Harapan Delvan seketika pupus melihat dua orang berseragam polisi tiba-tiba mendatanginya. Lamunannya seketika buyar, Delvan merasa gugup dan kakinya terasa terpaku ditempat.Polisi itu semakin mendekatinya, namun mereka hanya melintas saja. Sedangkan Delvan benar-benar cemas saat itu, rasa takut membuatnya menahan nafasnya.Tarikan nafas lega saat itu juga terdengar dari Delvan, namun dia masih belum berani berbalik dan masih dalam posisi semula. Begitulah kehidupan Delvan, dia sering merasa takut dan cemas disaat bertemu dengan polisi.Kini tubuh Delvan semakin kurus dan tidak terawat, karena setiap hari dia tidak bisa tidur dengan nyenyak. Rasa takut selalu menghantuinya kemanapun dia pergi. Kadang Delvan ingin sekali pulang ke rumah orangtuanya karena rasa rindu yang sering menderanya.Namun jika dia nekat pulang sudah pasti akan ditangkap dan dijebloskan ke penjara. "Mas, beli buah apel hijaunya dua kilo ya? " Delvan kaget saat mendengar pembelinya berbicara padanya.Dia hanya me
Misya kini telah resmi menjadi istri Darel, namun sayangnya dia tidak ingin melayani Darel dengan baik. Setelah melewati malam pengantin yang membuat tubuh Misya benar-benar kelelahan luar biasa.Darel memang gila, malam itu membuat Misya merasakan badannya remuk. Darel tidak berhenti melakukannya hingga pagi hari. Misya membiarkan hal itu terjadi karena setelah ini jangan harap Darel akan merasakan kebahagiaan.Hari-hari berlalu terasa lambat bagi Misya, namun Darel benar-benar merasa puas telah mendapatkan Misya. Darel tidak pernah menyesal sudah meninggalkan Yuna dan anak-anaknya.Bahkan kini Darel tidak pernah merasa bosan kepada Misya berbanding terbalik saat dia bersama dengan Yuna. Mungkin karena Yuna memang sudah hamil hingga Darel merasa terbatas ruang geraknya."Sayang, aku mau belanja siang ini. Anterin aku ya..banyak yang mau aku beli loh!"Darel mengangguk, entah ini sudah kesekian kalinya Misya meminta untuk mengantarkannya belanja. Sudah berapa banyak uang yang dikelua
Darel benar-benar sudah habis kesabarannya, apalagi Reza sudah terang-terangan menatap istrinya dengan tatapan kagum dan mesum. Akhirnya Darel memaksa Misya untuk segera pulang, selain sudah lelah dia juga sudah tidak tahan dengan tingkah Misya seolah sengaja untuk menggoda Reza.Bagi Darel istrinya kini adalah pelabuhan terakhirnya. Dia tidak mau istrinya diganggu siapapun, apalagi Reza sesama teman bisnisnya. Namun tidak begitu dengan pemikiran Reza, didalam hati Reza justru ada keinginan untuk merebut Misya dari pelukan Darel.Reza tidak peduli dengan status Misya sekarang ini, apalagi Misya baru beberapa minggu menjadi istri Darel. Reza bahkan bisa melihat kalau Misya juga tertarik padanya. Darel benar-benar merasa geram saat tau Reza tidak menyerah begitu saja.Padahal jelas-jelas Reza tau kalau Misya itu istrinya, malah terang-terangan menggodanya di depan matanya. Misya tertawa dalam hati melihat sikap Darel yang marah karena dirinya menanggapi keinginan Reza.Biar Darel merasa
Misya mulai menjalankan rencananya, apalagi kini Darel sedang fokus lagi dengan usahanya. Karena yang Misya dengar Darel sedang berusaha untuk membangkitkan kembali perusahaannya yang sudah berada diujung tanduk.Senyum smirk menghiasi bibir Misya, baru saja dia mendapat chat dari Reza, "Misya, bisakah kita bertemu di hotel XX?" Misya segera membalasnya, "Boleh mas, jam berapa? ""Aku akan minta sopir menjemputmu, tunggu saja dirumah, jam 4 sore kamu harus sudah siap ya! "Misya segera mempersiapkan dirinya dan berdandan cantik agar Reza betah berlama-lama dengannya. Beruntung Reza memiliki wajah yang tampan didukung dengan tubuh yang enak dipandang. Misya juga harus bisa membuat Reza tidak segan-segan mengeluarkan uangnya untuk memanjakan dirinya.***Delvan sudah melarikan diri berbulan-bulan, kini pengawasan polisi padanya tidak lagi gencar seperti dulu. Kini dia berniat ingin mengunjungi kedua orangtuanya.Delvan menggunakan bus untuk bisa sampai ke kota kelahirannya. Dia berharap
Misya mulai menikmati rencananya, setelah sering berkirim pesan dengan Reza kini merekapun bertemu dihotel XX sesuai kesepakatan mereka. Reza yang masih lajang dan senang bermain wanita tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.Selain Reza tertarik kepada Misya, dia juga ingin menghancurkan usaha Darel. Reza juga tahu kalau Misya hanya memanfaatkan Darel demi kepentingan uang semata. Sedangkan Reza memiliki uang lebih banyak dari pada Darel.Pertemuan mereka berlangsung cukup lama, Reza sengaja mengulur waktu agar Misya tetap menemaninya sampai dia puas. Dari yang awalnya cuma ngobrol kemudian jalan-jalan dan belanja di Mall sampai nonton dan makan.Reza sengaja meluangkan waktunya untuk bertemu dengan Misya, dia ingin mengukir kenangan manis bersama Misya. Reza benar-benar memanjakan Misya saat itu, jelas saja Misya senang karena keinginannya banyak dipenuhi oeh Reza.Sedangkan Darel sedang fokus mengurus masalah perusahaannya, sesekali Darel telfon Misya untuk menanyakan kabar Misya
Darel sudah keluar dari kamar mandi, dia merasa sangat lelah hari ini. Darel kini sedang merenungi nasibnya. Apakah ini karma yang harus diterimanya. Setelah dia meninggalkan Sarah dan tidak menafkahinya sama sekali.Janjinya untuk memberi nafkah untuk anak-anaknyapun diingkarinya. Saat bertemu dengan Sarah dan anak-anaknyapun sebenarnya Darel ingin sekali memeluk mereka. Namun saat melihat seorang laki-laki sedang menggendong balita ditangannya keinginan Darel langsung surut.Sarah sudah bahagia dengan keluarga barunya. Kini dia sedang menikmati karmanya, apalagi jika dia mengingat nasib Yuna dan anak-anaknya juga. Sampai kini dia tidak tahu bagaimana Yuna menghidupi anak-anaknya.Darel sudah tidak lagi memberi Yuna uang, bahkan Darel juga sudah tidak pernah pulang sama sekali. Entah bagaimana kini nasib mereka, namun Darel yakin orangtua Yuna tidak akan lepas tangan begitu saja melihat kesulitan yang dihadapi anak perempuannya.Kini Darel ketemu batunya, Misya tidak bisa diremehkan
"Praaang!! " Pecahan dari piring yang dilempar terberai kemana-mana. Intan menahan tangisannya. Cipto marah karena makannya terganggu oleh tangisan Dini."Hehh, urus anakmu..bisa diam nggak sih. Ganggu orang makan aja, pergi sana!! "Intan langsung pergi menyambar Dini yang sudah terlihat pucat ketakutan. Dia segera keluar membawa Dini sejauh mungkin dari kemarahan Cipto. Dipeluknya erat gadis kecilnya sambil tersedu. Sambil berjalan terseok Intan mencari tempat yang nyaman agar bisa menenangkan diri dan anaknya.Entah kemana Dio dan Dito saat itu, jika mereka ada pasti akan dibawa oleh Intan. Sambil menggendong Dini, Intan masih terus berjalan sampai tiba saat akan menyebrang jalan. Tiba-tiba pandangan Intan langsung gelap."Bruuukk!! " Tubuh Intan terkulai lemas dan Dini terjatuh dari pelukannya. Dini langsung menangis dan menjerit dengan kencang karena ketakutan melihat ibunya jatuh. "Ciiiiittt... Bruukk!!Terdengar suara mobil direm dengan kencang sampai menimbulkan suara berdecit
Intan menatap Reza dengan penuh rasa terima kasih, namun Intan tidak berani berharap banyak pada Reza. Tadi samar dia dengar kalau Reza adalah pemilik rumah sakit ini, itu artinya Reza sekarang sudah menjadi orang sukses."Dimana anakku Za, maaf aku sudah merepotkanmu? " Lagi-lagi Intan juga tidak berani menatap Reza lama-lama karena debaran dadanya semakin jelas. Intan takut Reza akan mendengarnya.Saat melihat Intan memegang dadanya, Reza langsung bertanya, "Apakah dadamu masih terasa sakit ? "Intan menggeleng dan tersipu malu, "Aku hanya ingin bertemu Dini anakku Za! "Reza mengangguk dan memanggil sopirnya untuk membawa Dini masuk ke kamar. Dini langsung memeluk ibunya erat-erat, dia takut akan dipisahkan lagi dengan ibunya. Dini meringkuk dipelukan ibunya sambil menatap sedih ke arah Intan."Kenapa sayang, apa ada yang sakit?" Sambil mengusap kepala Dini dengan lembut. Melihat interaksi antara Dini dan Intan, Reza tersenyum dengan penuh haru. Ya, benar dia anak Darel. Sikap Dini