Flashback ON Alan begitu bahagia bermain bersama putri kecilnya yang masih berusia satu tahun, mereka berlarian kecil di taman belakang rumah yang halamannya luas itu. April mengawasi sang suami dan putrinya yang sedang bermain dari kejauhan, wanita cantik itu ikut tersenyum bahagia melihat dua orang yang ia cintai sedang tertawa lepas.“Aku ingin kita selalu bisa seperti ini, aku harap kebahagiaan ini tidak akan cepat berlalu,” gumam April dengan tersenyum sambil terus menatap pada suami dan putrinya.Alan berjalan menghampiri April bersama Alana yang berada dalam gendongannya. “Sepertinya Alana sudah mengantuk, Sayang,” ujarnya seraya memberikan putri kecilnya pada April.“Iya, aku tidurkan dia dulu ya di kamarnya,” pamit April seraya menggendong putri mereka ke kamarnya.Setelah menidurkan putri kecil mereka, April kembali menemani Alan yang kini tengah duduk bersantai di ruang televisi sambil menikmati secangkir coklat hangat buatannya.“Alana sudah tidur?”April menganggu
Keesokan paginya di kantor ALSON Company...“Bu April, apa benar Anda baru saja menandatangani kontrak kerja sama dengan perusahaan Wesley Corporation milik bapak Stefan?” tanya Andra dengan nada sedikit meninggi seakan menuntut penjelasan.April yang sedang memeriksa dokumen menghentikan aktivitasnya sejenak sambil melirik sekilas ke arah Andra yang tengah berdiri di hadapannya, wajahnya seakan gusar menuntut penjelasan darinya. “Memangnya kenapa?” sahutnya santai lalu melanjutkan kembali membaca isi dokumen yang sedang diperiksanya.“Seharusnya Ibu berdiskusi dulu dengan saya sebelum mengambil keputusan sepenting itu, sejak dulu saya dan bapak Alan selalu menghindari berurusan dengan perusahaan bapak Stefan. Untuk itu kami selalu menolak setiap proposal yang diajukan oleh perusahaannya,” tutur Andra, kini nada bicaranya mulai merendah.April menghela napas, lalu menutup berkas di hadapannya. “Untuk apa saya harus berdiskusi dengan kamu? Memang kamu siapa? Di sini saya CEOnya buk
“Andrew, bagaimana perkembangan hubungan kamu dan Luna. Kapan kalian akan menikah?” tanya pak George pada putra sulungnya itu.“Papa ini bagaimana, Alan saja belum ditemukan sampai sekarang malah membahas soal pernikahan,” protes bu Amelia, ia masih tak terima akan kehilangan putra bungsu kesayangannya itu.“Benar yang dikatakan mama, Pa. Belum saatnya kita membahas hal itu, lagi pula Andrew juga belum siap,” terang Andrew pada papanya dengan hati-hati.“Loh ... memang kenapa? Apa kalian tidak kasihan dengan Luna yang menunggu tanpa kepastian. Pernikahannya tidak perlu yang meriah, cukup akad saja untuk pestanya kan bisa kapan-kapan nanti,” tutur pak George dengan bijak.“Papa ini masih saja tanya kenapa, apa Papa tidak merasa sedih Alan belum juga ketemu,” kata bu Amelia, kini ia mulai terisak karena teringat dengan Alan.Segera Andrew merangkul mamanya itu untuk menenangkannya. “Sudah Ma, tenang saja. Andrew tidak akan menikahi Luna sebelum Alan ditemukan ya,” bujuknya agar mam
Ting tong! Mentari pagi baru saja bersinar, suara bel apartemen berdering dengan nyaringnya membuat April yang sedang menyiapkan sarapan untuknya dan Alana berlarian kecil menuju pintu untuk segera membukanya. Ceklek! Pintu terbuka, tampak seorang pria menggunakan setelan jas rapi yang sedang berdiri dengan membawa sebuket bunga mawar di tangannya. “Selamat pagi,” sapa Stefan dengan senyuman yang mengembang di wajahnya. April tampak sedikit tercengang dengan kehadiran Stefan yang tiba-tiba di depan apartemennya. “Stefan? Ada perlu apa?” tanyanya langsung. “Untukmu,” kata Stefan sambil memberikan buket bunga mawar merah pada April, wanita itu pun menerimanya dengan wajah yang sedikit bingung. “Apa kamu tidak ingin mengajakku masuk?” “Ah ... ya maaf, silakan,” sahut April seraya memberi jalan lalu Stefan pun segera masuk dengan senyuman yang tak pernah lepas dari wajahnya. April menutup pintu, meletakkan bunga dari Stefan di atas meja lalu berjalan menghampiri pria yang tengah me
Luna mendongak untuk menatap siapa lelaki yang menghampirinya tersebut.“Kamu kan ... suami sahabatnya April.“Lelaki tersebut hanya tersenyum sekilas, lalu duduk di samping Luna setelah memastikan wanita itu telah menerima sapu tangan darinya. Segera Luna mengusap air matanya menggunakan sapu tangan dari lelaki itu.“Terima kasih, nanti akan aku kembalikan setelah mencucinya,” ucap Luna sedikit kikuk.“Santai saja, itu tidak masalah.”Luna mengangguk. “Apa yang sedang Anda lakukan di sini Pak Da— Pak Dafa?”Dafa tertawa ringan. “Jangan terlalu kaku, panggil Dafa saja. Kamu sendiri, kenapa menangis sore-sore begini di sini?” Bukannya menjawab Daffa malah kembali mengajukan pertanyaan.Luna tersenyum getir. “Panjang ceritanya Daf,” sahutnya seraya menghela napas yang terasa berat.“Jika kamu membutuhkan teman untuk bercerita, aku tidak keberatan untuk menjadi pendengar yang baik,” tawar Dafa seraya menatap pada Luna yang mengalihkan pandangan darinya.Sekali lagi Luna menghela
Ceklek!“Hai ....”“Bu April ... apa ada yang bisa saya bantu?” tanya Andra saat membuka pintu apartemennya.April mengamati penampilan Andra dengan baju santainya, kaos putih polos, celana jeans, rambut yang sedikit acak-acakan tampak seperti baru bangun tidur dan ... tanpa kaca mata tebal seperti biasanya.“Dia begitu mirip dengan Alan,” batin April seraya mematung di depan Andra.Merasa ada yang aneh karena April menatapnya tanpa berkedip, Andra meneliti kembali penampilannya dan baru menyadari bahwa ia tak memakai kaca mata tebal saat tangannya menyentuh wajah.“Maaf,” ucap Andra seraya menutup pintu lalu bergegas mencari kaca mata tebalnya.“Andra ...” panggil April seraya mengetuk-ngetuk pintu.“Aah ... itu dia.” Andra menemukan kaca matanya yang ia letakkan di atas meja, segera lelaki itu memakainya, merapikan sedikit rambutnya lalu kembali ke pintu untuk membukanya.“Kenapa ditutup pintunya?” protes April saat Andra membukakan kembali pintu untuknya.“Maaf, tadi saya
April menghentikan langkah tiba-tiba lalu membalikkan badan. Membuat tubuhnya berbenturan dengan Andra yang tidak sempat menghindar karena berjalan sambil menunduk sedari kamar tadi.“Awwh!!” pekik April dan Andra bersamaan, tubuh April sedikit terhuyung karena bertabrakan dengan badan Andra yang lebih besar darinya. Namun dengan sigap, tangannya memeluk leher asistennya itu untuk berpegangan sehingga dirinya tidak sampai terjatuh. Andra pun memeluk erat pinggang April, karena tak ingin atasannya itu sampai terluka.Deg...Deg...Deg..Debaran jantung keduanya berpacu bersamaan dengan keras saat mata mereka saling bertukar pandang. Embusan napas terasa sangat dekat karena wajah mereka hanya berjarak sejengkal tangan saja.Tanpa bisa dikendalikan, Andra mendekatkan wajahnya pada April. Pandangannya tertuju pada bibir tipis yang dipoles dengan lipstik berwarna merah menyala yang sedari tadi membuatnya tergoda. April memilih memejamkan mata, menanti sejauh mana keberanian yang akan
“Jadilah suamiku.”“Apa?” pekik Andra tak percaya. “Menjadi suami Bu April?” tanyanya mengulangi.April mengangguk pasti.“Kenapa harus saya?”“Karena aku mau kamu, Andra,” ucap April penuh penekanan saat menyebut nama Andra.“Tapi ... bagaimana kalau bapak Alan nanti kembali?”April tertawa lirih. “Ya kamu bisa pergi dengan bebas.”“Ibu yakin memilih saya?” tanya Andra dengan ragu.“Ya, kalau kamu memang tidak mau aku akan menerima saja dijodohkan dengan lelaki pili—““Tidak, jangan ...” potong Andra cepat.April tersenyum, matanya berbinar menatap asistennya itu. “Jadi ... kamu mau, kan?”Andra mengangguk cepat. “Iya saya mau, tolong jangan terima lamaran dari lelaki lain. Siapa pun itu,” pintanya dengan tegas.“Memang kenapa, apa kamu cemburu?” tanya April menyelidik seraya mendekatkan wajahnya pada Andra, membuat pria itu salah tingkah karenanya.“Ti— tidak, saya hanya mencoba membantu bapak Alan untuk menjaga Anda,” kilah Andra dengan gugup seraya menunduk dan membet
“Cla—Clara ....”Panggilan dari Luna membuat semua mata tertuju pada dirinya dan Clara yang mau tak mau menoleh padanya. Clara menatap Luna dengan pandangan datar dan sorot mata yang begitu menyimpan luka. Luna sangat tahu hal itu, untuk itu ia ingin meminta maaf dan memperbaiki hubungan mereka.“Clara aku ingin ... meminta maaf padamu,” ucap Luna hati-hati dengan pandangan sendunya pada Clara.Clara hanya menghela napas dalam lalu mengangguk perlahan. “Kamu ... mau memaafkanku?” tanya Luna lagi karena tak kunjung mendapat jawaban dari Clara. “Aku tahu semua ini tak mudah untukmu dan juga aku, tapi aku harap ... kamu mau berbesar hati memaafkan aku dan kita bisa bersahabat seperti dulu lagi,” ucapnya penuh harap.Clara berdiri berhadapan dengan Luna, lalu dengan sedikit canggung memeluk wanita itu membuat semua dalam ruangan tersenyum melihat mereka.“Aku bukan malaikat, tapi aku juga bukan makhluk yang tak berperasaan. Aku sudah memaafkanmu, aku juga ingin hubungan kita bisa m
Lima tahun berlalu...Ada yang pernah mengatakan bahwa waktu dapat menyembuhkan luka. Hal itu ternyata benar adanya, seiring berjalannya waktu Clara dapat menerima kenyataan bahwa suaminya memiliki anak dari perempuan lain. Kini, ia telah memaafkan dan menerima kembali Dafa untuk menjadi suaminya.Waktu benar-benar mengubah segalanya, perlahan namun pasti Luna diterima dengan tangan terbuka oleh ibu mertuanya. Bu Amelia sadar, dirinya tak bisa egois karena kekuatan cinta Andrew dan Luna dapat meruntuhkan kerasnya hati wanita paruh baya itu. Kini, mereka hidup bersama saling menyayangi satu sama lain. Ditambah dengan kehadiran buah hati Luna dan Andrew, meski bukan keturunan langsung dari keluarga mereka. Namun tetap tak mengurangi kasih sayang untuk gadis kecil yang diberi nama Anna Dawson tersebut.Sekali lagi waktu telah membuktikan bahwa dengan kesabaran dan keikhlasan untuk menerima segala ujian, dapat membuat Emily terbebas dari penyakitnya dan kini dirinya tengah mengandung a
“Terima dan akui saja kesalahan Anda, mungkin dengan begitu Anda bisa mendapat sedikit keringanan hukuman. Bukan begitu Bapak ... Stefan?” sindir Alan dengan tersenyum sinis.“Kurang ajar kamu! Kamu pasti sengaja menjebakku kan!” tuding Stefan pada Alan yang kini sedang merangkul April. “Tolong percaya padaku Pril ... ini semua tidak benar, aku tidak bersalah. Ini hanya jebakannya saja,” pintanya dengan memelas.April menggeleng pelan. “Maaf Stefan, awalnya memang aku tidak percaya kamu sejahat itu. Tapi suamiku telah menunjukkan semua buktinya, selamat menikmati masa hukuman kamu yang sudah membuatku berpisah dari suamiku selama ini,” balasnya dengan wajah datar.“Tidak Pril, kumohon tolong bebaskan aku ...” pinta Stefan dengan tatapan sendunya.“Segera bawa dia, Pak,” pinta Alan dan petugas segera memasukkan Stefan ke dalam mobil polisi.“Tidak, saya tidak bersalah! April tolong ....”Mobil pun berlalu, April dan Alan saling berpelukan. Akhirnya kejahatan Stefan telah berakhir
“Maksud kamu apa?” tanya Andrew yang tidak sengaja lewat dan mendengar pembicaraan April dengan Stefan.“Kak Andrew?” “A—Andrew?”April dan Stefan sama-sama terkejut dengan kedatangan Andrew yang tiba-tiba. Namun April merasa beruntung karena kakak iparnya itu selalu datang di waktu yang tepat. Andrew berjalan menghampiri mereka lalu mengulangi kembali pertanyaan yang ia ajukan sebelumnya pada Stefan.“Ti—tidak ada maksud apa pun hanya bercanda,” kilah Stefan dengan gugup diiringi senyuman yang dipaksakan.“Jangan kamu kira bisa seenaknya bercanda di sini ya, terlebih dengan April. Berani kamu menggodanya lagi, kamu akan berurusan denganku,” tutur Andrew dengan tatapan tajamnya.Stefan hanya bisa mengangguk tanpa membantah, kemudian pria itu pun berpamitan untuk kembali ke kamarnya.“Sudah Kak, aku rasa ini hanya salah paham. Tapi ... terima kasih sudah membelaku,” ucap April tulus.“Ingat kataku dulu? Jangan pernah ucapkan terima kasih padaku, sudah seharusnya aku melakukan
“Aku sangat merindukan istri dan putriku, apa kabar mereka sekarang ya,” gumam Alan yang baru saja pulang dari kantor polisi untuk memberikan bukti tentang kejahatan Stefan.Merasa tak mampu lagi membendung rindunya, Alan memutuskan untuk menghubungi sang istri terlebih dahulu.[Sayang ... aku sangat merindukanmu. Kapan kamu akan kembali?][Dia tidak merindukanmu, jadi teruslah saja berharap karena dia tidak akan kembali.][Apa maksudmu? Kenapa ponsel April bisa berada padamu. Ke mana dia?][Sabar, tenanglah ... dia aman bersamaku, aku dan April akan segera meresmikan hubungan kami. Jadi mulai sekarang jangan pernah ganggu April atau pun Alana lagi.]Tut!Panggilan telah dimatikan sepihak oleh Stefan begitu saja. Membuat Alan merasa geram dan khawatir tentang apa yang sedang terjadi pada istri dan anaknya.“Apa yang sebenarnya terjadi di sana? Mengapa perasaanku jadi gelisah seperti ini?” gumam Alan sambil berjalan mondar-mandir di ruang tamu apartemennya.**“Apa yang kamu
Kini anggota keluarga Dawson dan Alexander tengah berkumpul di ruang tamu—rumah milik keluarga Dawson. Semua mata tertuju pada Luna yang hanya bisa menunduk sambil menangis dengan tersedu, sementara April duduk di samping wanita itu sambil berusaha menenangkannya.“Sudah tidak perlu berakting lagi, cepat mengaku saja kepada kami. Benarkan yang diucapkan lelaki itu tadi?” tukas bu Amelia dengan pandangan yang sinis pada Luna, kedua tangannya bersedekap di depan dada.“Sabarlah Ma ... tenang dulu,” tutur pak George berusaha meredam emosi istrinya.Sementara Andrew memilih duduk di samping April, matanya enggan menatap pada Luna yang tengah diadili oleh keluarga besarnya. Pria itu juga sedang berusaha meredam amarahnya, hatinya terasa hancur saat mengetahui kekasih hatinya telah hamil dengan lelaki yang tak lain adalah teman dekatnya yang sudah dianggapnya seperti keluarga sendiri.Luna berusaha menjawab, dengan bibir bergetar menahan agar isak tangisnya tak semakin menjadi. “Maaf ..
Hari yang ditunggu akhirnya tiba, Alan dan timnya telah berhasil mengumpulkan bukti untuk dapat menghukum Stefan. Segera Alan memberi tahu kabar bahagia itu pada sang istri, mereka pun berencana untuk membongkar semuanya setelah acara pernikahan Andrew dan Luna selesai dilaksanakan esok hari.“Akhirnya, akan tiba hari di mana semuanya akan terbongkar. Terima kasih Tuhan, aku sangat tidak sabar untuk dapat segera bersatu kembali dengan istriku,” batin Alan tersenyum bahagia sambil menatap layar ponselnya yang menampilkan fotonya bersama dengan April dan juga putri tercinta mereka—Alana.**Keesokan paginya, acara pernikahan Andrew dan Luna akan segera berlangsung. Semuanya telah menempati tempat masing-masing, termasuk kedua calon pengantin yang tampak begitu serasi bak pasangan raja dan ratu yang akan menggelar pesta.Andrew terlihat sedikit gugup apalagi saat melihat Luna yang sedang duduk di sampingnya dengan gaun pengantin yang membuat wanita itu terlihat sangat cantik meski de
Seperti pembicaraan mereka kemarin, akhirnya April dan Alana kembali pulang ke Jakarta bersama dengan Stefan. Sementara itu, Alan memilih tetap tinggal di London untuk mencari bukti kejahatan Stefan. Diam-diam, Alan juga meminta anak buahnya agar selalu mengikuti serta menjaga April dan Alana dari kejauhan.Hampir setengah hari penuh waktu yang dibutuhkan untuk dapat sampai kembali ke tanah air. Begitu tiba di bandara, Zac telah menyambut kedatangan mereka untuk selanjutnya diantar menuju rumah keluarga Andrew.“Kita langsung berangkat ya, semuanya sudah menunggu kedatangan kalian. Kita akan menginap di kediaman keluarga Dawson untuk membantu persiapan pernikahan Andrew,” terang Zac saat mereka semua sudah berada di dalam mobil.Semuanya mengangguk setuju, terutama si kecil Alana yang sangat antusias karena tak sabar untuk segera bertemu seluruh keluarga yang sangat dirindukannya.Tak butuh waktu lama, dua puluh menit kemudian mobil mereka telah sampai di halaman rumah keluarga Da
April dan Alan telah mengambil keputusan bahwa mereka harus merahasiakan penyamaran Alan termasuk pada Alana, mereka khawatir gadis kecil itu akan kelepasan bicara nantinya. Untuk itu, keduanya sudah sepakat akan merahasiakan semua ini untuk sementara waktu.“Mami cama Om papi jangan tinggalkan aku lagi ya,” celoteh Alana sambil menyuap nasi goreng buatan April ke dalam mulut mungilnya. Gadis kecil itu makan dengan sangat lahap, pertanda ia sangat menyukai masakan maminya.Begitu pun dengan Alan yang sedang menikmati porsi kedua dalam piringnya, pria itu sangat merindukan masakan istrinya yang membuatnya ketagihan untuk selalu menambah tiap kali makan. “Iya Sayang, maaf ya kemarin mami dan pap— ehm ... maksudnya om papi sedang ada urusan pekerjaan, jadi Alana ditinggal sebentar. Maafkan kami ya,” ucapnya seraya tersenyum sambil mengusap kepala putri kecilnya itu dengan sayang.Alana hanya menjawabnya dengan anggukan kecil, lalu kembali menikmati makanan dalam piringnya. April menya