Share

BAB 85

Author: Celebes
last update Last Updated: 2024-03-06 21:22:30

Willem masih menatap Gubernur yang malah menyalakan cerutu dan menghisapnya. Memainkan asapnya. Lelaki itu menjadi Gubernur memang karena bantuan dana dari Willem.

Saat itu, Gubernur berjanji akan menuruti dan mengangkat perusahaan Willem saat dia menjabat. Dia sendiri bertemu Willem ketika mereka tidak sengaja berada di salah satu klub ternama dan sering bermain golf bersama. Sejak saat itu terjalin hubungan kerja sama begitu juga dengan Anggoro.

“Anggoro adalah sahabatmu. Kenapa kau tega melakukannya?” Gubernur mematikan cerutunya. Lalu berjalan mendekati Willem. “Apa karena istrinya? Hmm, jangan katakan gara-gara wanita kau seperti ini.”

Willem terkekeh pelan. “Bagaimana jika Bupati seorang wanita? Bahkan … semua warga sangat senang dengan wanita itu.”

“Wanita tidak bisa menjadi seorang pemimpin,” balas Gubernur tegas. “Aku tidak menyukai saran ini. Sebaiknya kau tidak ikut campur dalam masalah pemerintah.”

“Apa kau lupa siapa yang paling berjasa dengan jabatanmu itu?”

Willem sema
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pesona Istri Desa sang Bupati   Bab 86

    Anggoro masih saja tidak mengerti, kenapa Sera selalu saja membantahnya? Apa yang dia inginkan? Walaupun itu termasuk sebagai usaha Sera untuk menyelamatkan dirinya, tapi tetap saja itu suatu hal yang sangat tidak pantas, apalagi dia pergi bersama dengan Willem."Dia sudah membohongiku. apakah benar ada yang dikandungnya itu adalah anak Bima? Dia memang bersamaku terlebih dulu, tapi dia juga pergi bersama dengan Bima diam-diam. Apalagi ibuku menemukan dia berada di dalam hotel." Anggoro masih saja bergumam. Parman yang ingin meninggalkan ruangan dan segera mengikuti kepergian Sera menghentikan langkah. Dia kini menatap sang bupati dengan sangat cemas."Mungkin sebaiknya Tuan tidak berpikiran apa pun. Karena banyak sekali hal yang harus Tuan lakukan termasuk menemui warga. Tuan sudah berjanji untuk membantu mereka dalam hal kesehatan. Sekarang mereka sudah menunggu Bupati mereka ke rumah sakit." Parman kali ini mendekati Anggoro. "Saya akan mengantar Tuan terlebih dahulu. Lalu saya aka

    Last Updated : 2024-03-10
  • Pesona Istri Desa sang Bupati   Bab 87

    Pamela merasa puas ketika dia sudah mengalahkan Sera dalam sekejap. Setelah melakukannya bersama dengan Bima, dia melakukan perjanjian dengan lelaki itu. Akan membantu Bima untuk mendapatkan Sera kembali.Seketika Bima setuju dengan semua yang dikatakan oleh Pamela. Dia menganggap Willem bukan saingannya. Pamela pun akhirnya melakukan kesepakatan bersama Bima sebelum meninggalkan villa itu dan menuju ke tempat di mana Anggoro melakukan pertemuan bersama dengan warga.'Sudah aku katakan sebelumnya. Kau tidak akan pernah bisa mengalahkan ku, Sera.' Pamela terus menampangkan senyumannya. Walaupun dia tahu warga masih sangat kebingungan dengan kehadirannya saat ini.Anggoro yang hanya bisa berusaha bersikap tenang, terus saja melakukan apa yang seharusnya dilakukan."Tuan, kita akan pergi menuju rapat para kepala daerah. Lalu--""Parman, batalkan semua yang sudah kita rencanakan hari ini. Aku tidak akan pernah pergi bersama dengan Pamela."Parman menjalankan kepala karena tanda tidak setu

    Last Updated : 2024-03-11
  • Pesona Istri Desa sang Bupati   Bab 88

    Hancur rasanya. Hati Sera benar-benar sangat sakit mendengar perkataan Pamela dan sebuah video yang memperlihatkan Anggoro bersama dengan Pamela. Mereka menampakan senyuman di depan semua warga.Memang benar. Da tidak pantas mendampingi Anggoro. Yang bisa mendampingi lelaki sangat hebat seperti itu adalah wanita yang memiliki kasta yang tinggi. Bukan dirinya, wanita miskin yang sama sekali tidak memiliki apa pun untuk diandalkan. Sekarang dia tidak bisa berbuat apa pun selain menyerah. Mungkin bersama dengan Willem adalah satu-satunya hal yang harus dilakukannya. Tapi ... untuk menjadi pasangannya, adalah hal yang tidak bisa dilakukannya. Dia tidak mau bersama dengan lelaki siapapun. Sekarang Sera hanya ingin sendiri dan mengurus anaknya."Kamu masih tidak percaya? Sera, lihatlah Anggoro. Semua yang dilakukan untukmu itu bukan kenyataan. Dia hanya mengambil untung darimu. Dan itu adalah kenyataannya." Willem masih saja berusaha meyakinkan Sera yang kini hanya bisa berdiri kaku."Sekar

    Last Updated : 2024-03-12
  • Pesona Istri Desa sang Bupati   Bab 89

    Simbah semakin menatap menantu keduanya itu. Dia sangat berharap Sera bisa meyakinkan Willem untuk tidak mengungkit pertaruhan yang sudah dilakukan Anggoro tanpa sepengetahuannya. Bagaimanapun juga, Simbah harus menjaga semua kekayaan keluarganya itu."Tentu saja saya tidak bisa meyakinkan dia, kecuali saya menikahinya, Simbah," bala Sera. "Tapi saya tidak mungkin menikahinya, karena saya bukan wanita yang bisa menikahi seorang laki-laki untuk menebus apa pun. Jangan khawatir. Saya akan berusaha meyakinkan Willem agar tidak melakukan hal di luar dugaan kita."Percaya diri sekali kau mengatakan hal itu." Pamela tidak menyerah. Dia mendekati Sera kemudian sedikit mendorongnya. Namun, ternyata Sera menahan tangan itu dan membalasnya."Menemui lelaki lain secara diam-diam itu sudah salah. Kau juga bersama dengannya, bahkan semua warga tahu kau pergi dengannya. Itu akan membuat nama Bupati menjadi sangat buruk. Seharusnya kau tidak berada di sini, Sera." Pamela masih saja tidak menyerah. D

    Last Updated : 2024-03-12
  • Pesona Istri Desa sang Bupati   Bab 90

    Anggoro masih saja terdiam. sarapan juga tidak berkata apa pun. Kedua mata mereka saling bertumbukan tajam. Hingga akhirnya Satria hadir dan berada di antara keduanya."Apakah aku harus bertepuk tangan, melihatmu sudah bisa mengusir Ibu kandungku dari rumah ini?" tanyanya menatap Sera lalu terkekeh pelan."Sekarang aku sadar ternyata nenekku itu sangat jeli. Bisa memasukkan wanita yang sangat tidak terduga seperti dirimu. Kau ini sebenarnya mengerikan atau pahlawan di rumah ini?" Satria malah tertawa semakin keras. Dia benar-benar tidak menyangka Pamela keluar dari rumah itu. Padahal ibunya itu sudah melakukan semua cara kejam untuk menyingkirkan Sera."Sebenarnya kau ini menggunakan pelet atau apa? Hah, aku sangat penasaran," lanjutnya membuat Anggoro tidak kuat dan segera menarik kursi rodanya."Satria, sebaiknya kau kembali ke kamarmu dan jangan pernah ikut campur. Ini masalah orang dewasa!" Anggoro menatap Mbok yang segera mendekatinya. "Bawa dia ke kamarnya. Jangan pernah izinkan

    Last Updated : 2024-03-13
  • Pesona Istri Desa sang Bupati   Bab 91

    Sebuah pernyataan yang sangat mengejutkan Anggoro. Perlahan dia melepaskan cengkraman yang semula kuat. Dia tidak menyangka gadis lugu seperti itu sangat berani dan kali ini lebih menyeramkan daripada Pamela. Anggoro kemudian mundur satu langkah, masih saja menatap Sera. Tidak dia pungkiri warga sekarang lebih menyukai Sera daripada dirinya."Jadi kau akan menggantikanku? Apa yang kau miliki?" tanya Anggoro berusaha untuk terlihat tenang. Dia tidak akan pernah memperlihatkan dirinya cemas hanya karena seorang wanita mengancamnya seperti itu."Aku tidak memiliki kekayaan atau kekuasaan. Tapi aku mempesona semua orang." Dengan percaya diri Sera mulai mendekati suaminya, kemudian melepaskan dasi yang sudah sedikit terlepas dari kemeja Anggoro. "Anda pasti sangat lelah sampai-sampai baju Anda berantakan," lanjutnya masih saja melepaskan dasi itu dan melipatnya, kemudian memasukkan ke dalam laci yang berada di nakas tepat di sebelah ranjang."Sera, ini bukan lelucon. Aku tidak ingin kau s

    Last Updated : 2024-03-13
  • Pesona Istri Desa sang Bupati   Bab 92

    Di dalam kamarnya, Sera menangis sambil mengamati kamar yang sebelumnya ditempati oleh Pamela dan dirinya sebelum masuk ke dalam kamar Anggoro. Sebuah kamar yang berada di dalam kediaman dan berdampingan dengan kamar para pelayan. Sebenarnya kamar di sana tidak ada yang buruk. Namun, hanya kasta yang membedakan letak sebuah kamar."Aku benar-benar tidak kuat dengan semua ini. Untuk apa aku mempertahankan pendapatku aku di sini? Aku hanya seorang budak. Aku tidak bisa berbuat jauh seperti ini," ucapnya sambil menunduk dan menatap lantai yang sudah basah akibat air matanya yang menetes."Seharusnya aku bisa menerima tawaran Willem untuk membuat kehidupanku lebih baik. Tapi apa yang bisa aku dapatkan? Aku hanya akan menjadi seorang pengecut jika menerimanya. Tapi ...," ucapnya kembali menatap ruangan. "Ah, ketika aku berada di sini ... aku pun juga tidak mendapatkan apa pun selain kemarahan dari suamiku sendiri yang sampai sekarang tidak bisa aku taklukan."Sera memejamkan kedua matanya.

    Last Updated : 2024-03-13
  • Pesona Istri Desa sang Bupati   Bab 93

    Simbah terkejut mendengar anaknya dengan tega melakukan hal itu untuk pertama kalinya. Selama ini Anggoro sangat menurut. Bahkan kedatangan Pamela tidak membuat anak lelakinya itu melakukan hal itu kepadanya. Tapi, ternyata sekarang Anggoro menjadi sosok yang sangat berani kepadanya."Jadi kau akan mengusir ibumu ini? Katakan kepadaku. Apa kau akan mengusir aku dari rumah yang sudah aku dirikan sejak dulu. Tepatnya kau akan mengusir wanita yang merawatmu sampai kau menjadi seperti ini?" Simbah berkata dengan sangat tegang. Hatinya masih sangat sakit melihat anaknya menatap dirinya dengan penuh kemarahan, berbeda dari biasanya."Apa yang bisa aku lakukan selain menyingkirkan semua orang termasuk ibuku sendiri. Tapi jangan khawatir. Aku tidak akan pernah membuat Ibu pergi dari rumah yang sudah menjadi milik Ibu. Karena aku yang akan pergi."Anggoro berjalan akan meninggalkan kamar. Namun, dia tidak menduga sama sekali karena Sera menarik lengannya dengan sangat berani. Menyentuh tubuhny

    Last Updated : 2024-03-13

Latest chapter

  • Pesona Istri Desa sang Bupati   Bab 135

    Mereka berdua masih saling bertatapan. Selang beberapa detik Willem mengalihkan pandangannya. Dia tidak mau Sera membahas tentang apa pun. "Hanya masalah pekerjaan biasa yang selalu membuatku pusing. Sudah kita lebih baik kembali saja. Kau ingin bertemu dengan Satria kan?" Lelaki Belanda itu menarik tangan kanan Sera dan menggenggamnya dengan erat. Wanita itu berjalan dengan sangat pelan karena perutnya yang terasa sangat nyeri. Sesekali dia memegangnya. "Aduh Pak. Maafkan saya. Tadi saya mencari Nyonya kemana-mana. Syukurlah dia sudah bersama Bapak," ucap sang sopir sambil menarik nafas lega. "Jadi kau membiarkan dia masuk ke sana sendirian?" Willem dengan tegas menatap lelaki itu yang hanya menundukkan kepala. "Sudahlah. Ngapain dia ikut masuk ke dalam? Itu kan khusus untuk wanita. Lagi pula aku sudah bertemu denganmu. Ayo kita masuk ke dalam mobil." Sera bergegas masuk ke sana. Willem masih saja berusaha mengatasi emosinya. Dia tidak mau terlihat panik dan cemas. "Menca

  • Pesona Istri Desa sang Bupati   Bab 134

    Anggoro tidak mengerti kenapa Pamela pergi dari hadapannya begitu saja seperti orang ketakutan. "Pamela! Kenapa kamu pergi Pamela? Kita belum selesai bicara Pamela!" Padahal sebelumnya dia tidak mau bertemu dengan Pamela. Tapi karena gelagat Pamela yang mencurigakan seperti itu membuat Anggoro tertarik untuk menemui wanita itu. Anggoro berjalan cepat keluar dari ruangan itu. Sebenarnya dia tidak boleh melakukannya. Melihat Anggoro yang hendak meninggalkan ruangan, beberapa polisi yang terduduk spontan berdiri dan menarik lengan sang Bupati. "Pak! Sudah ku katakan kalau Bapak itu tidak boleh keluar tanpa seizin kita. Kenapa? Jangan-jangan Bapak melakukan kekerasan lagi kepada Nyonya Pamela. Ayo ngaku!" teriak polisi sambil menunjuk Anggoro yang terus menatap Pamela sampai keluar dari kantor kepolisian. "Pasti anda melakukan sesuatu dengan Nyonya Pamela. Aduh seharusnya Nyonya Pamela itu bersama dengan pengacaranya. Lihatlah dia keluar ke jalan cepat seperti itu." Polisi lainn

  • Pesona Istri Desa sang Bupati   Bab 133

    Oh tidak. Ada apa ini sebenarnya? Kenapa Sera tiba-tiba memberikan tugas itu kepada Willem? Jelas-jelas tugas itu adalah suatu hal yang tidak akan pernah dia lakukan. Pamela sangat kesal ketika Satria mengancamnya. Dia masih saja setengah mabuk saat itu. Apa yang bisa dia lakukan? Tidak ada yang bisa dia minta bantuan kecuali Willem. Tanpa basa-basi Pamela menelepon lelaki Belanda itu dan mengatakan semuanya. "Satria bisa mengancam hidupku. Jika aku tertangkap, aku akan membawamu juga." Ucapan Pamela saat itu membuat Willem sangat emosi. "Apa kau tidak memiliki perasaan apapun terhadap anakmu? Dia adalah anak kandungmu dan kenapa kau tidak bisa mengatasinya?" Willem masih saja meminta Pamela untuk tidak berbuat bodoh. Apalagi itu adalah anaknya sendiri. Tapi apa hasilnya? Pamela hanya menginginkan kemenangan. "Bawa dia pergi. Tapi jangan pernah kau sakiti dia," balas Pamela kemudian menutup panggilan. "Sialan. Dia selalu memberiku pekerjaan yang sangat bodoh seperti ini. A

  • Pesona Istri Desa sang Bupati   Bab 132

    Willem tersenyum sambil melebarkan kedua matanya. Dia masih belum bisa menjawab apa yang menjadi permintaan Sera. "Kenapa?" tanya Sera dengan suara pelan. "Aku sangat merindukan anak itu dan aku memiliki janji yang belum aku lakukan. Entah kenapa aku ingin sekali bertemu dengannya. Bukankah kau bisa melakukan apa pun yang aku inginkan? Pertemukanlah aku dengan Satria." Willem menarik nafas panjang untuk mengatasi rasa gelisah di dalam dirinya. Dia sudah berjanji kepada Sera. Mempertemukan Sera dengan Satria adalah hal yang bisa dia lakukan dengan sangat mudah. "Jika kau tidak bisa melakukannya, baiklah. Aku tidak akan memaksa. Mungkin aku akan meminta bantuan Bima. Dia adalah paman dari Satria. Pasti dia bisa mengabulkan keinginanku," lanjut Sera tidak menyerah. "Tidak," sela Willem. "Akan aku lakukan apa pun yang kau inginkan." Lelaki Belanda itu menatap sang sopir dari kaca spion dan lanjut berkata, "Kita akan menuju ke rumah Anggoro. Kita akan bertemu Satria di sana." Sa

  • Pesona Istri Desa sang Bupati   Bab 131

    Maya mendekati Bima, berusaha untuk menjaga lelaki itu agar tidak mengejar Sera yang sekarang sudah dibawa oleh Willem keluar dari kantor persidangan. "Aku tahu kau ingin mengetahui sesuatu bukan? Kau sudah menyelidiki semuanya. Tapi itu tidak akan mengubah apa pun. Aku akan tetap menjagamu untuk menikahi Sera karena itu merupakan pembalasan dendam yang harus aku lakukan untuk membuatmu menderita." "Sudah jelas-jelas aku salah memilihmu. Bahkan Ibuku sekarang tidak menyukaimu. Untuk apa kau mempertahankan diriku sementara aku sama sekali tidak tertarik padamu?" balas Bima sambil mengawasi Maya dari atas sampai bawah. "Kau sama sekali tidak memiliki apa pun untuk menarik perhatianku. Jadi lebih baik kau berkaca sebelum kau mencari yang lain, karena aku yakin tidak akan ada lelaki yang tertarik kepadamu." Bima akan melewati Maya begitu saja. "Oh ya. Aku memang tidak akan pernah melepaskanmu dan melampiaskan diriku pada lelaki lain." Maya mendekati Bima kemudian tertawa dengan s

  • Pesona Istri Desa sang Bupati   Bab 130

    "Bupati tidak ada di ruangan!" teriak salah satu polisi. "Ke mana dia? Tadi dia bertemu dengan Nyonya Maya tapi sekarang dia menghilang begitu saja," lanjutnya dengan sangat panik, membuat beberapa anggota polisi lainnya berlari berhamburan dan memeriksa semua ruangan. Ketika ada salah satu yang akan memeriksa ruangan sebelah, mendadak anggota polisi lainnya menahan gerakannya. "Bukankah kita sudah memeriksa ruangan itu dan mengembalikan kursi yang dilempar itu? Tidak ada siapa-siapa di dalam. Ayo jangan buang waktu. Pasti dia kabur tidak jauh dari sini." Mereka akhirnya pergi dari sana. Sera yang semula mendorong tubuh Anggoro agar bibirnya bisa lepas itu tidak jadi ketika Anggoro menggelengkan kepala. Mereka berdua masih saja dimabuk asmara. Tidak peduli mereka mendengar keributan terjadi di luar. Anggoro pun tidak peduli jika dia nantinya akan mendapatkan hukuman tambahan karena menghilang begitu saja dan membuat semua orang panik. Ketika Anggoro sudah melakukannya dengan san

  • Pesona Istri Desa sang Bupati   Bab 129

    Anggoro masih terdiam mendengar apa yang dikatakan Maya. Wajah mereka memang sangat mirip. Awalnya Anggoro tidak mencurigai apa pun. Kebanyakan orang yang berasal dari luar Indonesia memiliki fisik yang sama. Kedua mata mereka memiliki warna yang khas. Anggoro tidak pernah memusingkan hal itu. "Tentu saja mereka sangat mirip. Seharusnya kita paham dari awal. Sera itu bukan orang Indonesia. Walaupun dia memiliki orang tua dari Indonesia. Tapi ... ibunya adalah seorang wanita penghibur. Yang aku dengar, dia pernah menjalin hubungan dengan orang Belanda," lanjut Maya sambil terus bersedekap disertai senyuman sinis ke arah Anggoro yang masih terdiam kaku. "Kau tidak boleh menikahkan mereka sebelum mereka melakukan tes DNA," imbuh Maya dengan jari telunjuk tepat ke arah wajah Anggoro. "Omong kosong apa ini? Aku tidak akan pernah melakukannya. Umur mereka sangat jauh." Anggoro kini berdiri dan mendekati pintu kemudian lanjut berkata,"Aku dan Willem memang satu kampus. Tapi aku jauh leb

  • Pesona Istri Desa sang Bupati   Bab 128

    Pamela semakin mengangkat kertas itu. Simbah berdiri dan menatap mantan menantunya itu. Dia sudah tidak menganggap Pamela sebagai menantunya lagi. Tersirat rasa marah di sana. "Keberatan yang mulia. Sebuah bukti bisa dikeluarkan jika memang diperlukan. Ini sama saja menghina persidangan," teriak salah satu pengacara Anggoro sambil menunjuk Pamela. "Keberatan diterima. Seharusnya kita bisa melakukan prosedur dengan baik di persidangan ini," ucap hakim. Pengacara Pamela mendekati wanita itu dan berusaha untuk menenangkan Pamela. Pamela pun kembali duduk sambil memperlihatkan senyuman sinis. Anggoro sangat paham dengan Pamela. Wanita itu sangat pintar berakting. Namun, dari mana dia bisa mendapatkan surat itu? Pasti ada orang dalam yang membantunya dan ini sangat tidak baik. Persidangan terjadi dengan sangat menegangkan dan runyam. Anggoro semakin terpojok. Sampai setelah 2 jam berlalu, persidangan itu pun selesai dan akan dilanjutkan 2 hari lagi. Di dalam ruangan Anggoro ter

  • Pesona Istri Desa sang Bupati   Bab 127

    Sera kemudian masuk begitu saja ke dalam kamarnya. Maya yang seketika itu berdiri dan akan mengikuti, segera menghentikan langkah ketika Sobar menggelengkan kepala. "Biarkan dia sendiri dulu. Masalahnya sangat rumit. Mungkin jika dia tidak mencintai Anggoro, semua tidak akan terjadi seperti ini." "Ya ... tapi jujur. Aku memang melihat Anggoro mencintainya," balas Maya sambil berkacak pinggang, menatap pintu kamar Sera yang kini tertutup rapat. Sobar semakin menatap Maya. Lelaki itu mengernyitkan kedua alisnya dan berkata, "Kenapa tiba-tiba kau berubah menjadi seperti ini? Padahal dulu, kau menertawakan dia saat Bu Broto dan suaminya, serta Bima menginjak-injak harga dirinya." Sobar menarik Maya untuk menjauh dari kamar Sera. "Aku tidak mau Sera mendengar apa yang kita omongkan. Dia itu sangat menderita ketika kau melakukan itu. Kau kan tahu juga, gara-gara Bima dia akhirnya menjadi seperti orang gangguan jiwa. Apalagi menyebabkan kecelakaan yang membuat anak bupati menjadi lu

DMCA.com Protection Status