Setelah pembicaraannya selesai dan mendapat titik temu dengan Intan, akhirnya Darel berinisiatif untuk mengantarkan Intan dan anak-anaknya pulang ke rumah. Namun Darel juga sempat mengajak mereka untuk makan siang bersama dulu direstoran cepat saji kesukaan anak-anak.Darel menatap bahagia melihat anak-anaknya dan Intan makan dengan lahap. Mereka benar-benar kelaparan setelah beratifitas di sekolah. Intan benar-benar telaten menghadapi ulah Dio dan Dini saat sempat merengek karena kesulitan untuk menyantap makanan mereka.Darel menatap kagum melihat Intan sangat cekatan menghadapi mereka. Darel mulai mengingat bagaimana Intan yang dulu dia kenal, Intan yang kalem dan tidak banyak tingkah. Intan yang diam-diam juga menyukainya, namun Darel tidak tahu jika saat itu juga Intan sudah lebih dulu menyukai Reza.Setelah mengantarkan Intan dan anak-anaknya pulang, dalam perjalanan Darel kembali mengulang memorinya bersama Intan. Semakin lama Intan semakin menarik dimatanya. Meskipun diawal pe
Ica yang sudah bingung harus mencari uang kemana akhirnya hanya bisa meminjam kesana kemari. Ica juga sampai menjual kue agar bisa mendapatkan uang, namun karena bukan keahliannya maka bukannya keuntungan yang didapat malah sebaliknya.Dari beberapa orang yang Ica pinjami uangnya ternyata ada yang datang menemui Arga untuk menagihnya. Dan tagihan itu datangnya ke kantor Arga, tentu saja hal ini membuat Arga malu.Saat kepulangannya dari kantor, dengan langkah sedikit tergesa Arga berteriak memanggil istrinya. "Icaaa..dimana kamu! " Raut wajah Arga penuh dengan kemarahan, Arga benar-benar murka kepada Ica.Arga memang tidak mengetahui jika Ica banyak pinjaman diluar, karena dia pikir selama ini uang yang dia berikan sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Disisi lain Ica yang mendengar teriakan suaminya langsung menciut hatinya.Dia sudah hafal dengan kebiasaan suaminya kalau pulang kerja berteriak seperti itu, pasti yang terjadi berikutnya adalah dia akan menjadi sasaran
Dengan langkah perlahan Ica menuju toko sembako milik Intan. "Assalamu alaikuum..! " Intan tersenyum melihat kedatangan Ica, namun tatapan Intan sedikit menyelidik karena belum pernah kenal Ica. Sambil menjawab salam Ica kemudian Intan mengajak masuk ke dalam rumahnya."Silahkan masuk mbak, ada yang bisa saya bantu? " Intan mengajak tamunya masuk dan berbasa-basi sejenak. Kemudian setelah saling memperkenalkan diri, mereka terlibat dalam pembicaraan yang cukup serius.Ternyata perkiraan Ica benar jika Arga punya maksud tertentu kepada Intan. Akhirnya Ica menceritakan jika dia sebenarnya adalah mantan istri Arga yang bercerai karena alasan KDRT dan masalah nafkah dari Arga.Semuanya diceritakan oleh Ica tanpa ada yang dilewati, bahkan sampai tidak terasa Ica mengeluarkan air matanya karena mengingat penderitaannya dulu. "Maaf bu Intan, saya kok jadi curhat begini jadinya. Saya tidak bermaksud menjelek-jelekkan mantan suami saya, namun itulah yang saya alami selama berumah tangga denga
Arga masih merenungi nasibnya, ternyata harapannya selama ini kepada Intan tidak kesampaian. Arga mengira Intan memiliki rasa yang sama padanya, karena selama ini Arga tidak pernah menerima penolakan darinya. Sampai akhirnya siang tadi saat Arga mengunjungi toko Intan setelah menjemput Nino dari sekolahnya. Kini Nino sudah mulai memasuki sekolah TK dan tugas Arga bertambah untuk mengantar dan menjemput anaknya. Arga memang berencana ingin memastikan hubungannya dengan Intan. Selama ini Arga melihat Intan sangat telaten mengurus anak-anak tirinya dari Cipto. Arga juga ingin Nino memiliki ibu seperti Intan, agar saat ditinggalkannya Nino aman bersama Intan. Apalagi Arga kini mulai sering pergi ke luar kota untuk urusan dinasnya. Selain Intan pandai mengurus anak, Intan juga cantik dan ngga malu-maluin kalau diajak pertemuan dengan teman-teman kantornya. Perbedaan itu sangat terlihat jauh antara Intan dan Ica, penampilan mantan istrinya sangat tidak terurus seperti pembantu dan membu
Akhirnya Intan bisa menyelesaikan urusannya dan kini sudah dirumah bersama Dito dan Dini. Sedangkan Dio baru pulang sore hari, biasanya Dio pulang bersama teman-temannya. Arga hanya melirik rumah Intan saat melewatinya, kini Arga malas berbelanja di toko Intan setelah penolakan yang diterimanya tempo hari. Intan sendiri tidak peduli dengan sikap Arga, karena baginya kini keselamatan dan kenyamanan dirinya dan anak-anak yang utama. Intan tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Hidupnya sudah hancur karena perbuatan Cipto dimasa lalu, kini dia akan lebih berhati-hati dalam memilih pendamping lagi. Baginya kini anak-anak adalah prioritas yang tidak bisa ditawar lagi. Cipto melepaskan nafasnya dengan lega karena sampai saat ini tidak terlihat tanda-tanda Intan akan menceraikannya. Cipto berharap Intan akan memaafkannya setelah dirinya dibebaskan. Meskipun saat ini Cipto harus menerima hukuman dipenjara dia rela, asal mendapat maaf dari Intan dan anak-anaknya. Kini rasa rindu mulai
Cipto terhenyak mendengar perintah dari penjaga untuk segera keluar kembali, apakah ada yang terlupa hingga Intan kembali menemuinya. Cipto masih bertanya-tanya dalam benaknya, "mungkin dia berubah pikiran dan ingin kembali padaku? Senyum Cipto langsung mengembang, langkahnya langsung dipercepat agar bisa mendengar kabar baik dari Intan. Sesampainya di depan ternyata bukan Intan, tapi perempuan lain. Perempuan itu yang sudah meninggalkannya dan berselingkuh terang-terangan padanya. Indri ibu dari Dio dan Dito, melihatnya dengan senyum sinisnya. "Ternyata nasibmu berakhir disini Cipto! Tadinya kupikir kamu masih bekerja ditempat itu, kalau aku tadi tidak kesana mungkin aku tidak akan percaya saat teman-temanmu memberitahu kalau kamu sudah mendekam di sel ini berbulan-bulan." Indri terkekeh menelisik penampilan sekujur tubuhnya. Senyum Cipto langsung menghilang apalagi mendapat cercaan dari mantan istrinya. Cipto hanya menatap tajam mendengar kata-kata Indri. "Wah..ada angin apa seo
Indri melangkah perlahan mendekati mereka. Dia ingin sekali memeluk anak-anaknya. Namun tiba-tiba langkahnya terhenti saat melihat perempuan itu didatangi laki-laki gagah yang turun dari mobilnya dan mendekatinya. Dibelakang laki-laki itu ada perempuan muda dan cantik mengikutinya. "Apa kabar Intan? " Suara bariton yang sudah lama dirindukannya ternyata kini ada dihadapannya. Intan tercengang, karena terkejut Intan yang sedang memegang motornya hampir oleng. Laki-laki itu segera mengejarnya untuk membantu menahan agar motornya tidak terjatuh. Saat tangan mereka bersentuhan, Intan merasa sengatan seperti listrik menjalari seluruh tubuhnya. Namun laki-laki itu hanya tersenyum menatapnya, debaran di hati Intan semakin terdengar nyata. "Kenapa dengan mbak Intan mas? " Sapaan itu membuat khayalan Intan buyar seketika. Mas katanya, siapa dia? Intan bertanya-tanya dalam hatinya. Reza tersenyum lagi, "Ngga pa-pa tadi hampir jatuh! " Hati Intan seketika mencelos, kecemburuan kini melanda
Ica mulai menjalankan rencananya, dia tidak mau menunda lagi. Setiap malam dia merindukan Nino, namun sampai kini belum bisa memeluknya sama sekali. Kemarin Ica sudah membicarakannya dengan sahabatnya Sharen. Bahkan Sharen berjanji akan mempertemukannya dengan seorang pengacara yang handal. Kebetulan Sharen mempunyai kenalan yang masih terhitung kerabatnya. Ica tentu saja senang mendapat kabar baik dari Sharen. Tidak menunggu lama akhirnya mereka dipertemukan di sebuah restoran, kini Sharen dan Ica masih menunggu kedatangan Aldo pengacara muda yang sering memenangkan perkara yang ditanganinya. Tidak lama kemudian orang yang mereka tunggu akhirnya datang juga. Sesosok tubuh tegap lengkap dengan jasnya melangkah ringan ke arah mereka. Semakin dekat Ica tiba-tiba memicingkan matanya, lalu tiba-tiba membelalak lebar bola matanya. "Rivaldo..!! Apa benar ini Rivaldo teman semasa kecilku? " Ica setengah berteriak senang saat melihat Rivaldo teman kecilnya yang kini sudah menjadi orang su