Setibanya dirumah Talia langsung menumpahkan air mata yang sudah dari tadi ditahannya. Arman benar-benar sudah menipunya, Talia tidak akan membiarkannya bahagia. Rasa dendam mulai merasuki jiwanya. Tubuhnya terguncang cukup keras karena tangisannya.***Fiki mulai membereskan kekacauan yang terjadi dikantornya. Hari ini dia merasa sangat lelah, ternyata Stella adalah biang keroknya. Fiki juga akan menyelidiki secara tuntas alasan Stella melakukan perbuatan itu.Kini Nadya mulai tenang, karena kondisi dikantorpun mulai pulih. Semua kembali fokus pada pekerjaannya, dan tidak ada lagi yang membahas tentang gosip yang sudah merendahkan Nadya.Penyelidikan Fiki melalui orang suruhannya akhirnya membuahkan hasil. Fiki terhenyak tidak percaya jika dalang peristiwa kemarin adalah Talia mantan istrinya.Fiki sampai geleng-geleng kepala, jadi ternyata selama ini Stella memata-matainya demi Talia. Sudah segila itukah mantan istrinya, bukankah Talia sudah bahagia dengan selingkuhannya?Fiki tidak
Talia sudah lelah menanti Arman, dia bangkit mengambil kunci mobilnya segera keluar menuju rumah madunya.Talia sudah tidak tahan lagi, hatinya sudah tidak kuat dipermainkan.Didepan rumah mungil nan asri ini, Talia mematung melihat adegan mesra suaminya dengan istri tuanya. Mereka tertawa bahagia, saling memeluk dan mengecup bagian-bagian tubuh mereka sambil bercanda.Talia sudah menahan sesak di dadanya, selama ini Arman sudah tidak pernah memberinya nafkah lahir, bahkan membiarkan dirinya untuk menghidupi dirinya sendiri.Kini nafkah batinpun enggan diberikan Arman kepada Talia, sambil menahan airmatanya Talia menggigit bibirnya agar suara tangisnya tidak terdengar.Arman yang merasa diperhatikan tiba-tiba berbalik dan membeku, "Talia..!! " Arman tidak sadar berteriak dan terkejut melihat kedatangan Talia dengan penampilan yang asal bahkan bukan seperti Talia yang biasanya tampil selalu paripurna dihadapannya meskipun hanya dirumah.Spontan Arman melepaskan pelukannya dari Naima, n
Naima mengerjapkan matanya, melihat sekeliling kamar yang berwarna putih. Perlahan netranya menutup kembali, kenapa ada rasa sakit didadanya. Badannya terasa lemah dan tak berdaya, Naima mulai mengingat lagi kejadian yang baru saja dialaminya.Netranya mulai memanas, dadanya kembali sesak dan nafasnya mulai naik turun dengan cepat. Kini isak tangisnya mulai terdengar, Naima tidak mengerti alasan suaminya mendua. Tadinya Naima berfikir rumah tangganya dalam kondisi baik-baik saja.Naima tidak tahu sudah berapa lama suaminya berselingkuh, karena tidak terlihat gelagatnya sama sekali kalau suaminya sudah memiliki wanita lain tanpa sepengetahuannya."Aku salah apa sampai Mas Arman memilih menduakanku selama ini ? " Ternyata Arman sudah berdiri dibalik pintu dan mendengar curahan hati istrinya. Mulutnya mengumpat menyalahkan dirinya yang sudah membuat istrinya menderita.Entah perasaan apa yang kini membuat Arman tidak mau jauh dari Naima. Padahal selama ini dia yang menginginkan berpisah
Arman tergesa mengendarai mobilnya, meskipun dia ingin meninggalkan Talia namun bukan dengan cara seperti ini. Rasa sayangnya untuk Talia belum hilang sepenuhnya. Bagaimanapun juga Talia pernah mengisi hatinya dan hari-harinya selama ini.Tak terasa air mata Arman menetes ketika terbayang kembali kebersamaannya selama ini dengan Talia. Sikap Talia yang manja terkadang membuatnya lupa jika dia sudah memiliki Naima.Kesalahan Arman adalah menikahi Talia tanpa ijin dari Naima. Namun sudah bisa ditebak jika akhirnya Naima tidak sudi lagi melihatnya. Perempuan mana yang mau suaminya juga dicintai wanita lain dan menjadikan ratu dihatinya.Sambil mengusap air matanya Arman mencoba untuk fokus menyetir mobilnya agar segera sampai ke rumah sakit tempat Talia dirawat. Langkah Arman terasa terseok-seok seolah ruang tempat Talia dirawat sangat jauh.Kondisinya memang sedang tidak baik-baik saja, fisiknya masih kelelahan setelah seharian mengurus istrinya Naima dirumah sakit. Arman berusaha tetap
Mendung mulai terlihat disana, awan kelabu yang menggumpal mulai mengiringi langit. Ketika tetesan air hujan mulai jatuh, gerimis yang semakin lama menderas membuat Misya segera memacu langkahnya.Misya kini sudah memutuskan akan meninggalkan Delvan setelah mengetahui semua kesalahan Delvan di masa lalunya dengan sahabatnya Sita. Misya meringis mengingat betapa sulitnya dia saat ingin melepaskan dirinya dari Delvan.Delvan juga akan mengancam kedua orangtua Misya jika Misya tidak mengikuti kemauannya. Delvan tidak akan melepaskan Misya sebelum mendapatkan warisan dari orangtuanya.Sambil tersenyum miris Misya kini meratapi kepergian ayahnya. Setelah Rangga meregang nyawa dipenjara karena penyakit paru-parunya semakin parah kemudian menyusul ayahnya.Ternyata Delvan mencoba membujuk ayahnya agar mau membuat Misya bertahan dengannya. Delvan melakukan segala cara sampai akhirnya ayahnya jatuh didorong oleh Delvan saat sedang lengah hingga akhirnya koma beberapa hari dirumah sakit.Tidak
Misya mulai mengajukan perceraiannya, langkah pertama sudah diambil. Dia juga sudah melaporkan ke pihak yang berwajib mengenai kejanggalan kematian ayahnya termasuk permintaan Autopsi atau bedah mayat dengan maksud untuk penyidikan medis jenazah untuk memeriksa sebab kematian.Misya kembali ke kota namun tidak untuk kembali pada suaminya, dia akan melihat semua yang sudah dilakukan suami dan keluarganya. Misya mencari tempat tinggal sementara untuknya sambil menyelesaikan perceraiannya.Delvan sudah siap menunggu kedatangan Misya setelah satu minggu lamanya Misya berada di kampung halamannya. Di rumah Delvan bersiap menyambut Misya dengan senang.Namun setelah satu minggu lebih ternyata Misya tidak juga kembali, dia malah menerima panggilan dari pihak kepolisian. Delvan membaca surat panggilan tersebut dengan gemetar, tidak lama kemudian rahangnya mengeras, tangannya mengepal dan tubuhnya gemetar menahan amarah yang meluap dihatinya.Delvan melempar semua barang yang ada didekatnya, t
"Maaf Pak Delvan, ada tamu untuk bapak. Mereka sudah menunggu di lobby! " Panggilan dari sekretarisnya membuat Delvan berpikir tentang jadwal pertemuannya dengan rekanan kerjanya yang akan bertemu dengannya dalam beberapa jam ke depan."Ah ya, tunggu sebentar saya akan turun. Tapi ini jadwal pertemuan dengan siapa Din? " Dina yang sudah diwanti-wanti oleh polisi agar tidak menyebutkan profesinya kebingungan.Terdengar suara berisik dari telfon sekretarisnya yang membuat Delvan curiga. Delvan segera mengintip dari cctv diluar ruangannya untuk melihat kondisi disana. Betapa terkejutnya saat Delvan melihat dua orang berseragam polisi mendatangi kantornya."Ah sial..bagaimana bisa polisi itu sudah masuk kantor. Duh gimana ini ? " Delvan sudah terlihat sangat panik saat melihat polisi yang akan menjemputnya. Dia tidak mau dipenjara apalagi dengan tuduhan pembunuhan.Tidak, ini tidak boleh terjadi. Dia harus melarikan diri, sesaat Delvan terdiam memikirkan cara agar bisa keluar dari tempa
Harapan Delvan seketika pupus melihat dua orang berseragam polisi tiba-tiba mendatanginya. Lamunannya seketika buyar, Delvan merasa gugup dan kakinya terasa terpaku ditempat.Polisi itu semakin mendekatinya, namun mereka hanya melintas saja. Sedangkan Delvan benar-benar cemas saat itu, rasa takut membuatnya menahan nafasnya.Tarikan nafas lega saat itu juga terdengar dari Delvan, namun dia masih belum berani berbalik dan masih dalam posisi semula. Begitulah kehidupan Delvan, dia sering merasa takut dan cemas disaat bertemu dengan polisi.Kini tubuh Delvan semakin kurus dan tidak terawat, karena setiap hari dia tidak bisa tidur dengan nyenyak. Rasa takut selalu menghantuinya kemanapun dia pergi. Kadang Delvan ingin sekali pulang ke rumah orangtuanya karena rasa rindu yang sering menderanya.Namun jika dia nekat pulang sudah pasti akan ditangkap dan dijebloskan ke penjara. "Mas, beli buah apel hijaunya dua kilo ya? " Delvan kaget saat mendengar pembelinya berbicara padanya.Dia hanya me