“Dari mana saja kalian?” tanya Rania yang berusaha tetap tenang meskipun hatinya sedang bergemuruh seperti gunung berapi yang mau meletus. “Aku lihat tadi beberapa kepala divisi sudah kembali dari rapat.”Dari gelagat Eddy dan Miranti yang salah tingkah Rania menduga jika kedua tidak pernah menduga kedatangnya ke kantor tersebut. Bahkan Miranti terlihat menunjukkan sikap yang selalu menghindar untuk beradu tatap dengan dirinya.Rania mendekat ke arah di mana Eddy dan Miranti berdiri berdampingan. Semakin mendekat, Rania semakin mencium harum semerbak sabun dan shampoo dari hotel seperti yang pernah dia dapatkan saat menjalani liburan keluarga. Setelah bekerja sekian jam lamanya, Eddy dan Miranti justru terlihat begitu segar dan cerah seperti habis mandi, dan hal itu tidak luput dari pengamatan Rania.Tatap mata Rania seolah tidak ingin absen dari sang suami dan juga sekretarisnya. Ibu dua anak itu mencoba untuk menguatkan dirinya menghadapi segala kepahitan yang terasa begitu dekat di
“Fitnah keji apa ini?” tanya Eddy mencoba untuk memulai sandiwara untuk menyangkal semua tuduhan yang telah dilontarkan oleh Rania.“Kau mau menuduh Queen memfitnahmu?” tanya balik Rania yang berusaha untuk tetap tegar di hadapan Eddy dan Miranti.“Queen masih kecil, dia tidak tahu apa-apa.”“Dia anakku, dan aku tahu kalau dia tidak berbohong,” sahut Rania dengan tegas.Rania menghela napas dan mengalihkan pandangannya. Dengan gerakan tangan yang terlihat kasar, Rania menyeka air mata yang mulai jatuh bercucuran."Apa kau pikir aku bodoh, yang akan dengan gegabah menuduhmu tanpa mencari bukti terlebih dahulu?” Aku menemukan ini di laci kerjamu, dan aku tahu bukan merk ini yang selama ini kita pakai," ucap Rania sambil menunjukkan kemasan alat pengaman pria yang sudah terbuka dan sepertinya isinya pun sudah berkurang.Eddy terdiam sejenak, ekspresinya berubah menjadi cemas. "Rania, biar aku jelaskan ....""Tidak perlu," potong Rania dengan tegas. "Bagiku sudah cukup bukti yang aku liha
Eddy sadar kesalahanan yang telah dia lakukan sangatlah besar dan mungkin tidak termaafkan lagi, tetapi ego dan harga dirinya sebagai seorang suami terasa tersentil oleh ucapan Rania yang membuat kantornya heboh tiba-tiba. Penghinaan yang Rania lontarkan untuk Miranti tentu bukan hanya menjatuhkan mental perempuan yang hampir satu tahun ini menjadi selingkuhannya, tetapi juga membongkar aib yang seharusnya tersimpan rapat.Dengan amarah yang bergemuruh di dada Eddy melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, berharap bisa segera tiba di rumah dan memberikan pelajaran kepada Rania. Apa yang terjadi kantor tadi membuat para pegawai memandang rendah kepada Eddy yang seharusnya dipandang hormat karena menjadi orang yang telah memberi pekerjaan dan membayar tenaga mereka.Setelah tiba di rumah, Eddy langsung mencari keberadaan Rania. Eddy merasa jika dia harus bisa segera menyelesaikan masalah dalam rumah tangga, Ayah dua anak itu tidak ingin jika dirinya tidak bisa fokus dalam bekerja dan
“Bagi saya apa yang telah dilakukan oleh Ageng saat ini adalah sebuah pengkhianatan,” ujar Erick yang merupakan teman baik Davianna. Dia merasa tidak terima dengan kenyataan jika ternyata Ageng telah menikmati malam pertamanya dengan Queen.“Ini bukan masalah uang yang harus aku bayarkan. Oke yang namanya kalah taruhan memang sudah seharusnya membayar kepada yang menang, tapi ini tentang kesetiaan Ageng kepada Davi,” sambung Erick di hadapan Bryan, Cyrus dan Derian.Tiga sahabatnya tampak memiliki tanggapan yang berbeda-beda. Namun, satu alasan yang menyangkut hubungan antara Ageng dan Queen, tampaknya baik itu Bryan, Cyrus atau pun Derian sepakat jika apa yang dilakukan oleh Ageng bukanlah sebuah kesalahan.“Yang harus kamu ingat, Ageng dan Queen adalah pasangan suami istri yang sah menurut hukum negara dan agama.” Cyrus mencoba mengingatkan Erick tentang hubungan antara Ageng dan Queen. “Jadi tidak ada kesalahan apa pun yang mereka lakukan jika mereka mau bercinta berapa kali sehari
Di tengah kesibukannya memasak makan malam, Ageng harus menerima gangguan berupa telepon dari Erick, sahabat yang terakhir bertemu saat pernikahannya dengan Queen. Tentu ada rindu, yang terasa setelah lama tidak bertemu dan bertegur sapa meski hanya melalui media online. Kesibukan membuat mereka tidak sempat untuk saling berkomunikasi, meskipun hanya sekedar say hello saja."Hai, Bro! Kamu sekarang lagi di Indonesia?" tanya Ageng yang merasa mendapat kejutan dari sahabatnya, sosok yang telah memperkenalkan dirinya dengan Davianna.“Iya, ada beberapa urusan penting yang harus aku selesaikan di sini.” Suara balasan dari Erick terdengar sangat jernih di ponsel canggih Ageng, mungkin juga didukung oleh sinyal yang begitu bagus di apartemen tersebut.“Proyek baru?” tanya Ageng mencoba menebak alasan kedatangan Erick ke Indonesia, karena setelah menikah Erick bekerja dan menetap di Australia.“Salah satunya,” jawab Erick sedikit terjeda, seperti sedang mencari alasan tambahan. “Selain itu j
“Terima kasih,” ucap Ageng sebagai tanda terima kasih atas pelayanan Queen yang begitu memuaskan baginya. Bahkan tidak lupa dia melabuhkan kecupan hangat di dahi sang istri yang masih terlihat sisa-sisa keringat setelah pertempuran yang entah sudah berlangsung berapa ronde itu.“Itu sudah tugasku,” jawab Queen yang berusaha tetap melemparkan senyum dengan sisa-sisa tenaga yang ada. “Kau sudah membayarku dengan ….”Ageng langsung membungkam mulut Queen dengan melabuhkan bibirnya. Calon penerus Wardana Group itu merasa tersentil setiap kali Queen membicarakan masalah bayaran dan profesionalitas dirinya sebagai seorang istri sementara.“Yang kau dapatkan dari aku bukanlah bayaran, mahar dan nafkah yang kuberi sudah menjadi hakmu sebagai istriku.”“Sampai Davi datang,” sahut Queen dengan mata yang hampir terpejam karena mengantuk dan lelah.Ageng menarik tubuh Queen ke dalam pelukannya, ada perasaan yang dia tidak tahu ap aitu artinya, yang jelas dia merasa tidak rela untuk melepas dan ja
“Bagaimana kabar Megan?” tanya Ageng kepada Erick sebelum memasukkan makanan ke dalam mulutnya.“Geng! Kita sedang membicarakan hubunganmu dengan Davi, jadi jangan mencoba untuk mengalihkan pembicaraan!” Bagaimana pun“Apakah kau mencintai Megan?”Sebenarnya pertanyaan yang Ageng lontarkan tidak membutuhkan jawaban. Karena selain Cyrus yang dikenal sebagai suami takut istri di sirkel persahabatan mereka, ada juga Erick yang dikenal paling setia terhadap pasangannya. Erick sudah menjaga Megan sejak mereka masih muda, bahkan Erick menikahi Megan setelah menjalani operasi pengangkatan kista. Uang memang bukan segalanya, tetapi dengan uang Erick dan Megan bisa menjalani proses bayi tabung, sehingga kini mereka sudah memiliki dua anak yang lucu-lucu.Sementara itu Erick terdiam kala menyadari kemana arah pembicaraan Ageng. Erick menghembuskan napas secara kasar lalu menggelengkan kepala, merasa betapa berat dan sulitnya untuk mengarahkan hati Ageng kembali kepada Davianna. Tampaknya sahaba
“Kakak mau pinjam uang, perusahaan butuh dana segar untuk biaya operasional dan untuk mendapatkan tender baru. Kami harus bisa menunjukkan jika keuangan perusahaan dalam keadaan baik-baik saja,” ucap Rey setelah mengakhiri makan siangnya.“Aku tidak punya uang,” ucap Queen dengan begitu enteng dan santai seolah tidak peduli dengan kesulitan yang sedang dihadapi oleh sang kakak. Namun dari apa yang baru saja keluar dari mulut Queen tidak ada kebohongan sama sekali.Meskipun dia sudah mendapatkan mahar secara utuh dari Ageng dan juga memenangkan taruhan dengan sahabat-sahabat Ageng, tetapi Queen sudah tidak memegangnya dalam bentuk uang atau tabungan di rekening bank. Hampir semua uang Queen sudah berupa surat berharga sebagai bentuk investasi, dan tentu butuh proses untuk menguangkannya.“Jika kau tidak punya uang, mungkin kau bisa membantu untuk membicarakan hal ini dengan Ageng.” Saat ini perusahaan yang Rey kelola bersama sang papa benar-benar membutuhkan uang, maka hal itu membuat