"Maaf, saya tidak mengerti mengapa Anda ingin membahas lagi perihal wasiat mendiang Nathan padahal semua sudah jelas, Anna Caroline adalah penerima sah harta atas mendiang putra Anda, Tuan Jacob."Siang itu, Erick Meyer selaku pengacara yang diamanahkan wasiat oleh mendiang Nathan mendadak dipanggil Jacob untuk mampir ke kantornya. Pria paruh baya betubuh tambun itu sebenarnya cukup kesal pada orang tua mendiang kliennya. Jacob dan Maria dinilai tamak dan kentara menghambat proses pengumuman isi wasiat kepada yang berhak yaitu Anna."Santailah dulu, Er." Jacob mempersilahkan Erick duduk. Meski terselip ragu, sang pengacara akhirnya manut. "Aku hanya ingin memastikan sesuatu. Apa benar-benar tidak celah agar semua yang diwasiatkan Nathan tidak jatuh pada Anna?" tanya Jacob to the point. "Ah ... atau kita bisa bekerjasama memanipulasinya, bukan?" lanjut Jacob mengusulkan ide licik.Erick mendelik tak habis pikir lalu menghela napas pasrah. Ia sudah tahu kemana arah pembicaraan akan b
Terhitung dua jam sudah teriakan euphoria di dalam sebuah ruangan VIP restoran bertemakan klasik Eropa itu menggema. Sekumpulan grup terdiri dari beberapa wanita sosialita yang sudah tak muda lagi rupanya kini sedang mengadakan acara arisan bulanan rutin. Salah seorang wanita berusia matang dengan make up menornya mulai membacakan secarik kertas yang baru saja ia raih di antara sekumpulan kertas serupa yang ada di dalam sebuah toples kaca. "Dan pemenang arisan berlian kali ini adalah ...." Teman-teman sebayanya pun kompak melakukan variasi gelagat saat sang host menjeda sejenak ucapannya. Ada yang menggigit bibir resah, memejam mata sembari menutup telinga dan juga ada yang berekspresi santai. "Maria Geraldo!" Saat namanya disebut, Maria sontak terbelakak tak percaya dengan mulut yang menganga lebar. "Apakah benar namaku yang menang kali ini, Lau?" tanya Maria mengkonfirmasi. Sang host sekaligus sahabat Maria yang bernama Laura pun mengiyakan sekali lagi sembari memberi ucap
"Rein, Baby? Apakah itu kau?" Suara manja seorang wanita tiba-tiba menginterupsi sesi saling tatap sengit Elmer dan Reiner.Tak hanya Reiner, Elmer dan Anna turut menoleh ke ambang pintu dimana seorang wanita dengan rambut tergerai panjang, mengenakan dress turtle neck ketat di atas lutut seraya menenteng tas bermerek brand terkenal memunculkan presensi.Tanpa menunggu respon Reiner, tungkai jenjang yang mengenakan heels cukup tinggi itu melangkah elegan, berlenggak bak model mendekati sosok Reiner."Shila? Sedang apa kau di rumah sakit?" tanya Reiner sedikit terkesiap. Tak langsung menjawab, wanita bernama Shila malah menyusupkan tangan di lengan kekar Reiner. Di sisi lain sang pria terlihat sangat canggung akan aksi Shila."Aku kebetulan menjenguk teman. Apa kau sedang menjenguk temanmu juga?" Shila mengedarkan netranya pada Anna dan Elmer yang masih bergeming. Reiner lantas mengiyakan."Hai semua. Namaku Shila Evelyn. Aku tunangan Reiner." Namun, tanpa Reiner duga, Shila memperke
"Elmer!" Vico terperanjat kala melihat Elmer yang dilihatnya hampir menyasar bibir Anna. Di sisi lain, Anna cepat-cepat bangkit mengambil posisi berdiri sedangkan Elmer mengikuti aksi Anna setelahnya. "Uhm, sepertinya aku datang di waktu yang kurang tepat," cetus Vico canggung, tetapi langsung dibantah oleh Anna. Dengan terburu-buru, wanita itu menjelaskan bahwa momen yang dilihat Vico merupakan insiden tak disengaja. "Kau sahabat Kak Elmer, kan?" tanya Anna. Vico mengiayakan dengan isyarat anggukan polos. "Tolong nasehati Kak Elmer agar di tidak sembarang merebut barang milik orang," tegas Anna dengan nada mencemooh. "Apa?!" Elmer berdecak cukup kesal. "Jangan percaya dia, Vic. Adik iparku sangat pandai berkata-kata." Prilaku saling lempar sindiran Elmer dan Anna yang sedang berlangsung membuat Vico semakin yakin bahwa sahabatnya memang benar masih menaruh hati pada adik iparnya. Pria blasteran Eropa itu pun menggeleng kepala pasrah seraya bergumam dalam hati. Kau se
Saat tangan Aron hampir membogem mentah wajah cantik Mia, sosok seseorang mencegah dengan cepat tangan Aron. "Pengecut!"BUGH!Pria tersebut sukses mendaratkan sebuah pukulan di pelipis kanan Aron hingga tubuh pria jangkung itu tersungkur ke belakang, hampir bertubrukan dengan Keisha.Aron pun mengaduh kesakitan seraya meracau kasar kepada sosok yang baru saja aja melukai pipinya. Namun, hal berkebalikan terjadi saat Aron melihat langsung rupa pria tersebut. "Le-on?""Lain kali jika memilih lawan, pilihlah yang sepadan. Jangan memukul kaum lemah, mengerti!" hardik Leon dengan penekanan nada diiringi aura dingin yang menyeruak.Apa! Kaum lemah katanya? Mia membatin kesal karena meskipun telah diselamatkan, Leon merferensikan Mia sebagai kaum lemah padahal Mia sangat yakin bahwa bisa membela dirinya tanpa bantuan orang lain."Kau telah melakukan kekerasan, Leon. Akan kuadukan pada rektor!" bentak Aron marah."Ya, ya. Adukan saja pada ayahmu itu. Aku ingin melihat tampang tua bangka itu
"Aku tidak mau dititip pada tante Shila, Ayah. Aku mau ke rumah sakit bertemu tante malaikat atau sama Tante Shera saja." Naura langsung merengek ketika sang ayah hendak pergi imbas pertemuan mendadak dengan klien penting membahas kasus yang tengah ditangani. Resiko menjadi pengacara kondang membuat Reiner terkadang kerepotan mengatasi mood Naura beriringan dengan pekerjaannya. Terlebih, entah mengapa belakangan Naura bersikap seolah tak nyaman jika dititipkan bersama Shila, sosok model muda kekasih sekaligus calon tunangan Reiner."Sayang. Tante Anna masih dirawat. Kita tidak boleh mengganggunya dulu." Reiner mensejajarkan diri berlutut memberi pengertian perihal kondisi kesehatan Anna. "Sedangkan Tante Shera akan segera datang setelah praktek di rumah sakit. Ayah sudah meneleponnya barusan." Shera Keylie merupakan sepupu Reiner beda usia satu tahun yang berprofesi sebagai psikiater di salah satu rumah sakit. Puan yang masih berstatus single itu memang sangat dekat dengan putri sema
"Kak.""Hmm?""Bisa lepaskan aku sekarang? Aku tidak ingin istrimu tiba-tiba menyeruak dan berasumsi macam-macam," pinta Anna saat Elmer masih memeluknya."Aku tidak akan kembali padanya, An," balas Elmer lembut seraya menarik diri dari pertautan dekap. "Maaf jika aku terbawa suasana barusan," lanjutnya lagi dengan gelagat sedikit canggung."Tak apa. Aku yang memulainya jadi di sini aku yang salah." Wajah Anna pun berpaling guna membuang rasa gugup yang mendera. Namun, dengan cepat ia mengganti topik perihal alasan Elmer yang mengakui bahwa tidak ingin rujuk dengan sang istri."Duduklah jika kau sungguh ingin tau. Aku akan ganti baju dulu." Elmer mengisyaratkan agar Anna duduk di sofa bed berwarna abu dekat ranjang sementara Elmer izin mengganti baju terlebih dahulu di ruang wardrobe pribadi miliknya."Ergh, aku sungguh penasaran tapi kau malah menggantu baju," keluh Anna yang sebenarnya didengar Elmer."Baiklah akan kujelaskan dengan keadaan begini karena kau tak sabaran."DEG!Lagi-
"Apa? Sudah dibayarkan?" Elmer terkesiap disertai dahi yang mengkerut kebingungan saat menghubungi Sky University untuk memastikan kode pembayaran adik mantan iparnya, Mia. Pasalnya, Elmer sudah mencoba membayar memakai kode tersebut, akan tetapi transaksi kerap berujung gagal diikuti dengan keterangan kode virtual sudah terbayarkan.Elmer lalu mengakhiri panggilan meski masih menyisakan tanda tanya besar. Sebelumnya, Anna dengan jelas mengatakan bahwa semua urusan keuangan dan transaksi yang berhubungan dengan sang adiknya kerap ditangani Nathan semasa hidup.Sepertimya aku harus segera bertanya pada Anna, Elmer membatin seraya bergegas hendak menyusul Anna.Di sisi lain."Uhm, maafkan aku jika tadi sempat bersikap ketus dan defensif," tutur Shera diiringi nada penuh sesal karena telah salah mengira Anna adalah orang asing yang hendak mencelakakan keponakannya. "Aku Shera, sepupu Reiner." Shera lantas memperkenalkan diri dan bersikap ramah setela