Naima mengerjapkan matanya, melihat sekeliling kamar yang berwarna putih. Perlahan netranya menutup kembali, kenapa ada rasa sakit didadanya. Badannya terasa lemah dan tak berdaya, Naima mulai mengingat lagi kejadian yang baru saja dialaminya.Netranya mulai memanas, dadanya kembali sesak dan nafasnya mulai naik turun dengan cepat. Kini isak tangisnya mulai terdengar, Naima tidak mengerti alasan suaminya mendua. Tadinya Naima berfikir rumah tangganya dalam kondisi baik-baik saja.Naima tidak tahu sudah berapa lama suaminya berselingkuh, karena tidak terlihat gelagatnya sama sekali kalau suaminya sudah memiliki wanita lain tanpa sepengetahuannya."Aku salah apa sampai Mas Arman memilih menduakanku selama ini ? " Ternyata Arman sudah berdiri dibalik pintu dan mendengar curahan hati istrinya. Mulutnya mengumpat menyalahkan dirinya yang sudah membuat istrinya menderita.Entah perasaan apa yang kini membuat Arman tidak mau jauh dari Naima. Padahal selama ini dia yang menginginkan berpisah
Arman tergesa mengendarai mobilnya, meskipun dia ingin meninggalkan Talia namun bukan dengan cara seperti ini. Rasa sayangnya untuk Talia belum hilang sepenuhnya. Bagaimanapun juga Talia pernah mengisi hatinya dan hari-harinya selama ini.Tak terasa air mata Arman menetes ketika terbayang kembali kebersamaannya selama ini dengan Talia. Sikap Talia yang manja terkadang membuatnya lupa jika dia sudah memiliki Naima.Kesalahan Arman adalah menikahi Talia tanpa ijin dari Naima. Namun sudah bisa ditebak jika akhirnya Naima tidak sudi lagi melihatnya. Perempuan mana yang mau suaminya juga dicintai wanita lain dan menjadikan ratu dihatinya.Sambil mengusap air matanya Arman mencoba untuk fokus menyetir mobilnya agar segera sampai ke rumah sakit tempat Talia dirawat. Langkah Arman terasa terseok-seok seolah ruang tempat Talia dirawat sangat jauh.Kondisinya memang sedang tidak baik-baik saja, fisiknya masih kelelahan setelah seharian mengurus istrinya Naima dirumah sakit. Arman berusaha tetap
Mendung mulai terlihat disana, awan kelabu yang menggumpal mulai mengiringi langit. Ketika tetesan air hujan mulai jatuh, gerimis yang semakin lama menderas membuat Misya segera memacu langkahnya.Misya kini sudah memutuskan akan meninggalkan Delvan setelah mengetahui semua kesalahan Delvan di masa lalunya dengan sahabatnya Sita. Misya meringis mengingat betapa sulitnya dia saat ingin melepaskan dirinya dari Delvan.Delvan juga akan mengancam kedua orangtua Misya jika Misya tidak mengikuti kemauannya. Delvan tidak akan melepaskan Misya sebelum mendapatkan warisan dari orangtuanya.Sambil tersenyum miris Misya kini meratapi kepergian ayahnya. Setelah Rangga meregang nyawa dipenjara karena penyakit paru-parunya semakin parah kemudian menyusul ayahnya.Ternyata Delvan mencoba membujuk ayahnya agar mau membuat Misya bertahan dengannya. Delvan melakukan segala cara sampai akhirnya ayahnya jatuh didorong oleh Delvan saat sedang lengah hingga akhirnya koma beberapa hari dirumah sakit.Tidak
Misya mulai mengajukan perceraiannya, langkah pertama sudah diambil. Dia juga sudah melaporkan ke pihak yang berwajib mengenai kejanggalan kematian ayahnya termasuk permintaan Autopsi atau bedah mayat dengan maksud untuk penyidikan medis jenazah untuk memeriksa sebab kematian.Misya kembali ke kota namun tidak untuk kembali pada suaminya, dia akan melihat semua yang sudah dilakukan suami dan keluarganya. Misya mencari tempat tinggal sementara untuknya sambil menyelesaikan perceraiannya.Delvan sudah siap menunggu kedatangan Misya setelah satu minggu lamanya Misya berada di kampung halamannya. Di rumah Delvan bersiap menyambut Misya dengan senang.Namun setelah satu minggu lebih ternyata Misya tidak juga kembali, dia malah menerima panggilan dari pihak kepolisian. Delvan membaca surat panggilan tersebut dengan gemetar, tidak lama kemudian rahangnya mengeras, tangannya mengepal dan tubuhnya gemetar menahan amarah yang meluap dihatinya.Delvan melempar semua barang yang ada didekatnya, t
"Maaf Pak Delvan, ada tamu untuk bapak. Mereka sudah menunggu di lobby! " Panggilan dari sekretarisnya membuat Delvan berpikir tentang jadwal pertemuannya dengan rekanan kerjanya yang akan bertemu dengannya dalam beberapa jam ke depan."Ah ya, tunggu sebentar saya akan turun. Tapi ini jadwal pertemuan dengan siapa Din? " Dina yang sudah diwanti-wanti oleh polisi agar tidak menyebutkan profesinya kebingungan.Terdengar suara berisik dari telfon sekretarisnya yang membuat Delvan curiga. Delvan segera mengintip dari cctv diluar ruangannya untuk melihat kondisi disana. Betapa terkejutnya saat Delvan melihat dua orang berseragam polisi mendatangi kantornya."Ah sial..bagaimana bisa polisi itu sudah masuk kantor. Duh gimana ini ? " Delvan sudah terlihat sangat panik saat melihat polisi yang akan menjemputnya. Dia tidak mau dipenjara apalagi dengan tuduhan pembunuhan.Tidak, ini tidak boleh terjadi. Dia harus melarikan diri, sesaat Delvan terdiam memikirkan cara agar bisa keluar dari tempa
Harapan Delvan seketika pupus melihat dua orang berseragam polisi tiba-tiba mendatanginya. Lamunannya seketika buyar, Delvan merasa gugup dan kakinya terasa terpaku ditempat.Polisi itu semakin mendekatinya, namun mereka hanya melintas saja. Sedangkan Delvan benar-benar cemas saat itu, rasa takut membuatnya menahan nafasnya.Tarikan nafas lega saat itu juga terdengar dari Delvan, namun dia masih belum berani berbalik dan masih dalam posisi semula. Begitulah kehidupan Delvan, dia sering merasa takut dan cemas disaat bertemu dengan polisi.Kini tubuh Delvan semakin kurus dan tidak terawat, karena setiap hari dia tidak bisa tidur dengan nyenyak. Rasa takut selalu menghantuinya kemanapun dia pergi. Kadang Delvan ingin sekali pulang ke rumah orangtuanya karena rasa rindu yang sering menderanya.Namun jika dia nekat pulang sudah pasti akan ditangkap dan dijebloskan ke penjara. "Mas, beli buah apel hijaunya dua kilo ya? " Delvan kaget saat mendengar pembelinya berbicara padanya.Dia hanya me
Misya kini telah resmi menjadi istri Darel, namun sayangnya dia tidak ingin melayani Darel dengan baik. Setelah melewati malam pengantin yang membuat tubuh Misya benar-benar kelelahan luar biasa.Darel memang gila, malam itu membuat Misya merasakan badannya remuk. Darel tidak berhenti melakukannya hingga pagi hari. Misya membiarkan hal itu terjadi karena setelah ini jangan harap Darel akan merasakan kebahagiaan.Hari-hari berlalu terasa lambat bagi Misya, namun Darel benar-benar merasa puas telah mendapatkan Misya. Darel tidak pernah menyesal sudah meninggalkan Yuna dan anak-anaknya.Bahkan kini Darel tidak pernah merasa bosan kepada Misya berbanding terbalik saat dia bersama dengan Yuna. Mungkin karena Yuna memang sudah hamil hingga Darel merasa terbatas ruang geraknya."Sayang, aku mau belanja siang ini. Anterin aku ya..banyak yang mau aku beli loh!"Darel mengangguk, entah ini sudah kesekian kalinya Misya meminta untuk mengantarkannya belanja. Sudah berapa banyak uang yang dikelua
Darel benar-benar sudah habis kesabarannya, apalagi Reza sudah terang-terangan menatap istrinya dengan tatapan kagum dan mesum. Akhirnya Darel memaksa Misya untuk segera pulang, selain sudah lelah dia juga sudah tidak tahan dengan tingkah Misya seolah sengaja untuk menggoda Reza.Bagi Darel istrinya kini adalah pelabuhan terakhirnya. Dia tidak mau istrinya diganggu siapapun, apalagi Reza sesama teman bisnisnya. Namun tidak begitu dengan pemikiran Reza, didalam hati Reza justru ada keinginan untuk merebut Misya dari pelukan Darel.Reza tidak peduli dengan status Misya sekarang ini, apalagi Misya baru beberapa minggu menjadi istri Darel. Reza bahkan bisa melihat kalau Misya juga tertarik padanya. Darel benar-benar merasa geram saat tau Reza tidak menyerah begitu saja.Padahal jelas-jelas Reza tau kalau Misya itu istrinya, malah terang-terangan menggodanya di depan matanya. Misya tertawa dalam hati melihat sikap Darel yang marah karena dirinya menanggapi keinginan Reza.Biar Darel merasa