Kenzo sudah membuat keputusan. Setelah meminum obat dari Dokter Lu dwig untuk mengatasi mualnya, kini sang dokter kembali ke ruangannya. Dengan gerakan cepat, dia membuka semua jendela kaca, dan menyemprot ruangan tersebut menggunakan pengharum ruangan yang mempunyai wangi lembut layaknya Luna, istri keduanya. Serena menatap heran pada suaminya. Baru kali ini dia melihat sang suami seperti itu. Bahkan dia sangat penasaran dengan apa yang sedang dirasakan oleh suaminya. "Sayang, sebenarnya apa yang terjadi padamu? Kenapa kamu bersikap seperti ini?" tanyanya sambil berjalan menghampiri sang suami."Sepertinya aku sedang mengalami mual di pagi hari, seperti yang biasa dialami oleh ibu hamil," jawab Kenzo sambil berjalan menuju meja kerjanya.Serena mengernyitkan dahinya. Dia memperhatikan sang suami dari ujung kaki hingga ujung kepalanya, seolah sedang mencari sesuatu."Tapi, kamu seorang pria, Sayang. Bagaimana mungkin kamu bisa mengalaminya?" "Buktinya aku sedang mengalaminya. Buka
Seperti biasa, Serena tidak pernah mau kalah atau pun mengalah dari siapa pun. Dia tetap saja pada keyakinannya bahwa dirinya positif hamil. Bahkan suaminya sendiri sebagai seorang dokter yang dikenal hebat, telah menjelaskan padanya. Akan tetapi, semuanya percuma. Serena tetap berkeyakinan bahwa dirinya sedang hamil saat ini.Suasana ruangan Dokter Kenzo menjadi hening sejak Dokter Ludwig berpamitan keluar dari tempat itu. Kenzo sengaja memberikan waktu untuk sang istri menenangkan dirinya, setelah beberapa kali tidak bisa dibujuk olehnya. Istri pertamanya semakin marah padanya."Harusnya kamu membelaku! Bukan membela dokter abal-abal dan orang-orang bodoh di laboratorium rumah sakit ini!" bentak Serena dengan kekesalannya yang menjadi-jadi."Suami macam apa yang diam saja melihat istrinya dipermalukan?!" sambungnya dengan menatap sinis pada suaminya."Jangan-jangan kamu tidak suka dengan kehamilanku ini," imbuhnya dengan ketus menyudutkan sang suami yang masih ditatap sinis olehnya.
Teriakan Serena yang sangat keras membuat semua pelayan yang mendengarnya berlari menghampirinya. Mereka terkejut melihat sang nyonya terbaring di lantai kamar mandi sambil meringis kesakitan. Tidak jauh dari telapak kakinya, terdapat sebuah sabun yang tergeletak bersama dengan sandal sang nyonya."Nyonya!" seru beberapa pelayan yang baru tiba di kamar mandi tersebut."Cepat tolong aku!" perintah Serena dengan tegas, sembari mengulurkan tangannya.Seketika mereka semua memindahkan tubuh sang nyonya keluar dari dalam kamar mandi tersebut hingga ke dalam kamar utama. "Sabun siapa yang telah membuatku terpleset?!" tanya sang nyonya dengan meninggikan suaranya, dan menatap tajam satu per satu para pelayan yang telah membantu memindahkan tubuhnya. Semua pelayan yang ada di sana hanya menunduk, tidak berani menjawab. Terlebih lagi sang nyonya sedang dalam suasana hati yang membuat mereka ketakutan."Jawab!" bentak Serena hingga membuat mereka semua terhenyak, dan reflek memegang dada masi
"Aku bosan," gumam Luna setelah bangun dari posisi tidurnya.Ranjang super empuk dengan desain mewah di dalam kamar super mewah yang berfasilitas sangat lengkap, membuat Luna merasa sangat istimewa. Sayangnya, dia merasa sangat bosan dalam kamar tersebut. Pasalnya, dia hanya layaknya orang bermalas-malasan dalam kamar mewah itu. Kegiatan Luna sebagai istri kedua dari Kenzo Matteo hanya tidur, makan, bermain ponsel, dan menonton televisi. Semua hal dilayani oleh kepala pelayan yang dipercaya oleh Kenzo untuk menjaga istri keduanya. "Apa dia akan marah, jika mengetahui aku keluar dari kamar ini?" tanyanya pada diri sendiri, ketika mengingat amanat sang suami yang menyuruhnya untuk tetap berada di dalam kamar tersebut. Dia pun menghubungi suaminya untuk meminta ijin keluar dari kamarnya. Akan tetapi, panggilan telponnya itu tidak dijawab oleh sang suami, sehingga Luna mengulangi panggilan telpon tersebut."Sudah sepuluh kali, tapi tidak ada jawaban darinya. Apa dia sekarang sedang sib
"Apa maksudmu, Ken?" tanya Serena sembari mengernyitkan dahinya, dan menatap serius pada suaminya.Kenzo menatap satu per satu dari ketiga wanita yang sedang menatap penasaran padanya untuk menunggu jawaban darinya. "Seharusnya aku tidak memakai kamar mandi yang ada di lantai bawah, sehingga Serena bisa memakainya," ucap Kenzo disertai helaan nafasnya."Jadi, yang ada di dalam kamar mandi tadi adalah kamu, Ken?" tanya Serena sambil memicingkan matanya.Pria beristri dua tersebut menganggukkan kepalanya sebagai jawaban dari pertanyaan sang istri yang ditujukan padanya. "Seandainya aku tidak mual ketika kamu menyebutkan nama makanan tadi, pasti aku tidak menggunakan kamar mandi itu. Dan pastinya kamu tidak akan terpeleset," ucapnya sambil menatap sang istri pertama dengan tulus.Kenzo dalam suasana hati yang mirip seperti Luna. Dia mengalami emosi yang sana seperti ibu hamil lainnya, sehingga mudah sekali merasa bersedih dan menyalahkan diri sendiri. Melihat hal itu, wanita tua yang
Demi bisa menyelesaikan masalahnya satu per satu, Kenzo pun berjanji untuk mengabulkan permintaan istri pertamanya. Serena pun mau menuruti keinginan sang suami untuk memeriksakan kembali kandungannya ke rumah sakit. "Maaf, Dokter Kenzo, Nyonya Serena. Tidak ada keguguran, karena memang dari awal anda tidak hamil. Anda hanya sedang mengalami periode menstruasi seperti biasanya," tutur Dokter Ludwig setelah memeriksa beberapa kali.Serena menatap tajam pada sang dokter, seolah dia sedang mengancamnya. "Sayang, aku tidak mau diperiksa oleh dia! Dokter ini tidak kompeten!" ujar Serena sembari mengarahkan telunjuknya pada Dokter Ludwig."Serena, tolonglah. Dengarkan saja hasil pemeriksaan dari Dokter Ludwig. Meskipun kita berganti dokter seratus atau seribu kali pun hasilnya akan tetap sama," tutur Kenzo dengan tatapan memohon pada sang istri. "Jadi, kamu lebih membela dia, Ken?" tanya Serena seolah tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Kenzo menghela nafasnya. Dia menatap sang i
Dokter Kenzo menganggukkan kepalanya menanggapi pertanyaan dari Dokter Ludwig."Iya, dok. Saya melihatnya," ucapnya sembari terpana pada layar alat USG."Apa? Apa yang kamu lihat, Suamiku?" tanya Luna penasaran.Dokter Ludwig tersenyum melihat betapa antusiasnya wanita yang menjadi cinta pertamanya. Akan tetapi, hatinya terluka mengingat janin tersebut bukanlah miliknya, melainkan milik pria lain yang menjadikan Luna sebagai istri keduanya.'Shit! Kenapa harus Dokter Kenzo?!' batinnya mengumpat kesal."Suamiku!" ujar Luna sembari menarik-narik lengan suaminya. Panggilan Luna pada Dokter Kenzo semakin membuat kesal Dokter Ludwig. Pasalnya, panggilan sayang Luna pada suaminya semakin mempertegas status Dokter Kenzo yang sudah sah menjadi suaminya."Anak kita, Sayang," tukas Dokter Kenzo disertai senyuman bahagianya."Ada apa dengan anak kita? Apa ada yang terjadi?" tanya Luna kembali dengan penasaran.Dokter Kenzo tersenyum lebar. Sang dokter tidak bisa mengatakan betapa bahagianya saa
Serena marah melihat semua postingan suaminya. Bahkan banyak istri dari kolega Kenzo mengucapkan selamat padanya. Mereka semua mengira jika Serena lah yang sedang hamil kembar saat ini.Prang!"Bangsat!""Kurang ajar semuanya!""Mereka semua mengejekku!""Mereka menertawakan ku!" "Brengsek kalian semua!"Umpatan-umpatan kasar yang diteriakkan oleh Serena membuat semua orang di dalam rumah tersebut ketakutan. Tidak ada yang berani mendekatinya. Semua barang yang ada di sekitarnya menjadi pelampiasan kemarahannya.Beberapa barang antik dan pajangan yang berada di sekitar sang nyonya, hancur berantakan berkeping-keping. Semuanya merupakan barang yang bernilai tinggi, dan hanya bisa di dapatkan dari luar negeri. Pasalnya, barang-barang tersebut merupakan hasil kerajinan tangan dari seniman terkenal yang hanya ada satu di dunia. "Apa yang harus kita lakukan? Pasti Tuan Kenzo marah melihat semua barang kesayangannya hancur seperti ini. Jangan-jangan kita semua nanti dipecat gara-gara ini,
Suara tangisan kencang dari ruang persalinan membuat Ron Matteo dan Damian Matteo tersenyum."Dengarlah, Damian. Suara bayi itu adalah--""Dengarlah suara tangisan ini, Pah," sahut Damian ketika mendengar suara tangisan bayi yang bersahut-sahutan.Mereka berdua tertawa bahagia menyambut kelahiran sang calon penguasa yang baru dalam keluarga Matteo. Mata kedua pria itu terbelalak mendengar suara tangisan bayi yang baru saja dilahirkan oleh istri kedua dari sang penguasa. "Lihatlah Damian. Ada berapa bayi dalam perut menantumu itu," ujar Ron Matteo sambil terkekeh. "Luna benar-benar hebat, Pa. Dia memberi kejutan pada kita semua," ucap Damian sembari terkekeh. "Benar. Bukankah dokter mengatakan jika hanya ada dua bayi dalam kandungannya?" tanya pria tua itu tanpa melepaskan pandangannya dari monitor yang memperlihatkan kegiatan dalam ruang persalinan. Hanya orang khusus saja yang bisa berada dalam ruangan tersebut. Dan merekalah pemilik rumah sakit itu. Sehingga mereka mempunyai a
Serena memang dalam keadaan kritis saat dilarikan ke rumah sakit. Selain dia tidak sadarkan diri, dia juga mengalami pendarahan parah yang terjadi di kepala, di dalam perut serta dadanya, dan darahnya pun juga keluar dari anggota tubuhnya yang terkena pukulan atau benturan keras. Setelah operasi selesai, Serena dipindahkan ke ruang ICU. Di dalam ruangan itu dia mendapatkan perawatan ekstra, tanpa ada perbedaan dengan pasien lain karena status tahanannya. "Seharusnya pasien sudah sadar setelah beberapa saat operasi selesai dilakukan, tapi sepertinya kita harus menunggu lebih lama lagi. Kami juga sudah berusaha membangunkannya, tapi pasien tetap tidak mau bereaksi. Bahkan dalam operasinya tidak ada kesalahan yang terjadi. Semua berjalan dengan baik. Mungkin takdir Tuhan yang membuat semua ini terjadi. Kita tunggu saja perkembangan pasien selanjutnya," tutur sang dokter pada seorang sipir yang bertugas menjaga Serena.Setelah kepergian dokter dari ruangan tersebut, sang sipir melaporka
"Brengsek!" umpat mantan mertua dari Kenzo Matteo. Hampir semua barang yang ada di sekitarnya telah menjadi pelampiasan kemarahannya. Dia merasa malu di hadapan semua orang yang menghadiri konferensi pers nya. Terlebih lagi orang-orang tersebut sangat berpengaruh dalam bidangnya. Dalam sekejap saja, berita tentang putrinya yang tidak bisa memberikan keturunan bagi keluarga Matteo telah menyebar ke seluruh pelosok negeri. Hingga putri yang telah dicoret dari keluarganya pun mendengar berita tersebut. Prang!"Kalian semua brengsek!" seru Serena dalam ruangan yang dikelilingi jeruji besi, sembari melempar piring makanannya ke arah tembok.Beberapa tahanan wanita yang berada dalam ruang tahanan tersebut menatap tajam padanya. Tanpa menunggu lama, seorang tahanan wanita berbadan besar meraih rambut panjang Serena yang diikat tidak beraturan. "Kamu tidak lihat kami semua sedang makan?!" tanyanya dengan menatap marah pada wanita si pemilik rambut yang dijambaknya. Serena menatap kesal p
"Dengan ini saya, Ron Matteo mengumumkan bahwa cucu saya, Kenzo Matteo akan menggantikan posisi saya di semua perusahaan yang bernaung di bawah keluarga Matteo."Sorak sorai tepukan tangan memenuhi ruangan tersebut. Acara berkonsep mewah dan sangat berkelas dengan iringan musik klasik menambah keindahan pesta malam itu. Kenzo Matteo kini telah diangkat menjadi sang penguasa untuk menggantikan kakeknya. Tentu saja hal itu didengar oleh Serena yang masih berada dalam jeratan jeruji besi. Wanita licik itu marah. Dia bersumpah akan merebut kembali hak miliknya."Luna. Bolehkah Nenek berbicara?" tanya sang kepala pelayan yang sudah sangat dekat dengan istri kedua Kenzo. Luna menganggukkan kepalanya, menyetujui keinginan dari wanita tua tersebut yang seolah menggantikan peran ibunya. "Apakah hatimu lega dengan mendiamkan suamimu?" tanyanya dengan lembut. Luna diam. Dia memikirkan pertanyaan dari sang nenek. Setelah itu, dia menggelengkan kepalanya. "Apakah hatimu baik-baik saja, dan bis
"Apa anda kira jika sudah menghapus rekaman CCTV di beberapa tempat bisa memusnahkannya? Termasuk rekaman CCTV di dalam kamar perawatan."Seketika Serena membelalakkan matanya. Penuturan dari pengacara keluarga Matteo membuat jantungnya berdegup sangat kencang, takut apabila dimasukkan ke dalam sel tahanan yang akan merusak nama baik dan kehormatannya serta keluarganya. Kedua tangan wanita yang merupakan istri pertama dari Kenzo mencengkeram roknya. Ketakutannya itu bisa dibaca oleh pria yang duduk di sampingnya. "Apa anda yakin jika orang yang berada di dalam kamar tersebut adalah Nyonya Serena? Bukankah tidak ada bukti jelas atau pun saksi yang menyatakan hal itu? Lagi pula, kita tidak bisa begitu saja menyatakan bahwa itu adalah klien kami, karena kita juga tidak tahu orang itu pria atau wanita. Benar bukan?" ujar sang pengacara Serena dengan tenang. "Saya yakin kita semua bisa melihat jika orang yang berpakaian serba hitam pada rekaman CCTV itu adalah seorang wanita. Lihat saja
"Kamu sangat cerdik, Serena," ujar Ron Matteo setelah menyudahi tepukan tangannya. Pria tua itu beranjak dari duduknya, dan berjalan menghampiri cucu menantu pertamanya. Hal itu membuat Serena tersenyum penuh kemenangan. "Kamu benar-benar licik. Tidak salah jika kami membiarkanmu masuk ke dalam keluarga Matteo. Semakin lama, kami semakin tahu kebusukan mu," tuturnya sembari menyeringai. "Apa maksudnya, Kek?" tanya Serena layaknya orang bodoh. Sang kakek hanya tersenyum miring menanggapi pertanyaan dari istri pertama cucunya. Wanita licik itu ditatapnya seolah sedang memperingatkannya. "Kita lihat saja sejauh mana kebenaran akan terungkap."Jantung Serena berdebar dengan kencang. Dia khawatir akan nasibnya saat ini. Nama baiknya dan keluarganya telah dipertaruhkan demi meraih kejayaan nama keluarga Hogan melalui keluarga Matteo. 'Sial! Apa yang harus aku lakukan sekarang?' tanyanya dalam hati. "Apa yang sebenarnya dia lakukan pada ibuku?" Tiba-tiba semua pasang mata beralih men
"Apa yang sebenarnya kamu lakukan semalam di kamar perawatan, Serena?" tanya Kenzo dengan tegas. Serena terhenyak. Dia salah tingkah melihat tatapan mata sang suami yang mencurigainya. 'Gawat. Sepertinya dia mencurigai ku. Tapi, aku tidak melakukannya. Kenapa aku harus takut?' batinnya dengan cemas. "Apa maksudmu, Sayang?" tanyanya dengan gugup. "Apa kamu kira aku bodoh?" tanya Kenzo kembali, sembari menyeringai padanya. Luna duduk bersama dengan nenek kepala pelayan di dalam ruangan tersebut. Dia memperhatikan sepasang suami istri itu yang seolah sedang memainkan peran masing-masing. "Sebaiknya kamu mengaku sekarang daripada aku membeberkan semuanya," ancam Kenzo dengan tegas pada istri pertamanya. "Mengaku?! Mengaku apa?! Aku tidak melakukan apa pun, tapi kamu memaksaku untuk mengaku. Maksud kamu apa, Ken?!' ujar Serena dengan emosinya yang meluap. Luna mendekatkan bibirnya pada telinga sang nenek. Dia pun berbisik padanya. 'Apa mereka.sedang membicarakan tentang kemat
Senyuman Serena merekah tiada henti. Suasana duka yang menyelimuti rumah tersebut, tidak bisa membuat hatinya merasakan iba. Hanya dia seorang diri yang terlihat sangat bahagia. Pemakaman itu hanya dihadiri oleh beberapa saudara yang berasal dari keluarga besar Matteo. Bahkan tidak ada tetangga sekitar yang mengucapkan bela sungkawa atau pun mengantar kepergian ibu mertua dari Kenzo Matteo, orang terkaya dan paling berkuasa di daerah tersebut. Luna bagaikan boneka yang hanya diam, dan meneteskan air mata. Tidak ada suara yang keluar dari bibirnya. Berkali-kali Kenzo mencoba untuk mendekatinya, tapi dengan segera Luna menolaknya. Bahkan dia enggan disentuh oleh suaminya. "Biarkan Luna bersama dengan saya, Tuan," ucap sang nenek yang sedari tadi menemani istri muda dari tuannya. Kenzo merasa sedih dan khawatir akan istri kesayangannya. Akan tetapi, dia tidak bisa menghiburnya seperti sedia kala. 'Aku harus segera mencari tahu kebenarannya. Jika tidak, mungkin aku bisa kehilangan wa
Luna memukul-mukul dada bidang suaminya. Ungkapan kekecewaan yang disertai isakan tangisnya menambah pedihnya hati seorang Kenzo Matteo. "Kenapa kamu jahat padaku," ucapnya lirih diiringi isakan tangisnya. Pukulan tangannya pun melemah. Semua tenaganya telah habis digunakannya untuk melampiaskan kesedihannya pada sang suami. Kenzo tidak menghindar dari pukulan, dan omelan kekecewaan sang istri padanya. Dia sadar jika ikut andil dalam peristiwa naas malam ini. Terlebih lagi dia juga sangat mengerti bagaimana perasaan seorang anak yang kehilangan ibu kandungnya. "Maaf, Sayang. Maafkan aku. Semua ini memang salahku. Aku tidak mengelaknya. Hanya saja aku merasa ada yang janggal dnegan semua ini," ucapnya lirih sembari memegang kedua tangan sang istri. Luna menatap serius pada suaminya. Dari sorot matanya, dapat disimpulkan ada rasa ingin tahu yang begitu besar dalam hatinya. "Apa? Kenapa janggal?" tanyanya penasaran. Kenzo menatap dalam kedua mata indah sang istri. Sayangnya mata it