Share

Permintaan Rujuk

"Kak ...." Suara Anna menguar lembut, menyapa Elmer yang sedang duduk di sofa seraya mengerjakan sesuatu dari laptop dipangkuannya.

"Hey." Elmer segera menanggalkan laptop ke atas meja dan meminta Anna duduk di sebelahnya. Wanita itu pun manut dan segera melesatkan bokong di sebelah Elmer.

Setelah insiden Anna menari balet dan hampir mencelakai diri dan juga kandungannya kemarin, Elmer memberi wanita itu ruang setelah ditenangkan.

Namun, hati Elmer tentu belum sepenuhnya lega untuk meninggalkan mantan iparnya sendirian di Penthouse. Pria itu lantas memutuskan untuk bekerja dari rumah hari ini.

"Mengapa kau tidak ke kantor, Kak? Apa ini gara-gara ulahku kemarin?" tanya Anna diliputi perasaan bersalah. "Jika iya, aku minta maaf."

"Cih, kau terlalu besar kepala. Aku bisa bekerja kapanpun dimanapun, An," ledek Elmer yang sebenarnya berusaha menghilang kecanggungan.

Anna sontak memutar bola mata dengan malas. Ia tahu betul elmer sedang berkelit agar tidak membahas hal kemarin lebih jauh. Elmer merupakan tipikal pria yang rela berkorban apapun demi orang-orang yang ia sayangi.

Meski begitu, Anna tidak mengetahui bahwa perasaan Elmer terlampau spesial untuknya.

"Omong-omong ... pasti dokter Shin yg membocorkan kondisi kehamilanku pada kakak. Ugh, bisakah doktermu profesional?" Anna kini memprotes dokter pribadi Elmer.

"Tidak, aku yang menguping pembicaraan kalian," aku Elmer enteng.

Bibir Anna terbuka lebar tak percaya lalu dikerucutkan masam. "Dasar kakak ipar licik," umpat Anna meledek spontan.

"Apa kau bilang? Aku yang perhatian dan tampan ini kau bilang licik." Kedua netra Elmer menyipit tak terima.

Namun, bagi Anna sikap Elmer terlihat menggemaskan. Tawa lepas pun menguar dari belah ranumnya. Sementara, Elmer merasa bangga jika bisa kembali membawa tawa puan yang sedang bersedih di hadapannya.

"Terus seperti ini, An," tutur Elmer mengalir begitu saja.

"Maksudmu?"

"Kau sangat cantik saat tertawa."

Pujian dari Elmer diiringi tatapan syahdu ke arah sang puan, sukses membuat jantung Anna seketika berdebar hebat. Bahkan momen yang ia rasakan nyaris sama saat Anna sedang bersitatap dengan mendiang  suami.

"Kak. Aku—"

"Apa yang sedang kalian lakukan?" Suara wanita tiba-tiba menginterupsi dengan lantang seiiring presensinya semakin mendekat.

"Mama!" Elmer sontak menoleh pada sosok Maria.

"Sial, aku lupa merubah password," umpat Elmer spontan dalam batin.

Selain Vico sang sahabat, Elmer juga mempercayakan password elevator pribadi menuju Penthouse kepada sang mama.

"Apa yang kau lakukan di sini, Ma? Mengapa kau datang tanpa mengabari dulu?" Elmer sedikit menaikkan nada bicara. Sejujurnya, pria itu masih kesal imbas sang mama yang mengusir Anna begitu saja.

"Jangan meninggikan suaramu, El. Aku adalah mamamu," sentak balik Maria melayangkan tatapan sengit.

Elmer lantas menghela napas pasrah. Bagaimanapun, Maria adalah ibu kandung yang harus senantiasa ia hormati. "Baiklah, maaf. Aku tidak bermaksud seperti itu, Ma."

"Cih, kau masih di sini rupanya?" Kali ini nada sinis Maria ditujukan untuk Anna yang terlihat bergeming di tempat.

"Aku—"

"Jangan katakan apapun, An," larang Elmer kepada Anna. "Maaf, Ma. Kau tidak berhak ikut campur keputusanku terlebih kau telah mengusir wanita yang dicintai Nathan." Elmer berujar tegas agar supaya Maria tidak mengusik ranahnya dan juga Anna.

"Hmm, kau tenang saja, El." Maria berkata dengan enteng seraya mengalihkan pandangan pada jemari lentik berkutek merah miliknya seolah meremehkan. "Bukan aku, tapi masalalu mu yang belum usai yang akan membuat gembel ini sadar diri untuk segera meninggalkan Penthouse ini."

"Apa maksudmu, Ma?"

"Elmer." Tak sampai sepersekian detik, sapaan lembut Kaia menyeruak di tengah persiteruan.

"Kai?" Netra Elmer kontan terbelalak saat melihat presensi wanita cantik dengan rambut tergerai indah yang masih berstatus sebagai istri sah, Kaia Anderson.

"Bisakah kita bicara, El? Ada hal penting yang ingin kusampaikan?"

"Tidak. Aku tidak memiliki waktu," tolak Elmer to the point.

"Jangan begitu, El. Kaia masih istri sah mu," bela Maria yang tentu ditujukkan kepada menantu emasnya.

Tak hanya Elmer, reaksi terkejut lainnya tergambar jelas di wajah Anna. Imbas nasib malang yang tengah menimpanya belakangan, Anna lupa bahwa kakak iparnya sudah beristri.

"Kalau begitu, aku permisi dulu, Kak," pamit Anna beranjak memberi privasi.

Meski sempat dicegah sang kakak ipar, Anna tak menghiraukannya dan terus melenggang ke arah elevator untuk keluar dari Penthouse. Namun, ketika elevator hendak tertutup, pintu kembali terbuka otomatis.

"Anna." Bukan Elmer melainkan Maria yang kini meminta ikut dengan Anna untuk bicara secara empat mata.

Hanya anggukan singkat yang Anna layangkan sebagai tanda persetujuan. Pintu elevator pun tertutup sempurna membawa Anna dan Maria turun ke lobby.

"Cepat apa yang ingin kau katakan. Aku benar-benar tidak ada waktu meladenimu, Kai," sinis Elmer seraya memutar bola mata dengan malas.

"Sekali lagi aku minta maaf atas perbuatanku, El. Sungguh, aku menyesal sekarang." Kaia mulai bersandiwara memasang mimik penuh kesedihan. "Aku menyadari bahwa aku mencintaimu dan ingin kembali padamu."

Elmer sontak terkesiap diikuti bimbang mulai menyelimuti benak. Sosok Kaia memang pernah bertahta di hati mengobati patah hati karena Anna menjatuhkan hati pada adiknya.

Tetapi, sayang. Elmer menciduk istrinya melakukan kesalahan cukup fatal yang berujung pada gugatan cerai.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status