan tiba-tiba menggendong tubuh langsing Anna ala bride style. "Kau sakit, An. Dahimu nyaris panas masih saja kau mengelak." Sempat bertatap intens, Anna membuang pandangan sedangkan Elmer membawa tubuh langsing itu dibaringkan di atas ranjang.

"Aku akan memanggil dokter," tegas Elmer mengambil ancang-ancang beranjak.

Namun, dengan cepat tangan Anna sukses menggapai telapak tangan Elmer. "Tidak perlu, Kak. Sungguh, aku mungkin hanya kelelahan saja," cegah Anna memohon sembari memperlihatkan puppy eyes andalan.

Sayangnya, Anna tak tahu betapa besarnya rasa khawatir Elmer. Sekalipun dicegah, Elmer tak menyerah begitu saja. Memastikan Anna sehat adalah prioritasnya sekarang. Pria itu lantas merogoh ponsel menggunakan tangan satunya segera men-dial nomor ponsel dokter pribadi.

"Dokter Shin, aku membutuhkanmu," ucap Elmer sesaat setelah panggilannya terhubung.

"Ergh ... kau benar-benar kakak ipar yang keras kepala." Anna menyerah karena Elmer lebih kerasa kepala darinya. Tangan Anna lantas terkulai lemas.

Namun, saat hampir melepaskan tangan yang ditautkan di telapak Elmer, Ana merasakan sesuatu seperti menahannya. Tanpa dapat diprediksi, Jemari Elmer dengan cepat masuk ke sela jemari Anna dan kemudian menggenggamnya erat. Genggaman yang sontak membuat aliran darah Anna berdesir hebat.

Netra puan itu pun kemudian membulat sempurna pada aksi tak terduga mantan iparnya. Perlahan, tatapan nanar mulai Anna alihkan pada sosok pria beraut tegas nan tampan yang masih melakukan panggilan telepon itu.

Genggaman ini ... mengapa Kak Elmer menggenggam jemariku seperti yang selalu Nathan lakukan?

Angan Anna lantas melambung pada ingatan masa lalu dimana mendiang suaminya sering melakukan aksi menggenggam jemari sang puan ketika menerima panggilan telepon.

"Dokter Shin akan segera datang, An. Beristirahatlah. Akan kubawakan termometer dan kompres."

Elmer melepaskan pertautan jemari lalu kemudian mengusap singkap rambut Anna sebelum akhirnya beranjak.

Di sisi lain.

Kau sudah gila, El. Mengapa kau menggenggam jemari Anna? Bagaimana jika dia ketakutan lalu meminta pindah dari sini. Aku hanya tidak ingin sesuatu terjadi padanya di luar sana.

Di luar dugaan, Elmer pun ternyata tak kala gugup dan menyalahkan diri atas aksi lancangnya terhadap Anna. Pria itu lantas mengusak rambutnya kasar.

Vico benar, aku hampir tidak bisa menahan diri jika menyangkut tentang Anna. Aku harus menjaga jarak mulai sekarang.

Elmer membatin seraya meneguhkan hati meskipun sebenarnya ia tak yakin bisa menjaga sikap jika berada di sekitar Anna.

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Lady Orlin
mamacih bnyk kak udh mampirin...... hari ini insyaAllah update...
goodnovel comment avatar
IlyaFio
next laniut......
goodnovel comment avatar
IlyaFio
Elmer bneran mash cinta bgd,..tapi sdh liat anna kaykny hamil huhu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status