Setelah Jacob pergi untuk memberi Kaia waktu berpikir, wanita itu tak hentinya menggigiti jemari resah disela menenggak cairan merah pekat beralkohol favoritnya.
Galau hebat sedang menyelimuti benak imbas permintaan di luar prediksi sang kekasih gelap. Bagaimana mungkin Kaia menuruti Jacob yang memintanya kembali rujuk dengan Elmer sedangkan sedari awal pernikahan dengan sang putra sulung hanyalah sebuah cara yang telah mereka rekayasa untuk memuluskan hubungan diam-diam kedua manusia licik itu. Sungguh, cinta pada pria yang memiliki selisih umur nyaris dua puluh tahun dengannya telah membutakan akal sehat. Andai saja Kaia tidak memiliki sindrom daddy Issue, ia mungkin akan bersikap normal seperti kebanyakan wanita pada umumnya yang memiliki selera pria seusianya. Namun, sayang. Kehadiran Jacob terlanjur menjadi candu bagi gadis berdarah campuran blasteran Eropa itu. Tepat satu tahun yang lalu, pertemuan tak disengaja Jacob dan Kaia terjadi. Saat itu, Jacob mendapat undangan dari seorang kolega bisnis yakni Gerald Anderson, CEO salah satu perusahaan rantai hotel bintang lima, Anderson Group. Sengaja tak membawa Maria, Jacob berniat menghabiskan malam untuk membahas bisnis dengan Gerald. "Selamat datang di Mansion sederhanaku, Jac," sambut Gerald menjabat tangan Jacob. "Sederhana apanya? Kau ini, selalu saja merendah." Gelak tawa pun menguar mengiringi dua kolega bisnis itu. Gerald yang baru saja tiba dari bisnis trip di Eropa sengaja mengundang Jacob untuk membahas investasi. Namun, saat akan berbincang lebih lanjut, momen keduanya terinterupsi oleh panggilan penting dari ponsel Gerald. Pria paruh baya bertubuh tambun itu lantas pamit sejenak dari hadapan Jacob untuk menerima panggilan. Tak berselang lama, sosok gadis cantik bernetra bulat yang tak lain adalah Kaia datang menghampiri Jacob. Saat itulah pertemuan pertama keduanya terjadi. Kaia yang mengenakan atasan turtle neck putih tak berlengan sukses menonjolkan dada miliknya yang sangat berisi. Tak hanya mengalihkan perhatian Jacob, lekuk tubuh bak gitar spanyol sang gadis membuat jakun pria matang itu naik-turun canggung saat hasrat liarnya hinggap tanpa permisi. Terlebih, usia Jacob secara ilmiah tengah memasuki fase pubertas kedua. "Kau teman ayah?" tanya Kaia yang lantas membuyarkan khayal Jacob. "Ekhem ... ya," jawab Jacob disertai dehaman canggung. "Apa kau melihat ayah? Dia bilang baru aja tiba dari Eropa. Tapi kenapa dia menghilang lagi." Kaia merengut masam karena sebagai salah satu putrinya ia cukup kecewa dengan sikap Gerald belakangan. Wow, keturunan si tua Gerald sangat mengagumkan. Jauh berbeda dengan ayahnya. Jacob membatin kagum, meski memiliki hubungan bisnis, Jacob sama sekali belum pernah bertemu dengan anak koleganya itu. "Hey, tak perlu merengut atau kecantikanmu akan luntur nanti," timpal Jacob mengeluarkan jurus gombalan seraya duduk di kursi Bar pribadi di kediaman Gerald. "Kau mau minum sesuatu?" tawar Jacob kali ini. Meskipun usia Jacob tak muda lagi. Namun pesonanya masih terlihat rupawan nan gagah. Wajah berahang tegas disertai bentuk tubuh kekar diam-diam sukses mengalihkan atensi Kaia. Kau sudah gila, Kai! Apa yang sedang kau pikirkan? Pria itu bahkan seumuran dengan ayahmu. Kaia menggeleng kepala cepat, menyingkirkan khayalan di luar nalar perihal kesan pertama melihat Jacob. "Tuangkan aku Wine kalau begitu," tutur Kaia seraya mendekat penuh gelagat percaya diri dan langsung duduk di kursi sebelah Jacob. Jacob pun segera melaksanakan permintaan Kaia bahkan tanpa melerai tatapan dengan sang gadis. "Hati-hati. Jika menatapku lama seperti itu maka bukan tidak mungkin siapapun akan jatuh hati," goda Kaia yang memang disengaja. "Kalau begitu, aku akan mengambil resiko," balas Jacob menggoda balik Kaia. Harus puan itu akui, persona pria matang lebih menantang daripada pria seusianya termasuk sosok Jacob di hadapannya. Hal tersebut bukanlah tanpa sebab. Sejak zaman sekolah menengah pertama, Kaia mengalami sindrom daddy issue. Kaia yang sejak kecil dimanjakan oleh presensi sang ayah yang selalu ada untuknya, mendadak merasa kehilangan kasih sayang saat Perusahaan Gerald mengalami kemajuan pesat. Kaia yang masih ingin perhatian lebih dari Gerald terpaksa harus menelan pil pahit kala ayahnya lebih banyak menghabiskan waktu berkutat dengan pekerjaan. Presensi Olivia sebagai ibu kandung bahkan tak dapat menggantikan peran Gerald. Alhasil, saat beranjak dewasa, Kaia lebih menyukai menjalin hubungan asmara dengan pria lebih tua darinya hanya untuk sekadar mendapat limpahan perhatian. Meski begitu, Kaia tak pernah mau menjalin hubungan dengan pria yang sudah beristri karena risikonya terlalu tinggi. Namun, entah mengapa Kaia merasakan sensasi berbeda saat melakukan interaksi dengan Jacob. Pria itu bahkan terang-terangan mengatakan bahwa dia telah memiliki istri. Anehnya, hati Kaia sama sekali berniat mundur. Gelagat dan cara Jacob berbicara terlihat sangat menarik di matanya. Sampai sebuah insiden saling sentuh menuntun ke bahasan hal yang lebih jauh. "Kau duluan," gugup Kaia kala tak sengaja bersentuhan dengan tangan Jacob yang hendak meraih botol Wine yang sama. "Mengapa aku merasa kau gugup, Kai?" Saat Kaia hendak menarik tangan, Jacob dengan cepat menggenggam jemari sang gadis. Seiras itu, aliran darah dalam vena sang gadis berdesir hebat, gair*h luar biasa mendadak memenuhi relung saat melakukan saling tatap intens dengan Jacob. Sejak momen itu, baik Jacob dan Kaia memutuskan untuk bertemu secara rahasia di kemudian hari. Alasan hang out semata berubah menjadi affair tak terduga kala keduanya terbuai asmara dan juga ga*rah panas untuk melakukan hubungan badan. Kaia benar-benar telah jatuh cinta pada perangai Jacob baik tutur kata maupun performa di atas ranjang. Ia bahkan rela melakukan apapun atas nama cinta pada pria yang telah beristri itu. Sayangnya, permintaan Jacob yang paling sulit diterima adalah meminta Kaia menjadi menantunya. Alasan sebenarnya sudah jelas, Jacob adalah manusia rakus. Jika dia bisa mendapatkan lebih dari satu benefit, mengapa tidak. Tawaran kerjasama bisnis berlandaskan perjodohan ditawarkan ayah Kaia kepada Jacob setelah kurang lebih lima bulan hubungan gelap keduanya terjalin. "Apa kau sudah tidak waras, Jac? Bagaimana mungkin aku menikah dengan putramu sementara aku hanya menginginkanmu?! Protes keras dari Kaia melayang pada Jacob saat itu juga. Namun, sekali lagi. Jacob yang pandai berkata-kata dengan mudahnya meluluhkan hati keras Kaia. Jacob beralasan bahwa jika dia menikah dengan Elmer dan tinggal di Mansion, maka kemudahan akses bertemu setiap hari akan Kaia dapatkan. Jacob bahkan berjanji jika gabungan perusahaan miliknya dan ayah Kaia mencapai keuntungan maksimal, ia akan mempertimbangkan perceraian dengan Maria. Mendengar pernyataan masuk akal yang menjanjikan, Kaia sekali lagi luluh dan mulai menjalankan rencana yang disusun Jacob. Sayangnya, meski pernikahan Kaia dan Elmer terjadi, lima bulan kemudian Elmer menggugat cerai Kaia. Bukan karena hubungan gelap yang terbongkar melainkan imbas sebuah kesalahan lain yang tak sengaja Kaia buat. Meski begitu, Kaia malas memperbaiki dan malah menyetujui perceraian yang diajukan Elmer. Proses perceraian keduanya saat ini hampir mendekati final. *** Keesokan harinya. Kaia dengan mantap mendatangi Mansion Geraldo, menemui Maria dan tentu saja sang kekasih gelap yang tak lain adalah ayah mertuanya. "Kaia, Menantuku!" sambut Maria antusias seraya memeluk tubuh ramping Kaia. "Hai, Ma," sapa balik Kaia terdengar canggung imbas Jacob memperhatikannya dengan mengulas senyuman khas sang cassanova yang menjadi kelemahan puan itu. "Kudengar dari suamiku kau mau memberi kami sebuah kabar. Kuharap kabar baik yang akan kau sampaikan, Menantu." Semenjak menikah dengan Elmer, Sikap Maria terhadap Kaia berbanding terbalik saat dengan Anna. Kaia adalah menantu emas yang selalu ia banggakan karena status sosial yang sama dengan keluarganya. "Uhm, kau benar, Ma. Aku ingin meminta bantuanmu untuk kembali rujuk dengan Elmer. Apa hal itu mungkin terjadi?" "Benarkah?" Binar pada netra Maria pun sontak terpancar bersamaan dengan anggukan mantap dari Kaia. "Itu sangat mungkin, Kai. Percayalah padaku. Akan kuupayakan segala cara agar pernikahan kalian kembali utuh dan bahagia. Benarkan, Jac?" "Benar, Kai. Aku turut bahagia dengan keputusanmu," timpal Jacob bersandiwara menjadi ayah mertua yang baik di depan Maria. Pelukan hangat lagi-lagi Maria layangkan kepada menantu kesayangan sembari membatin puas dalam hati. Tentu saja dengan senang hati aku membantumu rujuk karena background keluarga Anderson yang sepadan. Tidak seperti Anna. "Jadi, aku harus bagaimana, Ma?" tanya Kaia. "Pertama-tama, mari kita datangi Penthouse suamimu, Kai.""Kak ...." Suara Anna menguar lembut, menyapa Elmer yang sedang duduk di sofa seraya mengerjakan sesuatu dari laptop dipangkuannya."Hey." Elmer segera menanggalkan laptop ke atas meja dan meminta Anna duduk di sebelahnya. Wanita itu pun manut dan segera melesatkan bokong di sebelah Elmer.Setelah insiden Anna menari balet dan hampir mencelakai diri dan juga kandungannya kemarin, Elmer memberi wanita itu ruang setelah ditenangkan.Namun, hati Elmer tentu belum sepenuhnya lega untuk meninggalkan mantan iparnya sendirian di Penthouse. Pria itu lantas memutuskan untuk bekerja dari rumah hari ini."Mengapa kau tidak ke kantor, Kak? Apa ini gara-gara ulahku kemarin?" tanya Anna diliputi perasaan bersalah. "Jika iya, aku minta maaf.""Cih, kau terlalu besar kepala. Aku bisa bekerja kapanpun dimanapun, An," ledek Elmer yang sebenarnya berusaha menghilang kecanggungan.Anna sontak memutar bola mata dengan malas. Ia tahu betul elmer sedang berkelit agar tidak membahas hal kemarin lebih jauh.
"Apa kabar, Ma?" ucap Anna sopan membuka percakapan dengan Maria. Keluar dari Penthouse Elmer, Maria mengajak mantan menantunya ke sebuah Caffe terdekat utuk bicara secara empat mata. "Ch, kau masih saja berpura-pura, An. Tunjukkan saja sifat aslimu. Wanita penyasar kaum konglomerat." "Astaga, Ma. Aku tidak sejauh yang kau pikirkan. Aku benar-benar mencintai Nathan tanpa memandang status yang melekat padanya." "Hentikan memanggilku dengan sebutan Mama. Aku tidak sudi mendengarnya." Sentakan Maria seketika membuat Anna bergeming pasrah. "Kau rupanya belum puas, huh?!" sinis Maria sesusai menyeruput secangkir teh dengan gelagat elegan serupa bangsawan. "Apa maksud, Nyonya?" Anna sontak kebingungan. "Kau picik, Anna. Aku tau setelah Nathan kau menarget Elmer, bukan? Apa kau sadar Elmer berstatus suami orang?" Nada bicara Maria memang pelan, akan tetapi terkesan menusuk sehingga melukai hati mantan menantunya. Mertua yang pernah sangat ia hormati dan bahkan sudah dinggap s
Elmer melangkahkan kaki dengan gontai di sepanjang lorong rumah sakit. Ia tak percaya perihal apa yang dokter sampaikan mengenai kondisi Anna tadi. Bagaimana dia harus mengatakan pada wanita itu bahwa janinnya sudah sudah tak bersamanya lagi. Flashback. "Maafkan kami, Pak. Kami terpaksa harus menggangkat janin dari rahim Nyonya Anna," ungkap dokter terdengar berat hati. "Apa? Memangnya kenapa, Dok?" desak Elmer dengan mata membola. Sang dokter mulai menceritakan kronologi insiden jatuhnya Anna dari kesaksian pria bernama Reiner yang membawanya ke UGD kala itu. Sontak Elmer sangat marah kala mendengar penyebab jatuhnya Anna imbas menyelematkan seorang anak. Betapa egoisnya puan itu. Di sisi lain, ia tak bisa menyalahkan aksi kemanusian yang dilakukan mantan adik iparnya. Namun, kekesalan spontan berganti sesal manakala Dokter melanjutkan kalimatnya. "Sebenarnya, ada atau tidak insiden jatuh, kami tetap harus mengangkat janinnya karena Nyonya Anna mengalami Mola Hidatido
"Maaf, saya tidak mengerti mengapa Anda ingin membahas lagi perihal wasiat mendiang Nathan padahal semua sudah jelas, Anna Caroline adalah penerima sah harta atas mendiang putra Anda, Tuan Jacob."Siang itu, Erick Meyer selaku pengacara yang diamanahkan wasiat oleh mendiang Nathan mendadak dipanggil Jacob untuk mampir ke kantornya. Pria paruh baya betubuh tambun itu sebenarnya cukup kesal pada orang tua mendiang kliennya. Jacob dan Maria dinilai tamak dan kentara menghambat proses pengumuman isi wasiat kepada yang berhak yaitu Anna."Santailah dulu, Er." Jacob mempersilahkan Erick duduk. Meski terselip ragu, sang pengacara akhirnya manut. "Aku hanya ingin memastikan sesuatu. Apa benar-benar tidak celah agar semua yang diwasiatkan Nathan tidak jatuh pada Anna?" tanya Jacob to the point. "Ah ... atau kita bisa bekerjasama memanipulasinya, bukan?" lanjut Jacob mengusulkan ide licik.Erick mendelik tak habis pikir lalu menghela napas pasrah. Ia sudah tahu kemana arah pembicaraan akan b
Terhitung dua jam sudah teriakan euphoria di dalam sebuah ruangan VIP restoran bertemakan klasik Eropa itu menggema. Sekumpulan grup terdiri dari beberapa wanita sosialita yang sudah tak muda lagi rupanya kini sedang mengadakan acara arisan bulanan rutin. Salah seorang wanita berusia matang dengan make up menornya mulai membacakan secarik kertas yang baru saja ia raih di antara sekumpulan kertas serupa yang ada di dalam sebuah toples kaca. "Dan pemenang arisan berlian kali ini adalah ...." Teman-teman sebayanya pun kompak melakukan variasi gelagat saat sang host menjeda sejenak ucapannya. Ada yang menggigit bibir resah, memejam mata sembari menutup telinga dan juga ada yang berekspresi santai. "Maria Geraldo!" Saat namanya disebut, Maria sontak terbelakak tak percaya dengan mulut yang menganga lebar. "Apakah benar namaku yang menang kali ini, Lau?" tanya Maria mengkonfirmasi. Sang host sekaligus sahabat Maria yang bernama Laura pun mengiyakan sekali lagi sembari memberi ucap
"Rein, Baby? Apakah itu kau?" Suara manja seorang wanita tiba-tiba menginterupsi sesi saling tatap sengit Elmer dan Reiner.Tak hanya Reiner, Elmer dan Anna turut menoleh ke ambang pintu dimana seorang wanita dengan rambut tergerai panjang, mengenakan dress turtle neck ketat di atas lutut seraya menenteng tas bermerek brand terkenal memunculkan presensi.Tanpa menunggu respon Reiner, tungkai jenjang yang mengenakan heels cukup tinggi itu melangkah elegan, berlenggak bak model mendekati sosok Reiner."Shila? Sedang apa kau di rumah sakit?" tanya Reiner sedikit terkesiap. Tak langsung menjawab, wanita bernama Shila malah menyusupkan tangan di lengan kekar Reiner. Di sisi lain sang pria terlihat sangat canggung akan aksi Shila."Aku kebetulan menjenguk teman. Apa kau sedang menjenguk temanmu juga?" Shila mengedarkan netranya pada Anna dan Elmer yang masih bergeming. Reiner lantas mengiyakan."Hai semua. Namaku Shila Evelyn. Aku tunangan Reiner." Namun, tanpa Reiner duga, Shila memperke
"Elmer!" Vico terperanjat kala melihat Elmer yang dilihatnya hampir menyasar bibir Anna. Di sisi lain, Anna cepat-cepat bangkit mengambil posisi berdiri sedangkan Elmer mengikuti aksi Anna setelahnya. "Uhm, sepertinya aku datang di waktu yang kurang tepat," cetus Vico canggung, tetapi langsung dibantah oleh Anna. Dengan terburu-buru, wanita itu menjelaskan bahwa momen yang dilihat Vico merupakan insiden tak disengaja. "Kau sahabat Kak Elmer, kan?" tanya Anna. Vico mengiayakan dengan isyarat anggukan polos. "Tolong nasehati Kak Elmer agar di tidak sembarang merebut barang milik orang," tegas Anna dengan nada mencemooh. "Apa?!" Elmer berdecak cukup kesal. "Jangan percaya dia, Vic. Adik iparku sangat pandai berkata-kata." Prilaku saling lempar sindiran Elmer dan Anna yang sedang berlangsung membuat Vico semakin yakin bahwa sahabatnya memang benar masih menaruh hati pada adik iparnya. Pria blasteran Eropa itu pun menggeleng kepala pasrah seraya bergumam dalam hati. Kau se
Saat tangan Aron hampir membogem mentah wajah cantik Mia, sosok seseorang mencegah dengan cepat tangan Aron. "Pengecut!"BUGH!Pria tersebut sukses mendaratkan sebuah pukulan di pelipis kanan Aron hingga tubuh pria jangkung itu tersungkur ke belakang, hampir bertubrukan dengan Keisha.Aron pun mengaduh kesakitan seraya meracau kasar kepada sosok yang baru saja aja melukai pipinya. Namun, hal berkebalikan terjadi saat Aron melihat langsung rupa pria tersebut. "Le-on?""Lain kali jika memilih lawan, pilihlah yang sepadan. Jangan memukul kaum lemah, mengerti!" hardik Leon dengan penekanan nada diiringi aura dingin yang menyeruak.Apa! Kaum lemah katanya? Mia membatin kesal karena meskipun telah diselamatkan, Leon merferensikan Mia sebagai kaum lemah padahal Mia sangat yakin bahwa bisa membela dirinya tanpa bantuan orang lain."Kau telah melakukan kekerasan, Leon. Akan kuadukan pada rektor!" bentak Aron marah."Ya, ya. Adukan saja pada ayahmu itu. Aku ingin melihat tampang tua bangka itu