"Kak ...." Suara Anna menguar lembut, menyapa Elmer yang sedang duduk di sofa seraya mengerjakan sesuatu dari laptop dipangkuannya.
"Hey." Elmer segera menanggalkan laptop ke atas meja dan meminta Anna duduk di sebelahnya. Wanita itu pun manut dan segera melesatkan bokong di sebelah Elmer. Setelah insiden Anna menari balet dan hampir mencelakai diri dan juga kandungannya kemarin, Elmer memberi wanita itu ruang setelah ditenangkan. Namun, hati Elmer tentu belum sepenuhnya lega untuk meninggalkan mantan iparnya sendirian di Penthouse. Pria itu lantas memutuskan untuk bekerja dari rumah hari ini. "Mengapa kau tidak ke kantor, Kak? Apa ini gara-gara ulahku kemarin?" tanya Anna diliputi perasaan bersalah. "Jika iya, aku minta maaf." "Cih, kau terlalu besar kepala. Aku bisa bekerja kapanpun dimanapun, An," ledek Elmer yang sebenarnya berusaha menghilang kecanggungan. Anna sontak memutar bola mata dengan malas. Ia tahu betul elmer sedang berkelit agar tidak membahas hal kemarin lebih jauh. Elmer merupakan tipikal pria yang rela berkorban apapun demi orang-orang yang ia sayangi. Meski begitu, Anna tidak mengetahui bahwa perasaan Elmer terlampau spesial untuknya. "Omong-omong ... pasti dokter Shin yg membocorkan kondisi kehamilanku pada kakak. Ugh, bisakah doktermu profesional?" Anna kini memprotes dokter pribadi Elmer. "Tidak, aku yang menguping pembicaraan kalian," aku Elmer enteng. Bibir Anna terbuka lebar tak percaya lalu dikerucutkan masam. "Dasar kakak ipar licik," umpat Anna meledek spontan. "Apa kau bilang? Aku yang perhatian dan tampan ini kau bilang licik." Kedua netra Elmer menyipit tak terima. Namun, bagi Anna sikap Elmer terlihat menggemaskan. Tawa lepas pun menguar dari belah ranumnya. Sementara, Elmer merasa bangga jika bisa kembali membawa tawa puan yang sedang bersedih di hadapannya. "Terus seperti ini, An," tutur Elmer mengalir begitu saja. "Maksudmu?" "Kau sangat cantik saat tertawa." Pujian dari Elmer diiringi tatapan syahdu ke arah sang puan, sukses membuat jantung Anna seketika berdebar hebat. Bahkan momen yang ia rasakan nyaris sama saat Anna sedang bersitatap dengan mendiang suami. "Kak. Aku—" "Apa yang sedang kalian lakukan?" Suara wanita tiba-tiba menginterupsi dengan lantang seiiring presensinya semakin mendekat. "Mama!" Elmer sontak menoleh pada sosok Maria. "Sial, aku lupa merubah password," umpat Elmer spontan dalam batin. Selain Vico sang sahabat, Elmer juga mempercayakan password elevator pribadi menuju Penthouse kepada sang mama. "Apa yang kau lakukan di sini, Ma? Mengapa kau datang tanpa mengabari dulu?" Elmer sedikit menaikkan nada bicara. Sejujurnya, pria itu masih kesal imbas sang mama yang mengusir Anna begitu saja. "Jangan meninggikan suaramu, El. Aku adalah mamamu," sentak balik Maria melayangkan tatapan sengit. Elmer lantas menghela napas pasrah. Bagaimanapun, Maria adalah ibu kandung yang harus senantiasa ia hormati. "Baiklah, maaf. Aku tidak bermaksud seperti itu, Ma." "Cih, kau masih di sini rupanya?" Kali ini nada sinis Maria ditujukan untuk Anna yang terlihat bergeming di tempat. "Aku—" "Jangan katakan apapun, An," larang Elmer kepada Anna. "Maaf, Ma. Kau tidak berhak ikut campur keputusanku terlebih kau telah mengusir wanita yang dicintai Nathan." Elmer berujar tegas agar supaya Maria tidak mengusik ranahnya dan juga Anna. "Hmm, kau tenang saja, El." Maria berkata dengan enteng seraya mengalihkan pandangan pada jemari lentik berkutek merah miliknya seolah meremehkan. "Bukan aku, tapi masalalu mu yang belum usai yang akan membuat gembel ini sadar diri untuk segera meninggalkan Penthouse ini." "Apa maksudmu, Ma?" "Elmer." Tak sampai sepersekian detik, sapaan lembut Kaia menyeruak di tengah persiteruan. "Kai?" Netra Elmer kontan terbelalak saat melihat presensi wanita cantik dengan rambut tergerai indah yang masih berstatus sebagai istri sah, Kaia Anderson. "Bisakah kita bicara, El? Ada hal penting yang ingin kusampaikan?" "Tidak. Aku tidak memiliki waktu," tolak Elmer to the point. "Jangan begitu, El. Kaia masih istri sah mu," bela Maria yang tentu ditujukkan kepada menantu emasnya. Tak hanya Elmer, reaksi terkejut lainnya tergambar jelas di wajah Anna. Imbas nasib malang yang tengah menimpanya belakangan, Anna lupa bahwa kakak iparnya sudah beristri. "Kalau begitu, aku permisi dulu, Kak," pamit Anna beranjak memberi privasi. Meski sempat dicegah sang kakak ipar, Anna tak menghiraukannya dan terus melenggang ke arah elevator untuk keluar dari Penthouse. Namun, ketika elevator hendak tertutup, pintu kembali terbuka otomatis. "Anna." Bukan Elmer melainkan Maria yang kini meminta ikut dengan Anna untuk bicara secara empat mata. Hanya anggukan singkat yang Anna layangkan sebagai tanda persetujuan. Pintu elevator pun tertutup sempurna membawa Anna dan Maria turun ke lobby. "Cepat apa yang ingin kau katakan. Aku benar-benar tidak ada waktu meladenimu, Kai," sinis Elmer seraya memutar bola mata dengan malas. "Sekali lagi aku minta maaf atas perbuatanku, El. Sungguh, aku menyesal sekarang." Kaia mulai bersandiwara memasang mimik penuh kesedihan. "Aku menyadari bahwa aku mencintaimu dan ingin kembali padamu." Elmer sontak terkesiap diikuti bimbang mulai menyelimuti benak. Sosok Kaia memang pernah bertahta di hati mengobati patah hati karena Anna menjatuhkan hati pada adiknya. Tetapi, sayang. Elmer menciduk istrinya melakukan kesalahan cukup fatal yang berujung pada gugatan cerai."Apa kabar, Ma?" ucap Anna sopan membuka percakapan dengan Maria. Keluar dari Penthouse Elmer, Maria mengajak mantan menantunya ke sebuah Caffe terdekat utuk bicara secara empat mata. "Ch, kau masih saja berpura-pura, An. Tunjukkan saja sifat aslimu. Wanita penyasar kaum konglomerat." "Astaga, Ma. Aku tidak sejauh yang kau pikirkan. Aku benar-benar mencintai Nathan tanpa memandang status yang melekat padanya." "Hentikan memanggilku dengan sebutan Mama. Aku tidak sudi mendengarnya." Sentakan Maria seketika membuat Anna bergeming pasrah. "Kau rupanya belum puas, huh?!" sinis Maria sesusai menyeruput secangkir teh dengan gelagat elegan serupa bangsawan. "Apa maksud, Nyonya?" Anna sontak kebingungan. "Kau picik, Anna. Aku tau setelah Nathan kau menarget Elmer, bukan? Apa kau sadar Elmer berstatus suami orang?" Nada bicara Maria memang pelan, akan tetapi terkesan menusuk sehingga melukai hati mantan menantunya. Mertua yang pernah sangat ia hormati dan bahkan sudah dinggap s
Elmer melangkahkan kaki dengan gontai di sepanjang lorong rumah sakit. Ia tak percaya perihal apa yang dokter sampaikan mengenai kondisi Anna tadi. Bagaimana dia harus mengatakan pada wanita itu bahwa janinnya sudah sudah tak bersamanya lagi. Flashback. "Maafkan kami, Pak. Kami terpaksa harus menggangkat janin dari rahim Nyonya Anna," ungkap dokter terdengar berat hati. "Apa? Memangnya kenapa, Dok?" desak Elmer dengan mata membola. Sang dokter mulai menceritakan kronologi insiden jatuhnya Anna dari kesaksian pria bernama Reiner yang membawanya ke UGD kala itu. Sontak Elmer sangat marah kala mendengar penyebab jatuhnya Anna imbas menyelematkan seorang anak. Betapa egoisnya puan itu. Di sisi lain, ia tak bisa menyalahkan aksi kemanusian yang dilakukan mantan adik iparnya. Namun, kekesalan spontan berganti sesal manakala Dokter melanjutkan kalimatnya. "Sebenarnya, ada atau tidak insiden jatuh, kami tetap harus mengangkat janinnya karena Nyonya Anna mengalami Mola Hidatido
"Maaf, saya tidak mengerti mengapa Anda ingin membahas lagi perihal wasiat mendiang Nathan padahal semua sudah jelas, Anna Caroline adalah penerima sah harta atas mendiang putra Anda, Tuan Jacob."Siang itu, Erick Meyer selaku pengacara yang diamanahkan wasiat oleh mendiang Nathan mendadak dipanggil Jacob untuk mampir ke kantornya. Pria paruh baya betubuh tambun itu sebenarnya cukup kesal pada orang tua mendiang kliennya. Jacob dan Maria dinilai tamak dan kentara menghambat proses pengumuman isi wasiat kepada yang berhak yaitu Anna."Santailah dulu, Er." Jacob mempersilahkan Erick duduk. Meski terselip ragu, sang pengacara akhirnya manut. "Aku hanya ingin memastikan sesuatu. Apa benar-benar tidak celah agar semua yang diwasiatkan Nathan tidak jatuh pada Anna?" tanya Jacob to the point. "Ah ... atau kita bisa bekerjasama memanipulasinya, bukan?" lanjut Jacob mengusulkan ide licik.Erick mendelik tak habis pikir lalu menghela napas pasrah. Ia sudah tahu kemana arah pembicaraan akan b
Terhitung dua jam sudah teriakan euphoria di dalam sebuah ruangan VIP restoran bertemakan klasik Eropa itu menggema. Sekumpulan grup terdiri dari beberapa wanita sosialita yang sudah tak muda lagi rupanya kini sedang mengadakan acara arisan bulanan rutin. Salah seorang wanita berusia matang dengan make up menornya mulai membacakan secarik kertas yang baru saja ia raih di antara sekumpulan kertas serupa yang ada di dalam sebuah toples kaca. "Dan pemenang arisan berlian kali ini adalah ...." Teman-teman sebayanya pun kompak melakukan variasi gelagat saat sang host menjeda sejenak ucapannya. Ada yang menggigit bibir resah, memejam mata sembari menutup telinga dan juga ada yang berekspresi santai. "Maria Geraldo!" Saat namanya disebut, Maria sontak terbelakak tak percaya dengan mulut yang menganga lebar. "Apakah benar namaku yang menang kali ini, Lau?" tanya Maria mengkonfirmasi. Sang host sekaligus sahabat Maria yang bernama Laura pun mengiyakan sekali lagi sembari memberi ucap
"Rein, Baby? Apakah itu kau?" Suara manja seorang wanita tiba-tiba menginterupsi sesi saling tatap sengit Elmer dan Reiner.Tak hanya Reiner, Elmer dan Anna turut menoleh ke ambang pintu dimana seorang wanita dengan rambut tergerai panjang, mengenakan dress turtle neck ketat di atas lutut seraya menenteng tas bermerek brand terkenal memunculkan presensi.Tanpa menunggu respon Reiner, tungkai jenjang yang mengenakan heels cukup tinggi itu melangkah elegan, berlenggak bak model mendekati sosok Reiner."Shila? Sedang apa kau di rumah sakit?" tanya Reiner sedikit terkesiap. Tak langsung menjawab, wanita bernama Shila malah menyusupkan tangan di lengan kekar Reiner. Di sisi lain sang pria terlihat sangat canggung akan aksi Shila."Aku kebetulan menjenguk teman. Apa kau sedang menjenguk temanmu juga?" Shila mengedarkan netranya pada Anna dan Elmer yang masih bergeming. Reiner lantas mengiyakan."Hai semua. Namaku Shila Evelyn. Aku tunangan Reiner." Namun, tanpa Reiner duga, Shila memperke
"Elmer!" Vico terperanjat kala melihat Elmer yang dilihatnya hampir menyasar bibir Anna. Di sisi lain, Anna cepat-cepat bangkit mengambil posisi berdiri sedangkan Elmer mengikuti aksi Anna setelahnya. "Uhm, sepertinya aku datang di waktu yang kurang tepat," cetus Vico canggung, tetapi langsung dibantah oleh Anna. Dengan terburu-buru, wanita itu menjelaskan bahwa momen yang dilihat Vico merupakan insiden tak disengaja. "Kau sahabat Kak Elmer, kan?" tanya Anna. Vico mengiayakan dengan isyarat anggukan polos. "Tolong nasehati Kak Elmer agar di tidak sembarang merebut barang milik orang," tegas Anna dengan nada mencemooh. "Apa?!" Elmer berdecak cukup kesal. "Jangan percaya dia, Vic. Adik iparku sangat pandai berkata-kata." Prilaku saling lempar sindiran Elmer dan Anna yang sedang berlangsung membuat Vico semakin yakin bahwa sahabatnya memang benar masih menaruh hati pada adik iparnya. Pria blasteran Eropa itu pun menggeleng kepala pasrah seraya bergumam dalam hati. Kau se
Saat tangan Aron hampir membogem mentah wajah cantik Mia, sosok seseorang mencegah dengan cepat tangan Aron. "Pengecut!"BUGH!Pria tersebut sukses mendaratkan sebuah pukulan di pelipis kanan Aron hingga tubuh pria jangkung itu tersungkur ke belakang, hampir bertubrukan dengan Keisha.Aron pun mengaduh kesakitan seraya meracau kasar kepada sosok yang baru saja aja melukai pipinya. Namun, hal berkebalikan terjadi saat Aron melihat langsung rupa pria tersebut. "Le-on?""Lain kali jika memilih lawan, pilihlah yang sepadan. Jangan memukul kaum lemah, mengerti!" hardik Leon dengan penekanan nada diiringi aura dingin yang menyeruak.Apa! Kaum lemah katanya? Mia membatin kesal karena meskipun telah diselamatkan, Leon merferensikan Mia sebagai kaum lemah padahal Mia sangat yakin bahwa bisa membela dirinya tanpa bantuan orang lain."Kau telah melakukan kekerasan, Leon. Akan kuadukan pada rektor!" bentak Aron marah."Ya, ya. Adukan saja pada ayahmu itu. Aku ingin melihat tampang tua bangka itu
"Aku tidak mau dititip pada tante Shila, Ayah. Aku mau ke rumah sakit bertemu tante malaikat atau sama Tante Shera saja." Naura langsung merengek ketika sang ayah hendak pergi imbas pertemuan mendadak dengan klien penting membahas kasus yang tengah ditangani. Resiko menjadi pengacara kondang membuat Reiner terkadang kerepotan mengatasi mood Naura beriringan dengan pekerjaannya. Terlebih, entah mengapa belakangan Naura bersikap seolah tak nyaman jika dititipkan bersama Shila, sosok model muda kekasih sekaligus calon tunangan Reiner."Sayang. Tante Anna masih dirawat. Kita tidak boleh mengganggunya dulu." Reiner mensejajarkan diri berlutut memberi pengertian perihal kondisi kesehatan Anna. "Sedangkan Tante Shera akan segera datang setelah praktek di rumah sakit. Ayah sudah meneleponnya barusan." Shera Keylie merupakan sepupu Reiner beda usia satu tahun yang berprofesi sebagai psikiater di salah satu rumah sakit. Puan yang masih berstatus single itu memang sangat dekat dengan putri sema
"Argh!" Erangan sesekali terkuar dari mulut Leon di tengah proses Mia mengobati lukanya."Maaf, hanya ada obat ini dan alkohol. Aku pun baru pertama kali mengobati orang terluka," cetus Mia tanpa melihat mata lawan bicara karena fokus mengobati sudut kening Leon yang lukanya cukup menganga parah."Kenapa kau tidak pergi ke dokter? Aku yakin kau orang berada karena mampu membayarkan uang semesteranku," tanya Mia yang kali ini menghentikan kegiatannya."Simpanlah sarkasmu, Mi. Jika kau tak mau mengobatiku biar aku saja." Leon menimpali dengan ketus. Namun, sejujurnya ia tak ingin Mia membahas tentang dirinya dan kejadian yang menimpanya malam ini. "Ugh, kau ketus sekali. Aku hanya bertanya." Mia memutar bola mata dengan malas sembari tangannya pindah mengobati bagian sudut bibir Leon.Tak dapat dipungkiri, jarak yang sangat dekat membuat jantung Mia berdebar cukup hebat, akan tetapi ia mati-matian menahannya."Teruslah berjalan ji
"Kau sepertinya sedang mabuk, Kak. Beristirahatlah," pinta Anna yang sebenarnya mengalihkan topik pembicaraan. "Aku hanya menenggak satu gelas saja dan masih cukup sadar untuk bertanya, An. Tolong jawab aku ...." Elmer menghela napasnya dalam dan kembali mengulang pertanyaan dengan harapan jawaban jujur ia dengar dari bibir wanita yang masih bertahta di hati hingga saat ini. "Apa kau akan menerimaku jika aku yang menyatakan cinta padamu sebelum Nathan?" Seolah terasa berat, Anna masih bergeming tak langsung merespon. "Ch! Bodohnya aku, jelas-jelas jawabannya pasti Nathan, kan?" Sempat terkekeh getir, Elmer lantas meminta maaf singkat dan memutuskan beranjak dari hadapan Anna. "Aku akan menerimamu Kak Elmer. Aku akan menerima cintamu karena aku merasakan hal yang sama sepertimu sebelum Nathan datang padaku," tegas Anna lagi secara to the point karena tak tahan dengan tekanan keadaan. Terlebih, Elmer telah menciumnya tadi siang. Sementara itu, pernyataan Anna barusan sukses men
Malu sekaligus gusar tengah melanda Anna. Batinnya bergulat hebat sembari menatap sendu ke arah pemandangan kota dari kamar lantai sepuluh Penthouse yang hampir memasuki senja. Sesekali ujung baju diremat imbas sesal jika mengingat peristiwa terlarang dengan mantan iparnya tadi.Anna berbohong. Pertautan belah ranum dengan Elmer memang lebih terkesan sebagai penghianatan terhadap mendiang suaminya dan juga istri Elmer. Namun, jauh di lubuk hati yang terdalam, aksi yang dilakukan mantan iparnya terasa begitu mengagumkan dan manis.Ada apa dengan hati ini? Maafkan aku, Nath.Di tengah kegalauan, ponsel Anna tiba-tiba bergetar pertanda panggilan masuk. Rupanya nama sang adik yang tertera di layarnya."Ah, kebetulan kau telpon, Mi. Aku ingin menanyakan tentang kode virtual pembayaran uang semesteran. Mengapa saat hendak membayar kode tersebut sudah dibayarkan?" cecar Anna mengingat keterangan Elmer yang sebelumnya tidak dapat melakukan transaksi pembayaran uang kuliah Mia."Itu yang ingi
"Kau kemana saja, An?" tanya Elmer dengan nada sedikit mendesak.Saat sedang menunggu di depan elevator probadi, kedua pintu baja silver itu terbuka dan menampilkan sosok Anna yang membawa tas penuh barang di tangan kanannya."Ah, aku tadi belanja sebentar bahan makanan ke supermarket," balas Anna polos.Elmer pun segera menyambar tas belanjaan Anna diiringi rasa khawatir yang terbalut sedikit protes pada mantan adik ipar yang belum beristirahat padahal baru saja keluar dari rumah sakit.Sembari mengeluarkan bahan makanan, Anna lantas meminta maaf atas sikap sembrono yang tak mengindahkan saran dokter."ARGH!" Pekik kesakitan tiba-tiba menguar dari belah ranum janda berusia dua puluh tujuh tahun itu. Bukan tanpa sebab, rupanya kepala udang yang tajam sukses menggores jari telunjuk yang langsung mengelurkan cairan pekat berwarna merah."Biar aku lihat!" Melihat kejadian tersebut, Elmer sigap mendekat dan langsung mengisap jari telunjuk Anna.Di saat bersamaan, serangan jantung yang be
"Apa? Sudah dibayarkan?" Elmer terkesiap disertai dahi yang mengkerut kebingungan saat menghubungi Sky University untuk memastikan kode pembayaran adik mantan iparnya, Mia. Pasalnya, Elmer sudah mencoba membayar memakai kode tersebut, akan tetapi transaksi kerap berujung gagal diikuti dengan keterangan kode virtual sudah terbayarkan.Elmer lalu mengakhiri panggilan meski masih menyisakan tanda tanya besar. Sebelumnya, Anna dengan jelas mengatakan bahwa semua urusan keuangan dan transaksi yang berhubungan dengan sang adiknya kerap ditangani Nathan semasa hidup.Sepertimya aku harus segera bertanya pada Anna, Elmer membatin seraya bergegas hendak menyusul Anna.Di sisi lain."Uhm, maafkan aku jika tadi sempat bersikap ketus dan defensif," tutur Shera diiringi nada penuh sesal karena telah salah mengira Anna adalah orang asing yang hendak mencelakakan keponakannya. "Aku Shera, sepupu Reiner." Shera lantas memperkenalkan diri dan bersikap ramah setela
"Kak.""Hmm?""Bisa lepaskan aku sekarang? Aku tidak ingin istrimu tiba-tiba menyeruak dan berasumsi macam-macam," pinta Anna saat Elmer masih memeluknya."Aku tidak akan kembali padanya, An," balas Elmer lembut seraya menarik diri dari pertautan dekap. "Maaf jika aku terbawa suasana barusan," lanjutnya lagi dengan gelagat sedikit canggung."Tak apa. Aku yang memulainya jadi di sini aku yang salah." Wajah Anna pun berpaling guna membuang rasa gugup yang mendera. Namun, dengan cepat ia mengganti topik perihal alasan Elmer yang mengakui bahwa tidak ingin rujuk dengan sang istri."Duduklah jika kau sungguh ingin tau. Aku akan ganti baju dulu." Elmer mengisyaratkan agar Anna duduk di sofa bed berwarna abu dekat ranjang sementara Elmer izin mengganti baju terlebih dahulu di ruang wardrobe pribadi miliknya."Ergh, aku sungguh penasaran tapi kau malah menggantu baju," keluh Anna yang sebenarnya didengar Elmer."Baiklah akan kujelaskan dengan keadaan begini karena kau tak sabaran."DEG!Lagi-
"Aku tidak mau dititip pada tante Shila, Ayah. Aku mau ke rumah sakit bertemu tante malaikat atau sama Tante Shera saja." Naura langsung merengek ketika sang ayah hendak pergi imbas pertemuan mendadak dengan klien penting membahas kasus yang tengah ditangani. Resiko menjadi pengacara kondang membuat Reiner terkadang kerepotan mengatasi mood Naura beriringan dengan pekerjaannya. Terlebih, entah mengapa belakangan Naura bersikap seolah tak nyaman jika dititipkan bersama Shila, sosok model muda kekasih sekaligus calon tunangan Reiner."Sayang. Tante Anna masih dirawat. Kita tidak boleh mengganggunya dulu." Reiner mensejajarkan diri berlutut memberi pengertian perihal kondisi kesehatan Anna. "Sedangkan Tante Shera akan segera datang setelah praktek di rumah sakit. Ayah sudah meneleponnya barusan." Shera Keylie merupakan sepupu Reiner beda usia satu tahun yang berprofesi sebagai psikiater di salah satu rumah sakit. Puan yang masih berstatus single itu memang sangat dekat dengan putri sema
Saat tangan Aron hampir membogem mentah wajah cantik Mia, sosok seseorang mencegah dengan cepat tangan Aron. "Pengecut!"BUGH!Pria tersebut sukses mendaratkan sebuah pukulan di pelipis kanan Aron hingga tubuh pria jangkung itu tersungkur ke belakang, hampir bertubrukan dengan Keisha.Aron pun mengaduh kesakitan seraya meracau kasar kepada sosok yang baru saja aja melukai pipinya. Namun, hal berkebalikan terjadi saat Aron melihat langsung rupa pria tersebut. "Le-on?""Lain kali jika memilih lawan, pilihlah yang sepadan. Jangan memukul kaum lemah, mengerti!" hardik Leon dengan penekanan nada diiringi aura dingin yang menyeruak.Apa! Kaum lemah katanya? Mia membatin kesal karena meskipun telah diselamatkan, Leon merferensikan Mia sebagai kaum lemah padahal Mia sangat yakin bahwa bisa membela dirinya tanpa bantuan orang lain."Kau telah melakukan kekerasan, Leon. Akan kuadukan pada rektor!" bentak Aron marah."Ya, ya. Adukan saja pada ayahmu itu. Aku ingin melihat tampang tua bangka itu
"Elmer!" Vico terperanjat kala melihat Elmer yang dilihatnya hampir menyasar bibir Anna. Di sisi lain, Anna cepat-cepat bangkit mengambil posisi berdiri sedangkan Elmer mengikuti aksi Anna setelahnya. "Uhm, sepertinya aku datang di waktu yang kurang tepat," cetus Vico canggung, tetapi langsung dibantah oleh Anna. Dengan terburu-buru, wanita itu menjelaskan bahwa momen yang dilihat Vico merupakan insiden tak disengaja. "Kau sahabat Kak Elmer, kan?" tanya Anna. Vico mengiayakan dengan isyarat anggukan polos. "Tolong nasehati Kak Elmer agar di tidak sembarang merebut barang milik orang," tegas Anna dengan nada mencemooh. "Apa?!" Elmer berdecak cukup kesal. "Jangan percaya dia, Vic. Adik iparku sangat pandai berkata-kata." Prilaku saling lempar sindiran Elmer dan Anna yang sedang berlangsung membuat Vico semakin yakin bahwa sahabatnya memang benar masih menaruh hati pada adik iparnya. Pria blasteran Eropa itu pun menggeleng kepala pasrah seraya bergumam dalam hati. Kau se