Brak!!!Anggoro menggebrak meja kerjanya. Parman yang berada di hadapannya hanya terdiam dan menunduk. Semua barang yang berada di atas meja berserakan.Anggoro mendapatkan pesan berupa video. Menunjukkan Sera bersama Mbok pergi ke pasar dan menemui Bima. Bahkan, foto Bima memberikan kado kepada Sera juga dia terima.Saat itu Anggoro dimakan kecemburuan yang sangat luar biasa. Anggoro tidak percaya Bima menghubunginya dan memberikan kabar seperti itu. Merasakan pengkhianatan yang luar biasa diberikan kepada Sera. Padahal dia sudah memperingatkan Sera untuk tidak keluar dari rumah itu karena kondisinya yang masih saja sakit dan mengandung.Saat itu Bima mengatakan Sera bahkan mau menemuinya secara diam-diam. Apa yang harus dikatakan Anggoro kecuali mengizinkan apa pun yang diinginkan Sera? Harga dirinya harus dia jaga. Jika dia mengatakan Sera memang melanggar perintahnya, Bima pasti akan menertawakan dirinya dengan puas. Dia berusaha tidak akan pernah peduli lagi dengan semua yang aka
Bima tidak mengerti apa yang sebenarnya dilakukan oleh Sera. Dia menambah kecepatan mobilnya. Bus itu berjalan sangat kencang sekali. Untung jalanan sangat sepi hingga dia tidak perlu menyalip beberapa kendaraan yang melintas di sana."Kenapa dia pergi dengan tiba-tiba dan meninggalkan semua warga itu? Apa yang sebenarnya terjadi?" gumam Bima terus berucap karena penasaran. Hingga dia terkejut Sera berada di dalam sebuah hotel tidak jauh dari lokasi proyek itu. Hotelnya benar-benar sangat kecil. Tidak mungkin seorang lelaki kaya raya seperti Willem menyewa di sana. Kedua matanya semakin melotot tajam saat melihat Sera akhirnya menuruni bus itu dan masuk ke dalam hotel.“Aku tidak akan pernah melewatkan kesempatan ini. Anggoro harus berpisah dengan Sera. Hmm, ya benar. Aku tidak tahan melihat Sera. Astaga, dia semakin cantik sekali. Mempesonaku seperti ini. Aku sangat bodoh saat itu meninggalkannya.” Bima kemudian keluar dari mobil dan segera menyeberang jalan. Dia tidak akan pernah me
Bagaimana bisa, seharusnya Sera sudah bersama Anggoro. Dan ... mereka seharusnya bertengkar sangat hebat.Pamela saat itu menghubungi Willem dan meminta lelaki Belanda itu menghubungi Sera. Menawarkan sebuah bantuan untuk menyelamatkan Anggoro dari pertaruhan yang sudah mereka lakukan. Pamela sangat paham. Sera pasti akan menyelamatkan suaminya itu.Ketika itu terjadi, dia segera menghubungi Anggoro. Meminta seseorang melakukannya dan membayar sangat mahal. Bahkan Pamela sempat mengirimkan foto Sera saat memasuki hotel ketika sudah turun dari bus. Anggoro memaafkan siapapun yang menghianatinya berkali-kali. Tapi, apa buktinya? Sera kali ini selamat. Bahkan video yang sudah beredar di media sosial pun menghilang begitu saja."Kau sangat berantakan sekali, Sera," ucap Pamela mendekati wanita itu dan mengamatinya dari atas sampai bawah. "Hmm, kau sangat kotor sekali penuh dengan debu. Dari mana saja kau?""Tentu saja aku harus menyelesaikan proyek yang sudah Simbah berikan kepadaku. Bahk
Willem semakin kesal. Dia membuang semua barang yang ada di hadapannya. Berteriak dan terus memanggil Sera."Argh!!"Pyar!!"aku bisa sangat gila. Bima mencegahku untuk menemui Sera. Dia sangat manis, bahkan aku percaya dia akan menunjukkan lokasi Sera. Namun, apa yang terjadi? Dia malah membuatku tersesat."Willem akhirnya masuk kembali ke dalam kamar dan menutup balkon. Dia menuju meja kemudian menuang anggur yang sudah dipesan sebelumnya ke dalam gelas. Meneguknya sampai tidak tersisa."Sesaat aku sangat senang Pamela menghubungiku dan memberikan rencana yang sangat luar biasa. Sera menuju ke sini dan menemuiku dengan sangat mudah. Namun, apa yang terjadi? Semua sia-sia!" teriaknya kembali kemudian melempar gelas itu ke depan hingga pecah berserakan di lantai."Aku terpaksa harus membuat Anggoro pergi. Ibunya sangat berkuasa. Dia pasti bisa keluar dari penjara dengan sangat mudah. Yang terpenting untukku saat ini, aku hanya ingin hidup bersama dengan Sera."Akhirnya Willem kembali
Malam itu kembali panas. Apa yang terjadi? Anggoro kembali menikmati tubuh Sera setelah sangat marah dan kecewa dengannya. Seperti biasanya, Sera tidak bisa menolaknya. Dia hanya bisa menerima dengan nikmat apa pun yang Anggoro lakukan.Puncak kepuasan pun sudah terlampiaskan. Kedua mata mereka menyatu dengan tajam. Saling bertatapan tiada henti. Tidak teralihkan sama sekali. Tampak sorotan kemarahan, namun menyenangkan. Rasa cemburu yang sangat luar biasa.“Kenapa kau datang dan menghancurkan hidupku?” tanya Anggoro sembari menempelkan keningnya. Kedua matanya memejam. “Kenapa kau selalu membuat kehidupanku setiap hari tidak tenang?” lanjutnya kemudian mengecup kening Sera. “Kenapa kau menyakiti hatiku seperti ini? Aku tidak mengenalmu dan aku menikahimu karena tujuan. Tapi, sepertinya alam malah berpihak kepadamu. Inikah hukumanku?” Kedua matanya terbuka lebar. Menatap angker Sera yang tak percaya dengan pendengarannya. “Katakan kepadaku? Siapa dirimu?”Mereka masih saling menatap
Bagaimana bisa Bima menolak? Sudah sekian bulan dia memang tidak pernah melakukannya. Maya pun tidak pernah memuaskannya. Bayangan Sera masih selalu membuatnya tidak tenang. Beberapa kali Bima menyewa wanita panggilan juga tidak bisa memuaskannya.“Aku hanya ingin bercinta dengan Sera. Tapi–”Bima menghentikan ucapannya ketika miliknya sudah hangat dengan bibir Pamela. Wanita itu yang selalu ingin melampiaskan hasratnya, mendadak membuat Bima merasa bergairah lagi.“Aku membutuhkannya, Bima. Kau jangan menolakku, atau kau akan menyesal,” ucap Pamela lalu menarik Bima. "Aku tahu kau selalu frustasi dengan semuanya. Kau tidak hanya menginginkan wanita rendah itu. Tapi ... kau menginginkan kekuasaan bukan?" Pamela semakin mendekatkan wajahnya. "Kita memiliki tujuan yang sama.Bibir mereka bersatu dengan sangat panas. Pesona Pamela tidak bisa membuat Bima menolaknya. Mereka berciuman sambil berjalan menuju meja makan. Bima melepaskan bibirnya ketika puas.“Apa kau selalu bercinta dengan s
Willem masih menatap Gubernur yang malah menyalakan cerutu dan menghisapnya. Memainkan asapnya. Lelaki itu menjadi Gubernur memang karena bantuan dana dari Willem. Saat itu, Gubernur berjanji akan menuruti dan mengangkat perusahaan Willem saat dia menjabat. Dia sendiri bertemu Willem ketika mereka tidak sengaja berada di salah satu klub ternama dan sering bermain golf bersama. Sejak saat itu terjalin hubungan kerja sama begitu juga dengan Anggoro.“Anggoro adalah sahabatmu. Kenapa kau tega melakukannya?” Gubernur mematikan cerutunya. Lalu berjalan mendekati Willem. “Apa karena istrinya? Hmm, jangan katakan gara-gara wanita kau seperti ini.”Willem terkekeh pelan. “Bagaimana jika Bupati seorang wanita? Bahkan … semua warga sangat senang dengan wanita itu.”“Wanita tidak bisa menjadi seorang pemimpin,” balas Gubernur tegas. “Aku tidak menyukai saran ini. Sebaiknya kau tidak ikut campur dalam masalah pemerintah.”“Apa kau lupa siapa yang paling berjasa dengan jabatanmu itu?”Willem sema
Anggoro masih saja tidak mengerti, kenapa Sera selalu saja membantahnya? Apa yang dia inginkan? Walaupun itu termasuk sebagai usaha Sera untuk menyelamatkan dirinya, tapi tetap saja itu suatu hal yang sangat tidak pantas, apalagi dia pergi bersama dengan Willem."Dia sudah membohongiku. apakah benar ada yang dikandungnya itu adalah anak Bima? Dia memang bersamaku terlebih dulu, tapi dia juga pergi bersama dengan Bima diam-diam. Apalagi ibuku menemukan dia berada di dalam hotel." Anggoro masih saja bergumam. Parman yang ingin meninggalkan ruangan dan segera mengikuti kepergian Sera menghentikan langkah. Dia kini menatap sang bupati dengan sangat cemas."Mungkin sebaiknya Tuan tidak berpikiran apa pun. Karena banyak sekali hal yang harus Tuan lakukan termasuk menemui warga. Tuan sudah berjanji untuk membantu mereka dalam hal kesehatan. Sekarang mereka sudah menunggu Bupati mereka ke rumah sakit." Parman kali ini mendekati Anggoro. "Saya akan mengantar Tuan terlebih dahulu. Lalu saya aka