Undangan untuk bertemu dari Fajri biasanya akan sangat membahagiakan bagi Davianna, tetapi tampaknya tidak untuk kali ini. Davianna sudah bisa menebak apa yang akan dibicarakan oleh Fajri dengannya kali ini.Berita viral yang beredar tidak lagi menyamarkan nama Fajri dengan inisial, semuanya terang benderang. Erick dan Megan benar-benar kejam menghukumnya, sampai melibatkan Fajri yang tidak mengetahui apa-apa dalam permasalahan dengan Ageng.Davianna menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri. Jantungnya berdetak kencang, tetapi ia tidak bisa mundur sekarang. Apa pun yang terjadi, dia harus bertemu dengan pria yang menjadi tujuan utamanya sampai jauh-jauh menempuh pendidikan di London.Saat tangannya sudah memegang handle pintu, rasa ragu kembali menyeruak. Ingin rasanya berbalik dan lari dari masalah ini, tetapi tentu hal itu akan membuat Fajri semakin sulit untuk dia gapai.Davianna membuka pintu dan melangkah masuk dengan anggun dan elegan seperti biasanya. “Mas!” Daviann
Setelah makan malam selesai, seluruh anggota keluarga Wardana pindah ke ruang keluarga yang luas dan nyaman. Lampu-lampu kristal menggantung di langit-langit, memberikan cahaya hangat yang memancarkan kemewahan. Di sudut ruangan, sebuah jam berdiri tinggi ini memberikan sentuhan klasik dan elegan pada ruangan.“Ini hadiah karena kalian akan memberi mama cucu,” ucap Laras lembut. “Jaga cucu-cucu mama dengan baik, dan didik mereka dengan benar.”Queen dan Arum masih terdiam terpesona dengan perhiasan yang baru mereka terima.“Mama berpesan bukan cuma buat Arum sama Queen, tapi juga sama kalian berdua,” sambung Laras sambil menunjuk ke arah Ageng dan Danu.“Wow … cantik banget, Ma,” ucap Arum saat melihat hadiah dari Laras. “Papa nggak marah, mama langsung beli dua?” tanya Arum sambil melirik sang papa.“Siapa bilang beli dua?” sahut Arya Suta. “Hari ini papa benar-benar dirampok,” sambungnya dengan nada yang terdengar dibuat-buat marah.“Jangan bilang begitu,” ucap Laras dengan kerlinga
Ageng memandang Queen dengan penuh kasih. “Aku tidak akan memaksamu, tapi aku hanya ingin memastikan jika kau merasa nyaman dan aman. Aku hanya ingin melindungimu.”Ageng melabuhkan kecupan lembut di pucuk kepala Queen. Meskipun suatu tindakan yang sangat sederhana, tetapi kecupan itu mampu menghadirkan kehangatan dalam hubungan Ageng dan Queen.Ini adalah pengalaman pertama mereka akan memiliki anak, jadi banyak yang belum mereka ketahui. Setiap detik penuh dengan kebahagiaan bercampur ketidakpastian. Tanda-tanda akan melahirkan, kapan akan terjadi, dan bagaimana rasanya, semuanya adalah misteri bagi mereka.Meskipun saat ini masih trimester pertama, tetapi Ageng sudah merasa waswas jika saat Queen akan melahirkan dia tidak berada di sampingnya. Tentu akan sangat berbahaya jika tidak ada yang mendampingi Queen Dan di rumah ini, sang mama akan selalu membimbing Queen, bukan hanya tetang kehamilan, tetapi juga bagaimana cara merawat bayi mereka nantinya.“Aku takut merepotkan mama,” uc
Fajri tidak pernah menduga jika dia akan terlibat masalah yang pelik dengan Davianna. Apalagi sampai membuat kedua orang tua Aletha jauh-jauh dari Indonesia mendatanginya di London.“Apa pun yang terjadi saya tidak akan melepaskan Aletha, dia istri saya.” Tegas Fajri berucap di hadapan ayah mertuanya.“Tapi Aletha dalam keadaan seperti ini karena ulahmu.”Fajri menggelengkan kepala menyangkal dan tidak percaya kalimat itu terucap dari mulut ayah mertuanya. Mungkin karena mereka tidak mengetahui apa saja yang telah dia korbankan untuk Aletha.Meskipun untuk pengobatan Aletha menggunakan asuransi, tetapi ada beberapa hal yang membuat Fajri dengan terpaksa harus menjual beberapa asset miliknya selama Aletha koma.“Saya benar-benar tidak tahu kesalahan apa yang telah saya lakukan, sampai Aletha seperti ini.”Sosok yang biasanya tegar dan berkharisma itu kini terlihat sangat rapuh. Ada sisi hatinya yang terasa tekoyak. Dia sangat mencintai istrinya, bahkan saat dokter mulai putus asa dan
Suasana haru menyelimuti ruang perawatan Aletha, dokter dan beberapa tenaga medis yang selama ini menangani Aletha tersenyum bahagia. Bukan hanya karena Aletha yang telah sadar, tetapi juga karena menyaksikan kekuata cinta sejati. Fajri yang tetap mempertahankan Aletha saat dokter sudah menyerah.Setelah melakukan pemeriksaan menyeluruh dan memastikan jika Aletha sudah bisa berinteraksi dengan baik. Dokter dan para medis yang menanganinya segera keluar, memberi waktu dan kesempatan kepada Fajri dan Aletha berdua.“Aletha,” panggil Fajri dengan suara bergetar, ayah satu anak itu melangkah semakin mendekat ke brankar Aletha. Senyum dan tangis bercampur, Fajri tidak bisa menggambarkan betapa bahagia dirinya saat ini.Tetapi tampaknya suasana hati berbeda dengan Aletha, tatap matanya justru menyiratkan luka yang mendalam, seolah dia menyesali dirinya masih hidup dan bertemu kembali dengan suaminya.Fajri menangis tanpa henti, menunduk mencium tangan Aletha. “Terima kasih, Tuhan. Terima ka
Tidak ada larangan, pun tidak ada perintah. Queen benar-benar dimanjakan saat berada di rumah keluarga Wardana. Waktu lega hanya di isi dengan berbincang random bersama Laras.Di taman yang luas di rumah keluarga Wardana, angin sore yang sejuk menyapu lembut wajah Queen. Burung-burung berkicau riang di atas pepohonan rindang, sementara matahari yang perlahan turun menghiasi langit dengan warna-warna senja yang mempesona. Queen duduk di bangku kayu yang dikelilingi bunga-bunga mawar yang sedang mekar, menikmati momen ketenangan itu. Di sebelahnya, Laras duduk sambil mengupas buah-buahan, matanya sesekali melirik ke arah Queen dengan kasih sayang.“Jangan cuma minum anti mualnya saja, vitamin dan obat yang lain juga harus kamu lahap sampai habis. Terutama asam folat itu, jangan sampai ketinggalan.” Laras berbicara dengan suara tegas namun penuh kelembutan, tangannya terampil mengiris apel dan mangga yang segar.“Ya, Ma. Sejak melepas IUD saya langsung mengkonsumsi susu tinggi asam folat
“Jadi bener kalian mau balik ke apartemen?” tanya Laras dengan wajah sendu.Tampak kekecewaan yang mendalam di wajah Laras, keberadaan Queen di rumah besar keluarga Wardana mampu mengusir kesepiannya selama ini.“Queen, apa mama ada salah?” tanya Laras lagi, kali ini matanya mulai berkaca-kaca.Laras sadar, dirinya memang tegas kepada Queen yang sedang hamil muda. Tetapi semua itu dia lakukan demi kebaikan Queen juga.Queen menggeleng dan terlihat jadi salah tingkah. “Tidak Ma, mama tidak ada melakukan kesalahan apa pun.” Queen jadi merasa bersalah, karena membuat ibu mertuanya jadi bersedih.Ageng menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Sejenak dia mengalihkan pandangan ke arah sang papa, seolah meminta bantuan untuk memberikan penjelasan. Tatap mata penuh kode antara ayah dan anak itu berakhir dengan hembusan napas kasar, terlihat pasrah dan kalah.“Ma, Ageng dan Queen memiliki kehidupan mereka sendiri. Biarkan mereka belajar mandiri, dengan segala keputusan mereka dalam hidup ini.” D
Laras memang penuh kasih, tetapi Queen merasa tidak bisa bergerak leluasa saat berada di dekat mertuanya. Bahkan hanya sekedar untuk keluar bertemu dan berkumpul dengan teman-temannya, Queen merasa sungkan untuk untuk meminta izin.Setelah kembali ke apartemen selama sudah mendapat izin dari Ageng, Queen merasa bebas untuk bepergian. Seperti hari ini, Queen sudah berada di kafe Derrian, berkumpul dengan Melissa, Chiara dan juga Megan yang kebetulan sedang berkunjung ke Indonesia.“Eh … perjanjian pernikahanmu dengan Ageng sempat dibahas sama ustadz kondang,” ucap Chiara sambil menunjukkan ponselnya kepada Queen.Tampak Melisa dan Megan yang penasaran langsung mendekat turut melihat berita yang dimaksud Chiara.“Sampai segitunya kasusmu Queen, sampai-sampai seorang ustadz ikut bicara.” Setelah membaca sedikit, Megan kembali kepada posisi duduknya selalu anggun.“Ustadz itu membahas tentang kawin kontrak yang katanya dilarang agama, dan dijelaskan perjanjian nikah Queen dan Ageng tidak